Bab 15: Viva La Vida

310 71 7
                                    


Dita dan Ibunda Jin berbaring dalam posisi berpelukan di brangkar ruang inap Dita.

"Dita"

"Ya bu?"

"Apa kamu menyayangi Jin?" Tanyanya lembut

Dita mengangguk, masih menyembunyikan wajahnya dalam pelukan hangat Ibunda Jin. Dita hanya mengetahui kalau mereka adalah kerabat, tanpa mengetahui silsilah keluarga Jin dengan benar.

"Sebesar apa perasaan sayangmu?"

"Em.. sebesar aku menyukai baking" jawabnya sambil terkekeh sendiri

Ibunda Jin tersenyum, mengusap-usap kepala Dita lembut. "Sebenarnya aku adalah Ibu kandungnya Jin"

Dita terkejut sekali mendengar itu, bibirnya sudah membulat sempurna.

"Hehe maaf ya Ibu tak memperkenalkan diri dengan benar. Tapi aku tetap Ibu perimu kok, kamu adalah keluargaku"

Dita mengangguk lemas, "apa saya harus mengganti panggilan kepada Ibu?" Tanyanya dengan pipi memerah

Ibu Jin tertawa pelan, "panggil saja seperti biasanya."

"Kalau begitu bisakah Ibu menceritakan mengenai Jin oppa sewaktu kecil?"

Ibu Jin tersenyum hangat, "Dia anak yang lembut, selalu memperhatikan semua yang ada disekitarnya. Dia juga berkeinginan keras, mirip sama kamu~ Walaupun di lahir dari rahim Ibu, tapi anak nakal itu uhh.. sepertinya beberapa sifatnya itu turunan dari Ayahnya--" sang Ibu mulai mengomel

Dita hanya tersenyum saja, jelas sekali kalau sifat itu adalah dari Ibu Jin.

Dita terus mendengarkan cerita Ibu Jin yang sangat bersemangat menceritakan anak bungsunya itu. Dita juga merasa banyak kemiripan antara Jin dan Ibunya ini, perasaan sayang orang tua pada anaknya juga terlihat jelas dari ceritanya.

"--Jadi begitulah, aku mengatakan kalau dia berani sekali lagi meminta putus darimu maka aku juga tak akan mengakuinya jadi anakku"

Sang Ibu terlihat bangga dengan apa yang sudah diucapkannya, sedang Dita hanya terkekeh sendiri.

"Jin oppa jadi tidak punya orang tua dong kalau begitu"

Ibu Jin berpikir sejenak, "kan ada Ayahnya, biarkan saja dia jadi anak Ayah. Sedangkan kamu tetap anak Ibu~"

Dita tertawa lagi, kali ini sedikit keras. "Besok orang tuaku dari Indonesia akan mampir, aku ingin mengenalkan Ibu pada keluargaku"

Malam yang panjang itu dihabiskan oleh mereka dengan berbincang hingga tertidur lelap dalam pelukan masing-masing.

🍪🍪🍪

Suatu malam pada pertengahan bulan november, 20xx. Sebuah gedung tak terpakai di area luar kota Seoul.

"SIALAN!"

Seorang pria dengan setelan merah itu memaki sambil menghancurkan beberapa barang yang ada di ruangan.

"Hei! Kau bilang dia sudah di bereskan!" Tunjuknya pada seorang Pria botak yang kekar di ruangan

"Saya--" belum sempat pria itu memberikan alasan sudah ada beberapa benda yang terbang lagi ke arahnya

"AKU TIDAK INGIN MENDENGAR ALASAN!" Teriaknya lagi, lalu segera membanting sapu di hadapannya. "BERESKAN SEMUA INI! DAN JUGA UNTUK MISI SELANJUTNYA TIDAK BOLEH GAGAL LAGI!"

Pria yang memakai setelan merah itu keluar dari ruangan dengan membanting pintunya sekeras mungkin.

Gedung itu adalah gedung kosong tempat persembunyiannya selama menjalankan misi-misi. Panda Merah membanting tubuhnya di sofa yang ada disana, kepalanya berdenyut. Lalu membuka ponselnya lagi, ada satu pesan dari nomor tak dikenal disana. Setelah memeriksa pesan, ia langsung melempar ponsel itu ke dinding di depannya.

"Kenapa tidak ada yang berjalan sesuai rencanaku. Aaaarghhh!" sambil menjambak rambutnya sendiri.

Pria itu kini bergerak ke sisi ruangan, duduk tegak di meja yang terhubung ke monitor. Membuka beberapa file yang ada di komputer itu, ia melihat beberapa gerakan antifans dari Jin yang sudah dua hari mogok makan. "Mereka benar-benar melakukan sesuatu yang sia-sia" komentarnya saat melihat berita itu. Kini matanya beralih melihat berita-berita di internet mengenai pria misterius yang ditemukan di lahan konstruksi. Panda Merah melihat foto salah satu yang berhasil selamat, "sepertinya Tuhan masih ingin menyelamatkanmu." Ucapnya sambil memperhatikan mantan 'boneka' nya ini.

Pria itu beralih ke berita selanjutnya mengenai kecelakaan yang dibuatnya. Dahinya mengernyit saat melihat salah satu berita yang baru, ada kalimat disana yang membuatnya berekspresi demikian. "Korban kecelakaan teridentifikasi adalah buronan polisi, dan diperkirakan akan segera sadar(?) Bagaimana bisa???"

"Ku akui keinginanmu untuk hidup. Baiklah mari buat jalan hidupmu jadi sulit."

Pria dengan setelan merah itu menyeringai, ia membuka laman penggemar. Menggunakan akun 'Omelan Kemarahan Jin' dan mengunggah satu vidio dengan menyertakan caption yang cukup kontroversial.

"Jin dan noona Park, bagaimana kalian bisa melewati ini?" Lalu tertawa keras setelahnya.

Pria itu melinting rokok dengan 'racikan istimewa' untuk menenangkan hatinya. Setidaknya pelarian macam itu saja yang bisa dilakukannya untuk saat ini sambil menunggu meledaknya berita skandal yang baru saja di uploadnya.

🍪🍽🍔

Taeyong berada di rumah pribadi salah satu membernya. Disana adalah tempatnya menyembunyikan Tae Ri. Taeyong duduk sambil memegangi lengan Tae Ri, "Tae Ri.." panggilnya lagi dengan sayang

Tae Ri memakai alat bantu pernapasan dan beberapa alat kesehatan lain yang terpasang di tubuhnya.

Taeyong memperhatikan monitor alat detak jantung Tae Ri yang bergerak berirama, "Tae Ri, hari ini adalah hari libur oppa, tadi oppa mampir ke rumah sakit untuk menyapa Dita lagi. Dita akan segera pulang dan memberikan pada oppa beberapa kukis sebagai ucapan terima kasih karena sudah sering mengunjunginya. Apa Tae Ri tak ingin bangun dan merasakan kukisnya?"

Taeyong kembali menatap Tae Ri sambil memainkan rambutnya. "Kukisnya Dita sangat enak loh"

"Oh ya. Sekarang aku sangat dekat dengan Jin hyung, kamu kan menyukai BTS. Jadi saat bangun nanti bersiaplah mendengarkan seluruh cerita kedekatanku dengan Jin hyung. Mungkin telingamu nanti akan sakit" Taeyong terkekeh sendiri dengan apa yang diucapkannya

"Oh ya Tae Ri.. sebentar lagi kami juga akan membuat kolaborasi yang akan mengguncang dunia~ doakan aku ya Tae Ri"

Taeyong melihat jam dinding yang ada di dekat sana. "Sebentar lagi aku harus kembali. Padahal aku ingin bersamamu sedikit lebih lama"

Taeyong menelepon Jin untuk mengetahui kondisinya

Saat itu tangan Tae Ri bergerak pelan, Taeyong mengerjap memperhatikan tangan Tae Ri. Tak lama ia mengusap matanya sendiri, "ah sepertinya aku sudah terlalu lama bicara sendiri sampai-sampai membayangkan hal yang.." Taeyong tak melanjutkan kalimatnya

Taeyong melihat Tae Ri membuka kelopak matanya pelan, "Oo.." suara yang sudah sangat lama tak terdengar oleh Taeyong membuatnya menangis haru. Tae Ri berusaha memanggilnya, Taeyong segera mendekat pada Tae Ri

"Jangan mengatakan apapun" Taeyong segera menekan bel yang terhubung langsung ke ruang perawat. Taeyong menyewa beberapa perawat dan dokter khusus untuk Tae Ri.

"Tae Ri, aku disini. Oppa disini" Taeyong memegang pipi Tae Ri lembut sambil terus-terusan menekan tombol bel tadi

🍽🍽🍽

Detik detik runtuhnya
'kerajaan' Panda Merah

💃🔥💃🔥💃🔥💃

Jinstaurant✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang