11.1

339 69 12
                                    

'Kalau bukan denganku maka Dita tak boleh bersama orang lain' Ten benar-benar sudah tidak peduli lagi, dirinya dipenuhi api kecemburuan.

Setelah itu ia mendengar seluruh pembicaraan Taeyong dengan seseorang yang dipanggil 'Tuan Nam', Ten hanya bisa berdiam.

Ten kembali ke dalam kamar, ia berbaring di kasur. Memikirkan lagi semuanya. Tiba-tiba hati nuraninya mengatakan ada sesuatu yang salah disini, tapi seluruh kepalanya menginginkan hal yang berbeda. "Ini sungguh tidak sepertiku." Ten menghela napasnya panjang.

Dalam kepalanya terus bergelut mengenai keegoisannya ini, hati nuraninya mengatakan Ten tidak boleh mengikuti kehendak Taeyong, tapi ia tak bohong kalau ingin memanfaatkan 'celah' seperti yang dijelaskan oleh Taeyong sebelumnya.

Ten jadi tidak yakin dengan apa yang sudah diputuskannya tadi. Mungkinkah ia terburu-buru membuat keputusan karena merasa cemburu?

"Hei, bukankah seharusnya kau merasa senang?" Taeyong mendekat pada Ten yang menatap langit-langit kamarnya dalam diam

"Aku tidak tau. Haruskah kita tak usah melakukan rencanamu itu?"

Taeyong menyipitkan matanya, "sudah tidak bisa mundur lagi" jawabnya dingin

"Tidak adakah cara lain?" Tanya Ten sambil menatap Taeyong kali ini

Taeyong tersenyum hangat, "ku beri tau ya, untuk mendapatkan sebuah permata berharga hanya ada dua caranya; meningkatkan penawaran dengan menggunakan semua kekayaanmu atau menyingkirkan semua saingan dalam mendapatkannya. Jelas?"

Mendengar Taeyong mengatakan itu dengan tenang membuat Ten semakin cemas. "Taeyong, kau.. sehat?"

Taeyong tertawa mendengar pertanyaan konyol Ten itu, "aku bahkan sudah lupa kapan terakhir kali aku merasa 'waras'." Taeyong kini bersandar di daun pintu, "ku rasa itu sudah cukup lama~?" Ucapnya sedikit berbisik

"Dan coba pikir dari cara pandang lain, mungkin Dita sebenarnya malah sengaja membuatmu merasa cemburu agar kau kembali padanya?" Taeyong tampak berusaha meyakinkan Ten dengan keputusan yang sudah dibuatnya

Ten diam sejenak, ia memikirkan apa yang dikatakan Taeyong. "Tapi.."

Taeyong menempelkan jarinya pada bibirnya mengisyaratkan Ten untuk diam, "coba kau pikirkan dengan baik"

Ten diam memperhatikan wajah Taeyong, "kau benar-benar aneh"

"Aku tidak akan menyangkal itu." Jawab Taeyong dengan pelan, Taeyong kini mendekat pada Ten "Oh ya sebelum aku melupakan ini. Ku ingatkan sekali lagi, jika kita ingin membuat ledakan besar, maka kita harus memilih waktu yang tepat."

Ten kini sedikit merinding, Taeyong benar-benar tidak berniat untuk mundur lagi.

🍔🍔🍔

Di siang ini-hari liburnya-Ten merasa tak berenergi, ia ingin menyegarkan pikiran. Ten melihat jadwalnya beberapa hari kedepan, dan menghela napas panjang. Rasanya ingin sekali mengambil cuti untuk terbang ke Korea dan menemui Dita.

Ten menelepon teman-teman dekatnya yang sejak pagi sudah pergi entah kemana. Semua orang tak mengangkat teleponnya, terakhir ia menelepon Lucas, karena saat ini hanya pria itulah satu-satunya yang diharapkan untuk bisa membantunya merasa lebih baik.

Lucas tak langsung mengangkat teleponnya, tapi pada akhirnya diangkat juga.

"Yo, dimana kau sekarang?" Tanyanya langsung tanpa berbasa-basi

"Aku sedang bermain di arena bowling yang biasa." Jawab Lucas langsung

"Apakah bersama para member yang lain???"

Jinstaurant✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang