Hello:)
.
.
.
.Happy Reading
•Last Chapter••••••
Kehilangan selalu di temui dalam kehidupan. Entah itu kehilangan benda, kesempatan, kepercayaan, emosi atau seseorang. Terkadang kehilangan membuat seseorang terpuruk, butuh waktu lama untuk kembali bangkit meski tidak lagi dalam kondisi yang sama.
Ada pula beberapa orang yang meski kehilangan harus memaksakan diri kembali bangkit untuk masa depan. Ada juga orang yang memilih untuk menghindar, menghilang, dan menjauh dari semuanya.
Klan Bulan tengah mengalami kehilangan itu. Mereka kehilangan sosok yang begitu penting, sosok pemberani yang mengorbankan dirinya sendiri untuk kedamaian dunia. Berkatnya, sepuluh tahun telah berlalu dengan damai.
Klan Bulan tidak lagi dunia yang dipenuhi oleh teknologi. Pertempuran itu merenggut semua teknologi dari mereka, mereka mengalami kemunduran dan kembali menjalani kehidupan seperti orang-orang kuno.
Hal yang lebih mengejutkan adalah rakyat Klan Bulan tidak lagi tertarik dengan kekuatan. Dalam sepuluh tahun terakhir tercatat ribuan rakyat memulai kehidupan yang sederhana, mereka berkebun, menanam padi, membuat peternakan, mereka hidup seperti manusia di pedesaan.
Mereka tidak melupakan jati diri mereka sebagai penyihir. Hanya saja kejadian sepuluh tahun yang lalu membuat mereka menganggap elemen dan kekuatan sangat berbahaya.
Keserakahan Karisa akan kekuasaan dan keinginan untuk menguasai dunia membuat mereka menyadari bahwa semakin kuat seseorang maka semakin besar juga ambisinya. Dengan fakta ini mereka memulai kehidupan layaknya manusia biasa.
Hari itu sangat cerah, jalanan begitu ramai, beberapa anak laki-laki saling berkejaran sementara ibu-ibu mereka sibuk meneriaki mereka meminta mereka untuk kembali. Beberapa pria membawa cangkul melihat pemandangan itu seraya tertawa, mereka hendak pergi ke sawah.
Di jalanan yang begitu ramai, empat sosok begitu mencolok, dua wanita dan dua pria. Seorang pria menggenggam tangan wanita yang mengenakan jubah hijau, di sampingnya wanita dengan pakaian serba hitam menatap mereka dengan jijik sementara pria yang mengenakan jubah putih seakan tidak peduli.
"Kehidupan seperti ini sangat bagus, bukan?" perempuan berjubah hijau itu berkata seraya tersenyum menatap keramaian di sekitarnya.
Pria di sampingnya mengeratkan genggaman tangan mereka sambil mengangguk, "Hmm. Sangat bagus."
Suasana mereka begitu harmonis hingga suara kesal dan penuh rasa jijik mengganggu mereka. "Bisakah kalian mempercepat langkah kalian? Kami sedang terburu-buru, kalian berjalan begitu lambat. Kami akan menuju istana, bukan kamar pengantin."
"Hebiag, bisakah kamu tidak mengganggu?"
Hebiag melotot marah, "Jika kalian berdua, pengantin baru yang kurang kerjaan, tidak menggangguku dan Witpaard untuk pergi bersama kalian ke tempat itu, aku tidak akan disini. Melihat pemandangan yang menjijikan."
"Kamu-"
"Baiklah, hentikan. Kami telah sampai."
Perdebatan itu berakhir. Di depan mereka sebuah gerbang menjulang tinggi, di atasnya simbol bulan terlihat begitu menawan. Mereka sampai di tempat tujuan, Istana Kerajaan Bulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] The Cold Princess
FantasyFOLLOW SEBELUM MEMBACA! BELUM DI REVISI-! BEBERAPA CHAPTER MASIH MEMILIKI BANYAK KESALAHAN DALAM PENULISAN. MOHON PENGERTIANNYA. •••• Meli Amara, hidupnya yang dulu baik-baik saja berubah ketika ibu yang mengasuhnya meninggal membuat sosok Meli menj...