Pasar?

6.5K 704 3
                                    


Meli tersenyum puas, akhirnya dia bisa keluar dari istana 'terkutuk' itu. Yap! Meli telah mengutuk istana itu saat dia tidak diperbolehkan oleh ayahnya untuk keluar dari sana.

Dan sekarang, lihatlah dia berhasil keluar dari sana. Berhasil membuat rasa penasaran dihatinya yang sekian lama dipendam kini mendapat jawabannya.

Dulu, dia selalu berdiri didepan dinding pembatas wilayah istana dan wilayah pemukiman. Dia sering memandangi dinding itu dan selalu bertanya-tanya didalam pikirannya

Apa yang berada dibalik dinding ini?

Seperti apa Klan Bulan?

Seperti apa suasana di sekitar pemukiman penduduk?

Seperti apa di balik dinding yang menjulang tinggi ini?

Apakah desa di klan ini sama seperti desa yang  dibumi?

Apakah suasananya sama?

Ataukah klan ini seperti di kota-kota maju? Semuanya serba teknologi?

Dan sekarang, pertanyaan itu terjawab. Dan yang membuatnya bisa menjawab pertanyaan itu adalah orang yang kini sedang berada disampingnya. Tatapannya lurus seolah hanya dia yang ada disini, seolah dia bisa berdiri sendiri tanpa memerlukan orang lain.

Pangeran Alexander, Pangeran Mahkota.

"Sekarang?"

Meli menoleh saat mendengar suara yang terkesan dingin ditelinga dan mendapati Pangeran Alex yang sedang menatapnya.

"Iya. Aku ingin pergi ke.." Meli berpikir sejenak "Em, pasar?" Ujarnya ragu.

"Hm"

Itulah jawaban pangeran Alex. Kakinya melangkah kedepan, belum lama melangkah Pangeran tampan itu berhenti kemudian berbalik. Mata hitam kelam itu menangkap sosok Meli yang sedang berdiri seperti orang bodoh.

Meli tersentak saat merasakan tangannya menghangat, iris mata silvernya bergerak mendapati sebuah tangan kekar sedang menggengam tangannya dengan erat. Setelah tau tangan itu milik Pangeran Alex tubuh Meli kembali rileks.

"Ayo"

Mereka berjalan sambil bergandengan tangan, bagi yang tidak mengenal mereka pasti akan menyangka mereka adalah sepasang kekasih. Terlihat dari bagaimana sang pria yang dengan possesif-nya menggenggam tangan mungil itu dengan sangat erat seolah jika tangannya terlepas maka gadis itu akan hilang.

Letak pasar yang tidak jauh dari istana membuat mereka tidak memerlukan banyak waktu untuk sampai. Sebenarnya bisa saja Meli menggunakan kekuatan telepotasinya begitupun Pangeran Alex, tapi karena permintaan Meli untuk tidak menggunakan kekuatan itu akhirnya Pangeran Alex hanya bisa mengangguk. Meli ingin melihat wilayah kerajaannya dengan teliti agar dia bisa beradaptasi disini.

Mengingat saat pertama kali dia dibawa disini, Ronald langsung membawanya keistana. Setelah itu dia juga tidak sempat berjalan-jalan untuk sekedar melihat-lihat pemukiman warga.

Setelah selesai ulang tahunnya, Meli pergi dengan mereka ke hutan carlos dan beberapa hari dilewatinya disana. Dan setelah peristiwa 'itu' Meli langsung dikirm ke SchoolRoom melewati portal.

Dlihat dari riwayat hidupnya disini, dia belum pernah melihat pemukiman disini. Membuatnya selalu merasa penasaran dan sangat ingin melihatnya, namun sayangnya ayahnya bukan seorang yang pengertian.

Ngomong-ngomong soal mereka? Meli jadi tidak nyaman. Entahlah, perasaan benci, marah, kecewa, sedih sering mendominasi hatinya saat mengingat mereka

"Apa yang kau pikirikan, hmm?" Meli tersentak saat suara itu memasuki indra pendengarannya.

"Bukan apa-apa, kak" Pangeran Alex hanya mengangguk sebagai tanggapannya.

Mereka mulai memasuki kawasan pasar. Banyak orang yang berlalu lalang, bahkan tidak jarang kejadian dorong mendorong terjadi. Meli meneliti tempat ini, Pasar di klan ini cukup unik. Jika biasanya pasar adalah tempat yang luas dan pedagang menyebar dimana mana, ini tidak. Ini hanya seperti barisan toko-toko yang menjual berbagai macam jenis. Perkiraan Meli meleset, yang ada dipikirannya saat mendengar kata pasar pasti tidak jauh-jauh dari suara teriakkan para pedagang untuk menarik pembeli. Tapi disini? Hanya ada dua orang disetiap toko yang berdiri untuk menyapa pengunjung.

Meli berjalan disamping Pangeran Alex dengan anggun. Tidak membutuhkan waktu lama, penduduk menyadari keberadaan mereka. Wajah Meli yang cantik dan mulus berhasil menarik perhatian pemuda-pemuda yang berada disini bahkan Pemuda dari kalangan Bangsawan juga merasa tergiur dengan paras dan tubuh Meli.

Pangeran Alex yang melihat tatapan nakal dari para pemuda itu segera menarik Meli, mengikis jarak diantara mereka. Tangan Pangeran Alex bertengger manis dipinggang Meli dengan possesif. Nyali para pemuda itu langsung menciut saat melihat siapa yang berdiri disamping gadis cantik itu.

Siapa yang tidak mengenalnya? Pangeran tampan kerajaan Klan Bulan dengan sifatnya yang dingin dan temperamen membuat siapa saja akan bertekuk lutut dibawah kakinya. Kekejamannya menyebar luas diseluruh Klan Bulan sehingga tidak ada yang bisa menekannya.

Sementara seluruh gadis menahan nafas saat melihat Pangeran yang mereka impikan kini sedang berada disini, tanpa pengamanan sedikitpun membuat mereka bisa memandangi wajah tampan itu dengan terang-terangan.

Tanpa sadar, mereka segera menyingkir memberi jalan untuk kedua orang yang berhasil menghipnotis mereka hanya dengan paras saja.

'Pangeran Mahkota semakin tampan saja'

'Aku jadi makin cintaaaaa'

'Ya ampunn, apa aku sudah cantik?'

'Iya'

'Baguslah, aku jadi bisa menarik perhatian Pangeran'

'Mimpi saja kau!'

'Eh, tapi siapa perempuan itu?'

'Apa itu kekasih Pangeran Mahkota?'

'Ha? Yang benar saja! Bukankah Kekasih Pangeran adalah Princess Meng?'

Meli yang mendengar ocehan itu hanya bisa memutar bola mata malas. Beginilah jika menjadi Putri kerajaan yang selalu di kurung  tidak dikenali rakyat sendiri.

"Kak, kenapa disana terlihat ramai?" Tanya Meli, jarinya menunjuk ke arah lapangan yang luas.

Toko-toko atau pasar ini membentuk persegi. Ditengah toko-toko ini terdapat lapangan yang luas yang mereka sebut sebagai Alun-alun, tempat sering diadakannya acara dan juga festival yang memerlukan ruang terbuka.
Toko-toko ini berbaris rapi, mengelilingi
Alun-alun.

"Bulan Biru" Jawab Pangeran Alex.

"Gerhana Bulan Biru? Diadakan disini?"

"Hmm"

Meli hanya mengangguk, pantas saja disana terlihat ramai. Mereka sedang menghias alun-alun itu agar terlihat lebih indah.

"Apa semuanya akan berkumpul disini?"

"Hmm"

"Seluruh kerajaan? Kerajaan Matahari? Bintang? Komet? Flow? Air? Ut.."

"Inti!"

Ucapan itu mampu membuat Meli mengerti. Kerajaan inti hanya ada lima, dan sialnya itu adalah orang orang yang dia hindari berada di lima kerajaan itu.

"Matilah aku"

☆☆☆

[END] The Cold PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang