Ruangan Kosong

4.7K 630 7
                                    

.
.
.
.
♡HappyReading♡

••••

"MELI!"

Teriakkan melengking Aulia membuat mereka semua sontak mencari sosok Meli. Mata mereka membulat kala melihat darah yang keluar dari ekor Meli.

Meli meringis. Rasa perih menjelajar di ekornya. "Untuk kesekian kalinya aku benci jadi Mermaid."

"Biar aku sembuhkan."

"Tidak perlu."

Penolakkan Meli membuat mereka menyerngit bingung. Darah dari ekor gadis itu terus mengalir membuat ekornya yang semula nampak indah kini di penuhi darah merah pekat.

"Sebaiknya kita mencari tempat untuk menginap."

Mereka semua-kecuali Meli-segera berubah wujud menjadi wujud manusia. Mata mereka memindai kesekitar. Ruangan ini di penuhi oleh pohon-pohon besar berwarna hijau hingga suasana nampak menyenangkan. Angin berhembus dengan lembut, mereka yang semula merasa tegang kini lebih rileks.

"Ruangan ini, indah." Clara berdecak kagum. Semuanya mengangguk tanda setuju.

"Siapa yang menamai ruangan ini dengan nama ruangan kosong?!. Ruangan ini lebih pantas menjadi ruangan terindah dari yang lain." komentar Fikry.

Saat yang lain sibuk mengagumi ruangan kosong, tangan Meli sibuk meraih salah satu rumput kemudian dengan cepat mengubahnya menjadi botol kecil.

"Bantu aku untuk mengumpulkan darahku di botol ini."

Aulia yang berada di samping Meli dengan cepat meraih botol tersebut kemudian meletakkannya di tempat dimana luka Meli berada. "Untuk apa kau melakukan ini?" tanyanya dengan heran.

"Kau akan tahu nanti." balas Meli dengan lemah, terlalu banyak darah yang keluar membuatnya merasa lemah. Wajahnya nampak pucat.

Lily meletakkan tangannya di pundak Meli, membantunya dengan cara menambahkan sedikit tenaga agar Meli dapat bertahan, "Sebaiknya kita mencari bantuan. Keadaan Meli sangat mengkhawatirkan. Dia bisa kehilangan banyak darah." seru Lily kala merasakan darah Meli yang mulai berkurang.

Sontak mereka semua memandang Meli dengan cemas. Angga menatap darah itu lamat-lamat. Ada yang aneh. "Meli, kurasa ada yang aneh dengan darahmu."

Mata gold milik Meli memindai darahnya yang masih bercucuran. Dalam diam Ia membenarkan apa yang di ucapkan Angga, ada yang aneh dengan darahnya. Namun, jika di teliti lebih jauh, darah itu memiliki aura yang cukup Ia kenal.

"Kak Alex." lirihan Meli yang pelan memasuki indra pendengaran Aulia.

Aulia ikut meneliti darah Meli hingga suatu memori memasuki pikirannya. "Ah, aku ingat." Ia berseru dengan semangat membuat yang lain segera menatapnya untuk meminta penjelasan.

"Kau ingat saat kau menyelamatkan Jendral Ronald dari para pemberontak itu?."

Meli mengangguk.

"Saat itu kau kehabisan tenaga. Dan Kak Alex memberikan sedikit darahnya untuk kau minum agar kau cepat sadar. Darah Kak Alex berbeda dari darah kita, darahnya bisa di gunakan untuk menyembuhkan luka ataupun memberikan tenaga."

Penjelasan Aulia membuat suasana kembali hening. Membuat gadis itu menyerngit bingung kala melihat wajah Meli dan Angga berubah pias. Tidak hanya dia yang bingung, yang lain juga ikut bingung.

"Ada apa?."

Mata Meli bertemu dengan mata Angga. Mereka sama-sama terdiam. "Ini tidak baik." gumaman Angga membuat yang lainnya semakin menyerngit bingung.

[END] The Cold PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang