Bertahanlah

5K 617 12
                                    

.
.
.
.
♡HappyReading♡

•••••

Rombongan sampai di depan rumah sederhana milik Disa. Mereka turun dari tunggangan. Sementara Angga membantu Meli untuk turun dengan cara menggendongnya.

'Tugasku selesai.'

Meli tersenyum tipis saar suara dingin itu memasuki pikirannya. 'Baiklah. Terimakasih Witpaard.' Setelah itu Witpaard berubah menjadi cahaya lalu melesat masuk ke tubuh Meli.

"Ini rumahku. Sederhana dan kecil, jadi aku minta maaf jika kalian merasa tidak nyaman." Disa tersenyum canggung.

"Kau tidak perlu meminta maaf. Seharusnya kami yang meminta maaf karena harus merepotkanmu."

Pangeran Ares tersenyum. Dari awal masuk ke dalam ruangan ini Ia hanya berdiam diri. Entahlah, darah Meli yang terus menerus mengalir membuat Ia merasa terganggu hingga memilih untuk diam.

Meli menatap rumah sederhana yang ada di depannya dengan pandangan rumit. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Disa. "Jika kau tidak keberatan, kami bisa mengubah rumah sederhanamu menjadi lebih baik." walau suaranya lemah namun mereka masih bisa mendengar suaranya dengan jelas.

Mata Disa berbinar, "Caranya?."

"Aulia bisa mengubahnya."

Mata Aulia membesar kala Meli menyebut namanya. "Apa yang kau katakan?! Aku tidak bisa melakukannya." seru Aulia dengan kesal.

"Elemen kaca."

Jawaban Meli membuat rasa kesal Aulia sedikit menghilang. "Maksudmu seperti basecamp?." tanyanya memastikan.

Kepala Meli mengangguk. "Seperti aku yang membuat basecamp dengan elemen kaca. Kau juga bisa membuat rumah dengan elemen itu." jelasnya.

Aulia nampak berpikir sejenak, kemudian mengangguk. "Akan aku coba." ujarnya kemudian mengambil tempat di depan rumah tersebut.

"Fikry. Lakukan tugasmu."

Fikry mengangguk. Matanya fokus menatap ke arah rumah sederhana yang terbuat dari kayu tersebut. Dengan pikirannya, Ia mengendalikan kayu-kayu itu. Kayu-kayu yang sebelumnya saling bersatu untuk membentuk sebuah rumah kini mulai bergerak masuk kembali ke dalam tanah hingga hilang tampa sisa. Membuat lahan yang semula menjadi tempat rumah tersebut di bangun kini bersih, seolah tidak ada apa-apa disana.

"Bagus."

Meli mengangguk puas sementara Fikry tersenyum lebar. Mendapat pujian dari pemilik segala elemen dan kekuatan adalah kesenangan tersendiri untuknya.

"Selanjutnya tugasmu Aulia."

Sama seperti Fikry, Aulia fokus menatap ke depan dengan lurus. Matanya terpejam, perlahan namun pasti, Ia merasakan sesuatu yang mengalir dari kepalanya menuju ke arah kakinya kemudian mengalir ke tanah. Ia mengendalikan sesuatu itu menuju ke depan.

Getaran-getaran yang semula kecil mulai membesar hingga tubuh mereka sedikit kehilangan keseimbangan. Kaca-kaca mulai terlihat muncul dari tanah, kemudian perlahan mulai membentuk sebuah bangunan. Semakin lama bangunan tersebut semakin besar. Kemudian berhenti.

Aulia membuka matanya perlahan, Ia tersenyum lebar kala matanya menatap bangunan di depannya dengan tatapan berbinar. "Aku berhasil!." serunya, Ia menatap ke arah teman-temannya yang langsung memberinya dua jempol.

Meli tersenyum, kemudian matanya beralih menatap Rendi. "Rumah baru Disa membutuhkan technologi."

Tanpa perlu di jelaskan lebih lanjut, Rendi sudah tahu apa yang Meli inginkan. Mengingat Rendi yang memiliki kekuatan Ahli mesin tentu saja Ia yang akan bertugas untuk menanam technologi di rumah ini.

[END] The Cold PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang