"Paman," Jendral Ronald menatap gadis didepannya, "Capek" kekehan kecil Jendral Ronald terdengar, kepalanya kemudian segera mengangguk.Gadis itu yang tidak lain adalah Meli, mendudukkan dirinya di bangku yang tersedia di taman belakang Istana . Sekitar lima jam telah ia habiskan untuk melatih kekuatannya dengan bantuan Jendral Ronal yang telah bersedia untuk melatihnya dan dengan kesabarannya yang ekstra membuat Meli tanpa sadar telah merasa nyaman didekatnya.
Meli telah berhasil mengendalikan separuh kekuatannya. Ia telah berhasil mengendalikan Elemen Api, Elemen angin, Elemen tanah, Elemen tumbuhan, Elemen air, Elemen petir, Elemen Es, Elemen Cahaya, Elemen Kaca, dan Elemen Kayu. Dan masih ada satu Elemen yang harus ia latih yaitu Elemen Kristal, Elemen terkuat.
Dan untuk kekuatan, ia telah menguasai kekuatan Kinetik, pembaca pikiran, Tremenders --Pengendali Waktu--, Evender --Pengendali Tumbuhan,Hewan,Bahkan manusia--, Teleportasi, Kreasi, Healers--Penyembuh--. Dan untuk kekuatan lain, menurut Jendral Ronald dengan sendirinya akan muncul perlahan-lahan .
"Princess? Sudah selesai istirahatnya?" Meli menoleh ke asal suara kemudian mengangguk dan berdiri di depan Jendral Ronald.
"Aku, Meli bukan princess!." Ujarnya dengan penuh tekanan.
"Baiklah tapi bolehkah aku meminta, anda berhenti memanggilku paman? Princess umurku dan umurmu hanya berselisih dua tahun. Bukankah tidak logis jika Princess memanggilku dengan sebutan paman?"
Meli tertawa dalam hati mendengar keluhan Jendral didepannya. Ia tau jika Jendral Ronald masih muda, bahkan untuk pertemuan pertama mereka, Meli telah mengetahuinya namun entah kenapa ia memberikan pilihan panggilan untuk Jendral Ronald hanya di antara Pak dan Paman.
"Baiklah."
"Kesepakatannya adalah aku akan memanggilmu Meli dan kau memanggilku Kak Ronald, aku masih terlalu muda untuk menyandang panggilan Paman. Bagaimana? Apa kau setuju?" Jendral Ronald menaik turunkan alisnya.
"Setuju" Sahutnya sambil tersenyum tipis bahkan sangat tipis, tapi mata tajam Ronald bisa melihat senyum itu.
"Kau terlihat cantik jika tersenyum,"
Meli tidak menjawab, ia cukup terkejut saat Jendral Ronald ternyata melihat senyumannya yang sangat tipis.
"Mulai sekarang?"
Jendral Ronald tersenyum pahit, Meli bahkan tidak berniat membalas ucapnnya. Ia mengangguk melangkahkan kakinya kebelakang kemudian menatap Meli dengan serius.
"Fokus dan kosongkan pikiranmu. Bayangkan Kristal dan coba kendalikan"
Meli menarik nafas kemudian memejamkan matanya. Berusaha untuk fokus, mengosongkan pikiran, ia membayangkan kristal. Perlahan energi dalam tubuhnya mengalir ke telapak tangannya, ia merasakan sensasi aneh di telapak tangannya.
Mata birunya terbuka, sekilas kilatan terkejut terpapar di matanya namun segera menghilang digantikan dengan ekspresi biasa saja, tangannya menggenggam sebuah kristal berwarna merah delima. Cantik. Ia menatap Jendral Ronald kemudian dengan cepat ia mengubah kristal di tangannya menjadi sebuah liontin, ia mengambil sehelai rambut Gold miliknya kemudian helai rambut itu ia ubah menjadi kalung berwarna putih--Menggunakan kekuatan Kreasi---, kemudian liontin itu ia buat menjadi Buah Kalung. Dan akhirnya kalung dengan sebuah liontin kristal Merah delima telah jadi.
"Untuk kakak"
Jendral Ronald menerima kalung itu kemudian segera memakainya. Ia tersenyum hangat, ia senang menerima kalung itu namun yang membuatnya lebih senang karena panggilan Meli untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] The Cold Princess
FantasyFOLLOW SEBELUM MEMBACA! BELUM DI REVISI-! BEBERAPA CHAPTER MASIH MEMILIKI BANYAK KESALAHAN DALAM PENULISAN. MOHON PENGERTIANNYA. •••• Meli Amara, hidupnya yang dulu baik-baik saja berubah ketika ibu yang mengasuhnya meninggal membuat sosok Meli menj...