Para Pangeran

7.3K 750 0
                                    

Langit telah berwarna kemerahan menghasilkan karya yang abstrak namun terlihat indah. Burung-Burung terbang mencari tempat untuk mereka tempati saat malam telah tiba.

Meli atau Amara menatap langit itu dengan pandangan kosong. Setelah para pangeran dan putri kerajaan itu pergi dari kamarnya yang tersisa hanyalah keheningan.

Menghela nafas Meli segera bangkit kemudian menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya yang tampak penat.

Kurang dari 30 menit Meli keluar dari kamar mandi berjalan menuju lemari kemudian membukanya menampilkan beberapa pakaian kulit yang berbeda bahan itu. Memilih asal kemudian memakainya. Menutup mata membayangkan sebuah piyama berwarna biru polos kemudian dengan cepat membuka matanya dan meneliti penampilannya di depan cermin.

Rambut Silver-nya dibiarkan tergerai, wajahnya tampak alami tidak menggunakan sentuhan apapun. Mendudukkan dirinya di depan meja rias menatap pantulan dirinya dengan intens. Kemudian termenung memikirkan dirinya yang dulu dengan rambut gold kebanggaannya dan Mata Silver yang dapat mengintimidasi orang.

Terlalu lama termenung hingga tidak menyadari sosok Clara yang baru saja masuk ke dalam kamarnya tanpa suara. Dengan wajah cemberut Clara duduk di ranjang Meli.

"Araaa" Suara Clara membuat Meli sadar dari lamunannya.

"Hm?" Meli berdehem kemudian bangkit lalu membalikkan tubuhnya, berjalan santai ke ranjangnnya kemudian duduk di depan Clara

"Aku kesal!" Ucapnya membuat Meli mengangkat sebelah alisnya.

Clara menghembuskan nafasnya, "Sudahlah, sebaiknya kita pergi ke kantin makan malam akan dimulai. Dan lihat ini! Kenapa kau menggunakan Piyama?! Cepat ganti, kita akan makan malam bersama"

"Tidak" Ucap Meli dengan Singkat

"Kau tidak ikut makan malam?!" Clara menyipitkan matanya berusaha memastikan dan mendapat anggukkan dari Meli tanda bahwa dia tidak akan ikut.

"Kau harus ikut! Kecuali kau sudah meminta ijin dari kepala sekolah" Jelas Clara

"Sudah"

"Kau sudah mendapatkan ijin?" Lagi-lagi Meli mengangguk.

"Baiklah, Kalau begitu aku akan pergi sendiri. Sampai jumpa,Ara" Ucapnya kemudian segera melenggang pergi.

Meli menghela nafas berat. Bohong kalau dia sudah mendapat ijin dari kepala sekolah. Dia hanya malas untuk ke kantin dan bertemu dengan 'Mereka'.

Saat bersiap untuk merebahkan tubuhnya sebuah makhluk kecil yang terbang dengan pendar berwarna kuning menghampirinya membuat Meli membatalkan niatnya untuk tidur.

Makhluk itu kemudian berubah menjadi sosok gadis yang imut dengan sayap yang berada di punggungnya kemudian tersenyum ke arah Meli.

"Ada apa,Tink?" Tanya Meli tanpa mau basa basi.

"Meliii"

Bukannya menjawab Tinkerbell malah berlari kemudian memeluk Meli dengan erat. Meli yang hampir kehabisan nafas melepaskan pelukan itu dengan susah payah.

"Kau mau membunuhku?!" Meli menatap tajam Peri penjaganya itu sementara Tinkerbell menampilkan senyum bodohnya.

"Maafkan aku, aku hanya terlalu bahagia karena bertemu denganmu. Hari ini Yang Mulia menyuruhku untuk pergi kesini setelah sekian lama melarangku untuk menemuimu" ucapnya dengan kerinduan yang mendalam.

"Apa yang membuat Ayah menyuruhmu untuk kesini?" Tanya Meli dengan ucapan yang lebih panjang, dia tidak perlu menunjukkan sifat dinginnya kepada TinkerBell karena TinkerBell adalah Sahabat satu-satunya.

[END] The Cold PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang