Part ini cukup pendek_•
____
Cahaya yang semula sangat terang perlahan meredup membuat setiap mata refleks segera memgerjab untuk menormalkan penglihatan mereka.
Mata Gold milik Meli menatap sekitar dengan takjub, saat ini ruangan musim sepertinya mengalami musim salju, sejauh mata memandang hanya akan ada hamparan salju yang menutupi seluruh ruangan.
Satu dengusan membuat mata gold milik Meli segera beralih, "Kenapa?" Tanya Meli saat melihat raut wajah Aulia yang sedikit tidak baik.
Sekali lagi gadis itu menghela nafas yang sedikit berat, "Kita datang diwaktu yang tidak tepat."
Meli hanya diam kemudian kembali berujar dengan tenang, "Tidak masalah. Lagi pula salju tidak akan menghalangi perjalanan kita"
"Salju yang tenang seperti ini memang tidak mengganggu, namun saat cuacanya naik satu level akan berbahaya" Ujar Rose yang nampak sedikit pucat.
"Maksudmu?"
"Beberapa jam lagi akan terjadi badai lebih tepatnya badai salju"
Clara segera menatap Rendi, "Berapa jam lagi waktunya?" Tanya gadis itu.
"5 jam" balas Rendi
Meli termenung namun tidak menghilangkan ketenangannya, "kalau begitu kita akan menginap disini untuk sementara" ujarnya diangguki mereka semua kecuali Fikry.
Sesaat setelah berpikir Fikry segera membuka suaranya, "Menginap? Kita akan menginap dimana?"
Meli menjawab dengan cuek, "jika bukan Penginapan dimana lagi?"
Sebagai ruangan wisata sudah dipastikan Ruangan Musim pasti memiliki penginapan.
Saat ini mereka sedang berada didaratan tinggi ruang musim. Dibawah sana terlihat dengan jelas ada perkampungan, "Apa ada yang menetap disini?" Tanya Meli.
"Ya, beberapa orang yang merasa nyaman disini memilih untuk menetap dan membangun sebuah desa kecil" Jawab Angga.
Meli mengangguk kecil, "Kalau begitu apalagi yang kita tunggu?" Ujarnya.
Meli yang baru akan melangkah ditahan oleh Revan, "Apa kau sadar bahwa kita lupa membawa uang?!" Ungkap Revan.
Bagaimana bisa?! Mereka membawa segala keperluan mereka tapi tidak ingat dengan benda yang satu itu?!.
Wajah para gadis kecuali Meli menjadi panik, "Bagaimana ini? Kita tidak akan bisa menyewa tempat untuk menginap tanpa uang!" Jerit Lily.
Wajah mereka terlihat lesu seketika dan akhirnya jatuh terduduk ditumpukan salju, Meli berdiri dengan tenang namun tidak menampik bahwa dia juga sama paniknya.
Rasa dingin mulai Meli rasakan, tangan mungilnya dengan cepat mengambil sesuatu yang bisa dia gunakkan dari dalam tas kecil yang terikat dipinggangnya. Tas itu tidak terlihat karen memiliki teknologi untuk menyesuaikan warnanya dengan pakaian yang digunakan. Selain itu, kapasitas tas itu juga besar sehingga biaa menampung berbagai macam barang didalamnya.
Meli merasakan tangannya mendapatkan sesuatu yang halus dan juga lembut, saat dikeluarkan ternyata itu adalah sebuah mantel dengan bahan bulu serigala yang lembut, "Cukup untuk menghangatkan tubuh" Gumamnya kemudian memakaikan mantel itu ke tubuhnya. "Ambil mantel dari dalam tas kalian," ujarnya.
Mereka mulai mengambil mantel mereka masing-masing, "Aku membutuhkan beberapa kayu," Ucap Meli menatap Fikry.
Fikry menggerakan tangannya, beberapa lama kayu-kayu mulai bermunculan dari tumpukkan salju. Kayu-kayu merupakan kayu yang sering digunakkan sebagai kayu bakar. "Cukup" setelah suara itu kayu-kayu berhenti bermunculan.
Randi memfokuskan tatapannya pada kayu-kayu itu, tidak lama kemudian kayu itu mulai terbang kearah mereka, terkumpul menjadi satu. Rendi sepertinya menggunakan salah satu kekuatannya, kinetik.
Meli kemudian menatap Angga, mengerti dengan tatapan itu Angga segera berdiri kemudian jari telunjuknya mengeluarkan percikan api dengan cepat api membakar kayu itu. Api unggun yang mereka buat membuat tubuh mereka terasa hangat.
"Kita mungkin bisa bertahan karena ada api unggun, tapi bagaimana kalau badai tiba?" Ujar Clara
Aulia menatap Meli, "Gimana kalau kita minta bantuan Pangeran Mahkota?" Tanya gadis itu.
"Tidak bisa"
"Kenapa?"
Meli mendengus, "Kak Alex sedang ada urusan dikerajaan. Kita tidak bisa mengganggunya hanya karena masalah sepele," Tuturnya dengan tenang.
"Lalu bagaimana kita akan mendapatkan uang?!" Fikry mengacak rambutnya.
Meli sedikit berpikir. Uang disetiap negara pasti berbeda apalagi jika berbeda klan, lalu di klan ini uang itu seperti apa?. Meli menatap Lily dalam mencari pengetahuan tentang uang melalui pikirannya.
Uang di klan ini adalah keping emas dan juga perak. Satu keping emas sama dengan seratus keping perak. Meli menghentikan aktivitasnya.
"Apa ada barang yang bisa menghasilkan uang?" Tanya Meli.
Mereka semua berpikir, "Sebenarnya banyak barang yang bisa ditukar dengan uang tapi itu sesuai dengan kualitas barang." Jawab Angga.
"Barang apa yang bisa menghasilkan banyak uang?" Tanya Meli dengan serius.
"Mungkin kristal?" Ujar Lily sedikit tidak yakin.
"Ah benar, kristal memang sangat mahal" Seru Rendi membenarkan.
Meli tersenyum puas. Mendapatkan kristal bukanlah hal sulit untuknya selagi dia memiliki elemen itu untuk apa dia khawatir?.
Mata indah itu terpejam. Mencoba untuk berkonsentrasi penuh, perlahan sesuatu muncul ditangan indahnya. Benda berkilauan berwarna merah delima mulai terbentuk kemudian jatuh ke bawah, disusul dengan benda yang sama persis namun berbeda warna. Setelah merasa cukup, Meli membuka matanya.
"Sebaiknya kita turun lalu tukarkan kristal itu dengan uang. Dengan begitu kita bisa menyewa penginapan," Perintahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] The Cold Princess
FantasyFOLLOW SEBELUM MEMBACA! BELUM DI REVISI-! BEBERAPA CHAPTER MASIH MEMILIKI BANYAK KESALAHAN DALAM PENULISAN. MOHON PENGERTIANNYA. •••• Meli Amara, hidupnya yang dulu baik-baik saja berubah ketika ibu yang mengasuhnya meninggal membuat sosok Meli menj...