Perjalanan

4.4K 581 18
                                    

.
.
.
.
°HappyReading°

•••••

Malam berlalu dengan cepat. Langit yang sebelumnya gelap telah berubah menjadi warna cerah. Angin sepoi-sepoi berhembus, menerpa wajah dengan halus.

Sekelompok orang berkumpul di pinggir hutan. Hanya melihat wajah mereka yang tampan dan cantik, seseorang akan mengira bahwa sekelompok orang tersebut adalah Dewa dan Dewi yang turun ke Bumi. Sayangnya itu tidak mungkin terjadi.

Di antara kelompok itu berdiri seorang gadis dengan wajah tenang namun terkesan dingin. Ia dengan tenang menatap kedepan tanpa memperdulikan teman-temannya yang terlihat lelah.

"Apa kita akan berangkat sekarang?"

Saat ucapan itu jatuh semua orang sontak menatap kearah gadis yang masih berdiri dengan tenang. "Tidak sekarang," jawabnya dengan tenang.

"Kenapa?"

Mata gold milik gadis itu menatap lurus ke depan dimana di depan sana terdapat tembok tinggi dan kokoh juga gerbang yang di jaga oleh beberapa orang yang mengenakan pakaian seorang Pengawal.

"Di balik dinding itu, tidak ada yang kita ketahui."

Mendengar hal itu, mereka terdiam. Apa yang di katakan gadis itu benar, mereka tidak mengetahui segala hal yang ada di ruangan ini.

Diam-diam mereka menatap kedepan, gerbang yang ada di depan mereka adalah jalan keluar bagi mereka. Mereka menghabiskan banyak hal dan waktu untuk sampai disini, mereka tidak mungkin berhenti di tengah jalan. Apapun yang terjadi mereka harus melalui gerbang itu.

"Lalu apa yang harus kita lakukan?"

Gadis itu mengalihkan pandangannya ke arah teman-temannya, "Rendi" panggilnya dengan tenang.

Rendi menatap gadis itu, "Hmm?" jawabnya dengan alis berkerut.

"Pergi. Cari tahu apa yang menunggu kita di balik gerbang itu."

"Baik!"

"Aku ikut!" seru Fikri dengan semangat, namun seruan itu tidak bertahan lama kala gadis itu menatapnya dengan sorot mata tidak setuju.

"Biarkan dia sendiri. Kau, tetap disini."

Fikri mengangguk dengan enggan, "Baiklah..." balasnya dengan wajah cemberut.

Rendi menatap ke depan lalu mengambil langkah ke depan, namun langkahnya terhenti kala suara Meli terdengar. Mereka memandang Meli dengan tatapan tidak mengerti.

"Kita pergi bersama saja."

"Kenapa?"

Meli terdiam dengan alis mengerut, tidak berapa lama Ia kembali tenang. "Kita tidak bisa berpisah. Pergi bersama adalah langkah yang paling aman."

"Aku setuju!" Fikri dengan cepat merespon, Ia tersenyum senang.

Karena Meli telah memberi perintah tidak ada yang tidak setuju. Selanjutnya yang harus mereka pikirkan adalah bagaimana cara mereka melewati gerbang tinggi di depan sana? Tanpa mendapatkan masalah.

Mereka sibuk berpikir hingga lagi-lagi suara Meli terdengar, "Aku memiliki alat transportasi yang cocok."

Alis mereka menyerngit, "Alat transportasi seperti apa yang kau miliki?." Tanya Aulia dengan tatapan tidak mengerti.

Sementara di dalam Ruang Angkasa milik Meli, beberapa orang merasa merinding. Mereka berdoa dalam diam, semoga kata 'Alat transportasi' yang di sebutkan bukanlah mereka.

[END] The Cold PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang