Disebuah ruangan berwarna biru dengan banyak miniatur kecil hingga besar memenuhi ruangan luas itu tapi sayangnya ruangan ini sangat sepi.
Pemilik ruangan tampak asik dengan dunianya sendiri. Tubuh yang terlentang diatas ranjang, mata silver itu menatap langit-langit ruangan dengan kosong. Satu kata yang selalu berputar di pikirannya. Bosan.
Dia sungguh bosan, pikirannya kembali melayang. Andai saja sekolahnya cepat diperbaiki pasti saat ini dia sedang sibuk duduk manis dan memperhatikan guru yang sedang berbicara didepan. Atau setidaknya dia akan mendengar celoteh temannya. Clara . Hufft, tidak dipungkiri dia merindukkan gadis itu.
Tiba-tiba gadis itu, Meli. Bangkit dari tidurnya, tersenyum manis saat sebuah ide muncul di otak cantiknya. Dengan cepat gadis itu melesat menuju kamar mandi.
setelah selesai gadis itu segera menuju tangga yang berada di sudut kamarnya, menapakkan kaki mungilnya disetiap anak tangga menyebabkan anak tangga yang di pijaknya mengeluarkan cahaya. Jangan lupakan bahwa dunia ini penuh dengan teknologi yang tinggi. Saat sampai dilantai atas kamarnya, yang tidak lain adalah ruangan Walk in closet-nya dengan cepat Meli memilih pakaian yang akan digunakkannya. Saat ini dia sedang tidak berminat menggunakkan pakaian kulit karena dia bukan desainer yang dengan cepat bisa memikirkan pakaian yang bagus.
30 menit berlalu....
Meli melangkahkan kakinya sambil bersenandung ria. Gadis itu mengenakan gaun berwarna Putih dengan lilitan pita dibagian pinggangnya. Gaun yang tampak sederhana tapi mempesona. Ditambah dengan iris mata silver yang mampu membuat orang terpesona dan terintimidasi disaat yang bersamaan, rambut goldnya dibiarkan tergerai indah ditambah dengan tiara berhiaskan permata biru membuatnya seperti dewi kecantikan.
Saatnya jalan-jalan_Batinnya bersorak.
Meningat jalan-jalan tiba-tiba saja langkahnya terhenti. Ia lupa satu hal! Sang Ayah tidak akan membiarkannya keluar dari halaman istana.
Apa yang kau pikirkan Meli?! Keluar dari kandang emas sama saja mengantarkan dirimu kepada Singa yang menyeramkan!_rutuknya
"Bodoh!" Umpatnya.
Sesaat dia kembali memperkerjakan otak cantiknya, kemudian senyum licik terbit diwajahnya.
Jika Raja tidak memperbolehkannya untuk keluar! Maka dia akan meminta kepada orang yang juga berkuasa di istana ini. Pangeran Mahkota. Untuk apa mempunyai kakak yang memiliki kekuasaan jika tidak dimanfaatkan?!.
Dengan cepat Meli berbalik arah, menuju ke kediaman sang Kakak."Bibi Cei"
Langkah wanita paruh baya itu terhenti saat merasa namanya dipanggil, dengan cepat dia berbalik kemudian segera menunduk hormat "Salam yang mulia princess Meli" Ucapnya
Meli menyuruh Bibi Cei mengangkat kepalanya, "Apa bibi melihat Kak Alex?" Gadis itu dengan sopan bertanya, Yah setelah beberapa hari sifat dingin Meli menguap jika dia berada di istana tapi sikap itu kembali hadir saat dia berhadapan dengan orang yang tidak dikenalnya.
"Pangeran Alex sedang berada diruangannya, Princess. Pangeran sedang menunggu tamunya yang datang sekali dalam seminggu"
Meli menyerngitkan alisnya, "Siapa?" Bibi Cei dengan takut-takut menatap Meli. Merasa tidak mendapatkan jawaban Meli segera mencari tau dengan caranya sendiri. Meli mendapatkan kejanggalan saat membaca pikiran dari Bibi Cei.
"Kenapa Kak Alex rela menunggu gadis yang bernama Meng itu?" Meli memiringkan kepalanya pertanda bahwa dia sedang bingung. Bibi Cei tercekat, dia lupa Princess didepannya ini memiliki kekuatan Pembaca pikiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] The Cold Princess
FantasyFOLLOW SEBELUM MEMBACA! BELUM DI REVISI-! BEBERAPA CHAPTER MASIH MEMILIKI BANYAK KESALAHAN DALAM PENULISAN. MOHON PENGERTIANNYA. •••• Meli Amara, hidupnya yang dulu baik-baik saja berubah ketika ibu yang mengasuhnya meninggal membuat sosok Meli menj...