Dalam tidur nyenyaknya Meli merasakan sesuatu yang hangat memeluknya dengan erat membuatnya lebih nyaman dan semakin mendekatkan tubuhnya untuk merasakan kehangatan yang lebih.
Mata indahnya perlahan terbuka kemudian mengerjab untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam kornea matanya.
Wajah tampan dengan rahang yang kokoh adalah hal yang pertama kali ia lihat. Meli kembali mengerjabkan matanya untuk memastikan bahwa sosok itu benar-benar nyata.
"Kenapa?" Suara berat dan serak membuat Meli sadar bahwa sosok didepannya benar-benar nyata.
Ia bangkit dari tidurnya kemudian duduk menghadap ke arah orang itu yang juga ikut duduk. "Kenapa disini?" Tanyanya bingung.
Tidak ada jawaban, Pangeran Alex memilih untuk diam sambil menatap wajah kebingungan gadis itu. Tangannya terangkat mengusap bagian wajah Meli yang masih menampilkan warna kemerahan dengan garis yang menyerupai jari-jari tangan.
"Apakah ini tidak bisa disembuhkan?" Tanyanya dengan suara yang sedikit tercekat, matanya penuh dengan rasa khawatir.
Hati Meli menghangat, ia meraih tangan Pangeran Alex yang ada dipipinya kemudian menggenggamnya dengan erat.
"Itu bukan hal yang serius dan bisa disembuhkan dengan cepat" Ucap Meli sambil tersenyum membuat lesung pipi yang selama ini tidak pernah terlihat terbentuk diwajahnya.
"Lalu kenapa dibiarkan seperti itu?"
Meli terdiam, sedetik kemudian ia menatap mata hitam kelam didepannya dengan intens membuat sesuatu yang hangat mengalir dipembuluh darahnya, "Tidak sempat" Jawabnya dengan tenang.
"Obati sekarang!" Perintah Pangeran Alex dengan tegas membuat Meli tidak bisa melawan dan hanya mengangguk dengan pasrah.
Meli menutup matanya, cahaya hijau mulai terpancar dari dalam tubuhnya lalu naik hinggak kewajahnya kemudian berhenti dimana cetakan jari-jari tangan itu berada, cahaya hijau semakin terang hingga akhirnya menghilang.
Mata Meli perlahan terbuka mendapati wajah lega Pangeran Alex, ia menatap pria yang didepannya kemudian kembali tersenyum, "Lihat? Sekarang sudah sembuh" Ujarnya.
Pangeran Alex mengulum senyum kemudian mengacak rambut gadis itu, "Sudah waktunya makan malam" Ujarnya kemudian menarik tangan Meli untuk menuju ruang makan.
••••
Ruang makan yang semula diisi dengan suara dentingan sendok dan piring yang beradu kini menjadi hening. Rasa canggung menyergap orang-orang yang ada didalamnya kecuali kedua orang yang sedang duduk berdampingan, mereka seolah tidak terpengaruh dengan suasana sekitar.
"Ehem" Deheman Raja Antonio membuat beberapa pasang mata menatapnya dengan bingung dan sebagian dengan rasa terimakasih karena telah memecahkan suasana canggung yang sempat melanda.
"Em, kalau boleh Saya tau, kenapa Putri Mahkota dan yang lain bisa berada di Fairy Room tanpa pengawal dan penjagaan yang ketat?" Tanyanya dengan mata yang terlihat bingung.
Meli menatap Raja Antonio dengan acuh, "Hanya sedang menjalankan misi kecil," Jawabnya dengan santai membuat teman-temannya menatap dirinya dengan aneh, misi ini termasuk dalam misi rahasia, jadi wajar saja mereka merasa Meli aneh karena mengucapkan kalimat itu dengan santai.
"Misi? Misi apa?" Putri Iris bertanya dengan penasaran, kebetulan tempat duduknya berhadapan dengan Pangeran Alex sehingga ia mudah untuk menatap Meli yang duduk disamping Pangeran Alex.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] The Cold Princess
FantasyFOLLOW SEBELUM MEMBACA! BELUM DI REVISI-! BEBERAPA CHAPTER MASIH MEMILIKI BANYAK KESALAHAN DALAM PENULISAN. MOHON PENGERTIANNYA. •••• Meli Amara, hidupnya yang dulu baik-baik saja berubah ketika ibu yang mengasuhnya meninggal membuat sosok Meli menj...