Pemberontak

7.2K 737 2
                                    


Senandung kecil dari bibir Meli memenuhi lorong yang sunyi, entah kenapa saat ini lorong-lorong terlihat sepi. Tidak ada pelayan yang berlalu lalang, membuat gadis beriris mata silver itu merasa aneh.

Kakinya yang kecil melangkah menuju Aula istana, mungkin saja semua orang sedang berada disana.

Tidak lama berjalan, kini di hadapannya terdapat pintu yang besar dan kokoh. Pengawal yang berdiri menjaga pintu masuk itu segera menunduk hormat kepada gadis yang kini menampilkan wajah datar. Saat pintu dibuka, kakinya segera melangkah masuk.

Alisnya menyerngit saat melihat wajah sang ayah yang tampak gusar. Tidak hanya itu, ibu serta kakak-kakaknya pun terlihat gusar,kecuali Pangeran Alex yang masih duduk tenang dengan wajah datarnya. Tanpa mengucapkan apapun, Meli segera duduk di tempatnya yang berada di samping Pangeran Alex.

Tidak lama, pintu aula kembali terbuka. Membuat mereka yang berada di aula itu segera menatap pria yang kini sedang berlutut dihadapan sang Raja.

"Hormat saya yang mulia" Ucapnya

"Berita apa yang kau bawa,Andres?" Raja menatap pria yang menggunakan pakaian khusus perang.

"Pemberontakan yang sedang kami tangani belum menemui titik terang,Yang Mulia. Jumlah pemberontak makin lama makin bertambah. Sementara para prajurit kami banyak yang terluka. Saya dikirim Jendral Ronald untuk menyampaikan permohonan maafnya jika dia gagal menyelesaikan masalah ini,Yang Mulia"

Andres menjelaskan dengan mata yang menahan tangis. Dia merasa bodoh dan tidak bertanggung jawab. Bagaimana mungkin! Disana Jendral-nya sedang mempertaruhkan nyawanya sementara dia kini sedang dalam keadaan baik-baik saja. Dia ingin menolak perintah Jendral itu, tapi perintah tetap perintah, mau tidak mau dia harus mematuhinya.

Raja berfikir keras, tidak mungkin dia merelakan begitu saja Jendral-nya terluka. Ronald adalah orang yang kuat, tegas dan juga ramah. Auranya selalu memberikan kesan positif membuat siapapun akan cepat akrab saat bersamanya. Sifatnya itulah yang membuat Raja menanggapnya seperti putranya sendiri. Seharusnya masalah ini ditangani oleh para pangeran tapi mengingat mereka saat ini sedang banyak pekerjaan yang tidak kalah penting membuatnya memilih Ronald sebagai penanggung jawab masalah ini.

"Bagaimana keadaan Jendral Ronald, Andres?" Tanya Ratu dengan khawatir.

"Keadaannya buruk,Yang Mulia Ratu"

Saat ucapan itu terdengar, suhu dari ruangan itu seketika menjadi menyeramkan. Aura kegelapan memenuhi ruangan Aula, membuat mereka dengan susah payah menekan aura yang sanagn mencekam.

Pandangan mereka tertuju ke arah gadis yang kini sedang menunduk, tangannya terkepal erat. Kepalanya mendongkak, membuat Aulia seketika memekik kecil saat melihat iris mata Meli yang kini telah berubah menjadi Merah kelam.

"Dimana tikus-tikus kecil itu melukai Kakakku!" Ucapnya dengan penuh tekananan.

Andres menelan salivanya kasar, "Di sebelah barat,Putri. Tepatnya di hutan Kisal" Jawabnya.

"Ck, Akan kubuat mereka menjadi Debu!" Ucap Meli sebelum menghilang.

Saat Meli menghilang mereka segera menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.

☆☆☆

Hutan kisal yang sebelumnya rindang dan sejuk kini telah berubah menjadi hutan yang menyeramkan, mayat tergeletak dimana-mana, bau amis memenuhi udara. Dentingan pedang memenuhi indra pendengaran. Elemen-Elemen terlempar kesegala arah.

"BERHENTI!" Suara yang nyaring dan terkesan dingin membuat Hutan itu kembali tenang.

Mereka yang semula sedang bergulat kini mengangkat pandangan mereka ke atas. Di atas sana, seorang gadis dengan pahatan wajah yang sempurna mengambang di udara dengan anggun. Wajahnya yang dingin membuat para pemberontak  menelan saliva mereka dengan kasar.

[END] The Cold PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang