Sebuah mobil mewah berwarna putih berhenti di jalan sebelah kos-kosan putri. Wanita bersetelan formal dengan sepatu hak tingginya yang elegan turun dari sana dan berjalan ke depan gerbang kos tersebut.
Untuk sejenak, dia mengamati plang nama yang berada di atas gerbang, mencocokkannya dengan yang ada di ponselnya.
Kemudian dengan bibir terkatup rapat serta sorot mata yang dingin, dia melenggang memasuki area kosan. Sampai di salah satu pintu kos, dia mengetuknya beberapa kali.
"Aduh, siapa, sih?! Gue lagi tidur malah diganggu!"
Di dalamnya, Qiandra misuh-misuh. Berupaya bangkit dari posisi rebahnya untuk membuka pintu.
"Tidur katanya? Udah sore gini dia masih tidur?" gumam Airia, wanita feminim yang tak lain tak bukan adalah ibu Qiandra sekaligus Kepala Sekolah Ranza.
Saat sang anak membuka pintu, dia tanpa basa-basi langsung melayangkan sebuah tamparan ke pipi cewek itu. Tak main-main, bahkan sampai membuatnya berpaling ke sisi lain.
"Sialan! Lo kurang ajar—eh? Mama?" Qiandra baru akan memaki-maki orang yang menamparnya. Namun, dia tercekat mengetahui orang itu adalah mamanya sendiri.
"Kenapa Mama ada di sini? Dari mana Mama tau tempat ini?" tanya Qiandra.
"Harusnya itu pertanyaan Mama. Ngapain kamu tinggal di tempat seperti ini? Kamu hidup dari hasil morotin orang lain, kan? Ngaku kamu!" balas Airia, sembari menunjuk tepat ke wajah putrinya.
"Mama nggak percaya kamu begini, Baby. Setelah kabur dari rumah, kamu malah tinggal gratis di kosan orang lain sambil minta uang ke dia. Apa kamu nggak sadar? Yang kamu lakukan itu pemerasan! Kriminal, Baby!" Suara Airia naik satu oktaf.
"Bilang sama Mama apa yang terjadi." Kali ini, Airia memegang kedua bahu Qiandra dan menatapnya dalam, menuntut penjelasan. "Kenapa kamu bisa ditemukan kecebur di danau?"
Qiandra terhenyak dengan pertanyaan itu.
"Ke mana laki-laki bedebah yang udah bikin kamu ngelawan Mama, huh? Kenapa sekarang malah morotin orang yang nolongin kamu di danau?"
"M-mama tau dari mana semua itu? Siapa yang cepu sama Mama?" Bukannya menjawab, Qiandra yang penasaran terus melontarkan pertanyaan yang serupa.
Heran. Itulah yang Qiandra rasakan.
Setahu dia, tidak ada siapa pun yang mengetahui tentang hal ini selain dirinya dan Hiro. Jika ada orang lain yang tahu, mungkin Hiro telah membocorkannya.
Tetapi, tetap saja aneh. Bagaimana bisa kabar ini bisa sampai ke telinga sang mama? Padahal Qiandra sangat yakin, bahwa tak mungkin Hiro mengenal wanita itu.
"Kenapa, sih, kamu selalu mengalihkan pembicaraan?! Kamu cuma perlu jawab pertanyaan Mama, Baby!" cetus Airia, nyaris kehabisan stok sabar.
Di saat Qiandra asyik bergeming, Airia menghela napas berat. Tidak ada gunanya bagi dia memarahi gadis itu. Yang ada, Qiandra malah akan semakin bertingkah liar.
Sisi baiknya sekarang, Qiandra sudah tak bersama dengan lelaki bajingan yang menghasutnya. Jadi, Airia bisa membawa dia pulang dan melindunginya.
"Udahlah, Baby. Ayo kita pulang. Mama nggak akan biarin kamu berkeliaran kayak gini lagi. Setelah ini, lebih baik kamu homeschooling aja," kata Airia.
"Apa? Homeschooling? Gak mau! Kalo harus homeschooling segala, aku nggak mau pulang, Ma!" tolak Qiandra.
Airia menggeretakkan giginya, lantas menarik paksa tangan Qiandra. "Kalau ngga gitu, Mama nggak bakal bisa ngawasin kamu dari dekat! Mama nggak mau kejadian kemarin-kemarin keulang lagi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Return Of Real Gangster [ Segera Terbit ]
ActionGangster sejati itu ... seperti apa? Apa mereka yang isinya berandalan gila seperti geng MANIAC? Atau seperti Red Devil yang terdiri dari manusia-manusia gila uang? Atau apakah seperti D'Monster yang dipenuhi orang-orang barbar dan brutal? Mungki...