"Mas Kaffa.. Aku hamil"
Kaffa masih belum memberikan respon usai mendengar ucapan Caca. Ia masih diam, sedangkan Caca menatap Kaffa dan menunggu balasan suaminya itu dengan tegang.
"Jangan becanda"Ucap Kaffa setelah hampir semenit lamanya lelaki itu tak buka suara.
"Kok becanda sih? Aku gak mungkin becanda soal beginian Mas.. Aku serius. Aku hamil"
Caca melepaskan tangan Kaffa dan perempuan itu berdiri mengambil sesuatu dari dalam laci meja riasnya.
"Kamu bisa liat sendiri disini garisnya ada berapa"
Kaffa terasa sulit menelan ludahnya sendiri saat melihat ada dua garis di tiga testpeck yang barusan di berikan Caca untuknya.
"Kok bisa?"
"Lah? Ya bisa lah! Gimana sih Kamu!"
"Akh.."Kaffa tiba-tiba teringat jika waktu itu memang Mereka melakukannya tanpa pengaman apapun. Langsung loss joss tanpa rem akibat Caca yang mancing duluan dan Kaffa yang tentu saja kepancing sama godaan perempuan itu.
"Kamu gak seneng yaa Mas??"Tanya Caca sembari menggigit bibirnya.
Perempuan itu menahan tangisannya sekarang. Raut wajah Kaffa tak menunjukan jika lelaki itu senang dengan berita yang Ia sampaikan. Berbeda halnya dengan Caca beberapa saat lalu saat Ia pertama kali mengetahuinya."Aku.. Aku seneng kok"Balas Kaffa sedikit terbata.
"Tapi muka Kamu gak keliatan kek orang seneng Mas Kaffa.. Ekspresi Kamu sekarang tuh kayak cowok yang ketakutan pas tau ceweknya hamil tau gak.. Bisa gak sih Kamu bahagia dikit? Seenggaknya buat Aku gitu"
Perempuan itu mengatakannya dengan suara yang bergetar karena menahan tangis. Seenggaknya Kaffa bisa menunjukan sedikit kebahagiaan atas kabar yang barusan Ia sampaikan. Tapi lelaki itu malah sebaliknya.
Kaffa yang mendengar ucapan Caca dan menyadari jika mata istrinya berkaca-kaca langsung kaget. Kaffa lalu memegang kedua bahu Caca dan menatap Perempuan itu.
"Caa.. Aku seneng. Aku cuman kaget aja Caa. Jangan nangis dong.. Aku salah, Aku minta maaf yaa"Ucap Kaffa dan setelahnya Ia lalu memeluk Caca tapi tangis Perempuan itu tak bisa di bendung lagi.
"Aku seneng tau Mas Kaffa.. Kamu juga harusnya seneng dong. Kamu gak perlu khawatir. Aku janji Aku bakalan baik-baik aja"
Kaffa mengangguk dan semakin memeluk Caca. Perempuan itu tidak tau jika air mata Kaffa juga menetes setelah ucapannya barusan.
Manusia hanya bisa berencana dan Tuhan yang menentukan. Di saat Kaffa sedang berusaha untuk mendapatkan anak adopsi, Tuhan lalu menitipkan Mereka nafas yang lain di saat yang bersamaan. Kaffa tentu tidak bisa apa-apa walaupun sekarang pikirannya sedang terbagi. Dia takut sekaligus khawatir.. Bagaimana dengan Caca? Bagaimana nanti dengan bayi itu nanti ? Apa dia akan selamat? Pikirannya betulan ruwet dan tidak tenang di saat bersamaan.
"Besok Kita harus ke rumah sakit buat langsung periksa"Ucap Kaffa begitu pelukan Mereka selesai.
Caca menganggukkan kepalanya dan Kaffa menghapus jejak air mata di pipi Perempuan itu.
"Jam berapa?"
"Jam sembilan atau gak jam sepuluh. Aku gak berangkat ke kampus besok"
"Gapapa emangnya? Aku bisa nunggu kalau misalnya Kamu masih ada urusan di kampus"
"Gak ada.. Pokoknya Kita langsung ke rumah sakit"
Caca mengangguk sekali lagi dan Kaffa mendekatinya lalu mengecup kening Perempuan itu beberapa saat. Caca tersenyum, apa yang Ia khawatirkan selama Kaffa belum pulang sekarang sudah hilang. Tapi masih ada orang lain yang Caca khawatirkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/312272915-288-k71489.jpg)