"Sean.."
Panggil Kaffa dan berjalan menghampiri adiknya. Sean yang melihat kedatangan Kaffa langsung berdiri dan memeluk kakaknya.
"Sasa jatoh.. Dia pendarahan banyak banget Mas. Dan mau gak mau Sasa Sasa harus di operasi.. Aku khawatir banget Mas"ucap Sean. Matanya berkaca-kaca.
"Kamu tenang ya. Insya'allah Sasa gak bakalan kenapa-napa Sean"kata Kaffa menenangkan Sean padahal kalau boleh jujur dia sendiri tak kalah khawatir. Ia juga tiba-tiba berkeringat dingin dan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Sesuatu tentang rumah sakit Kaffa tidak suka. Dia anti sekali apalagi menunggu di depan ruang operasi seperti ini. Mimpi buruk.
Caca mengelus punggung Sean pelan dan mengenggam tangan Kaffa. Sasa masih di tangani Dokter di dalam ruangan operasi.
Kenzie duduk di sebelah Keisha yang sejak tadi diam dan di sebelahnya duduk Kylo dan Koa. Dua anak laki-laki itu tampak mengantuk dan mata mereka sembab. Kenzie kasihan sendiri melihatnya lalu mengelus kepala kedua sepupunya itu.
"Nyokap Gue jatuh Zie.. Gue takut. Takut kalau Mama sampai kenapa-napa"ucap Keisha sambil mencoba menahan tangisannya tapi tetap tidak bisa. Kenzie duduk di sebelah Keisha dan ikut mengusap punggung sepupunya menenangkan.
"Dokter bakalan lakuin yang terbaik buat tante Sasa sama adik Lo.. Tenang yaa Keii. Kita bantu sama doa"
Keisha mengangguk dan dengan cepat menghapus air matanya saat Kylo mendapatinya menangis.
"Kakak jangan nangis.. Kylo ikut sedih😟"
"Koa juga sedihh😔"
Keisha menarik kedua adiknya kepelukan dan Kenzie memperhatikan ketiganya dalam diam. Ia lalu menoleh untuk melihat kedua orang tuanya yang tengah mengobrol dengan Om Sean. Tak lama dari sana terdengar langkah kaki yang berjalan terburu-buru. Mereka adalah Ayah dan Ibu Sasa. Mertua Sean.
Kedua orang tua Sasa berjalan dengan panik ke arah mereka. Sean langsung menjelaskan pada mertuanya terkait kondisi Sasa. Istrinya yang di jadwalkan melahirkan dengan normal terpaksa harus di operasi dan membutuhkan banyak kantong darah. Untungnya rumah sakit memiliki persediaan kantong darah yang banyak untuk Sasa.
"Koa.. Sini Kakak pangku"ujar Keisha lalu memangku Koa yang tampak sudah mengantuk. Sekarang sudah jam sebelas malam. Kenzie melihat Kylo yang juga terlihat mengantuk lalu menepuk pahanya memberikan Kylo kode agar berbaring di sana untuk di jadikan bantal. Kenzie jadi kasihan sendiri dengan sepupunya itu apalagi melihat Keisha yang juga kualahan menjaga kedua adiknya.
"Mamaku gak bakalan kenapa-napa kan, Kenji??"tanya Kylo. Matanya masih terbuka meskipun sudah tampak berat dan sebentar lagi akan terlelap.
"Uhm.. Mamanya Kylo gak bakalan kenapa-napa. Mama kan lagi ngeluarin adiknya Kylo di dalem"
"Okehh. Kalau gitu Kylo bisa tidur"
Kenzie mengangguk dan mengusap kepala Kylo pelan mengikuti apa yang di lakukan Keisha pada Koa.
Satu jam setelahnya terdengar suara tangisan bayi yang nyaring dari dalam ruang operasi. Semuanya langsung mengucap syukur. Sean bahkan sampai bersujud syukur mendengarnya.
"Terima kasih ya Allah.."
Semua kekhawatiran yang ada di hati Sean seketika terangkat begitu mendengat suara tangisan bayinya dari dalam ruangan.
Tak berapa lama setelahnya lalu keluar seorang perawat yang membawa troli berisi bayi yang masih merah. Itu anak Sean dan Sasa. Dan tak lama Sasa juga menyusul setelahnya. Perempuan itu gemetaran saat tempat tidurnya di bawa keluar dari ruang operasi untuk di pindahkan ke ruang rawat.