Benar-Salah

1.8K 269 58
                                    

"Ohhh! Jadi selama ini ternyata Kamu udah tau soal anakmu begitu? Terus Kamu diem aja!? Aku seharusnya udah gak kaget kenapa Esa begitu tingkahnya ternyata niruin kelakuan bapaknya dulu!"

"Kamu kok bahas itu lagi sih. Itu udah jadi masa lalu--"

"Alah! Yang penting udah jelas sekarang Esa ngikutin kelakuannya siapa. Aku gak habis pikir ya sama Kamu. Anak Kamu begitu Kamu cuman diem-diem aja--"

"Coba tanya Esa, Aku apain dia pas tau soal itu hah? Kamu pikir Aku seneng pas taunya? Bangga gitu? Ya enggaklah! Kamu yang dirumah jadi Kamu yang harusnya ngikutin dan ngontrol kegiatannya dia sehari-hari. Ini Kamu yang lalai sampai dia seberani itu!"

Esa berdecak malas mendengar perdebatan kedua orang tuanya. Dia sekarang tengah di sidang di ruang tengah tapi bukan seperti Esa yang tengah disidang tapi malah Papanya yang barusan pulang. Mama Rena langsung ngamuk, Papa yang barusan pulang dan capek jadi ikutan kepancing juga jadinya.

"Loh jadi salahku!? Emang orang tuanya Esa cuman Aku doang gitu?
Ini tanggung jawab bersama ya! Jangan pikir tanggung jawab Kamu cuman nafkahin anak abis itu selesai! Kamu itu Ayahnya! Tugasnya ngasih arahan ke anak, nasehatin dia, kasih tau! Biar gak melenceng kayak begini kelakuannya! Ini Kamu apaan? Anak ada salah bukannya ditegur malah diem aja. Kalau Aku gatau soal ini mau Kamu sembunyiin sampai kapan? Mau nungguin sampai Esa ngomong kalau ceweknya udah hamil!? Iya gitu!? Kamu udah pulangnya jarang, di rumah juga gak ada bonding sama anak. Jadi begini kan akhirnya. Seharusnya Aku udah gak heran kenapa Esa sama Kenzie beda banget kelakuannya karena yang satu dapat figur Ayah yang satunya lagi enggak!"

Esa menggaruk kepalanya gusar lalu menggebrak meja membuat kedua orang tuanya yang tadi tengah bersitegang langsung menoleh ke arahnya kaget.

"Bisa gak kalian berhenti berantem dan gak saling nyalahin satu sama lain? Disini Esa yang salah, Esa udah ngaku. ini juga bukan karena didikan Mama dan Papa yang gak baik. Esa yang salah karena keikut bisikan setan"ujar Esa dan menatap kedua orang tuanya bergantian.

Rena berdecak kemudian menghindar dari tatapan sendu putra tunggalnya. Sementara Givano menghela nafas panjang.

"Esa janji Pa, Ma. Esa gak bakal ngulangin lagi. Jadi kalian gak usah berantem apalagi sampai bawa-bawa orang lain. Mama juga jangan bandingin Papa sama Om Kaffa. Ini juga bukan salah Papa, Ma. Ini salahnya Esa sendiri.. Esa minta maaf. Esa gak bisa kontrol diri dan buat sesat anak orang lain. Maafin Esa, Esa beneran nyesel dan janji gak bakal ngulangin lagi"Ujarnya kemudian menunduk. Sekarang dia betulan menyesal.

Rena menghembuskan nafas panjang dan meninggalkan ruang tengah tampa mengatakan apapun. Rasa kecewa dan amarahnya dengan anak tunggalnya itu belum selesai. Sementara Givano yang kasian melihat anaknya kemudian mendekati Esa lalu duduk di samping anak itu.

"Nanti Kita ngobrol lagi kalau marahnya Mama udah selesai. Papa seneng kalau Kamu udah sadar tindakan Kamu itu salah"ujar Givano dan menepuk pelan bahu Esa dan anak itu memberikannya anggukan.

"Gimana soal Nana?"tanya Givano setelahnya.

"Gak tau. Selama tiga hari ini Esa dikurung terus sama Mama. Gak di kasih megang hp juga. Jadi Esa gatau soal Nana.."balas Esa. Ia kemudian teringat dengan percakapannya bersama Kenzie saat ditelfon tadi. Tiba-tiba perasaannya jadi tak enak begini. Kira-kira Nana kemana ya??

"Yaudah kalau gitu. Papa mau bujuk Mama dulu biar besok Kamu bisa di ijinin buat sekolah"

Esa mengangguk senang, setidaknya Papa tidak semarah Mama. Saat Givano hendak beranjak Esa langsung menahan lengannya.

"Pa, tolong bilangin sama Mama. Esa gamau pindah kemana-mana. Esa maunya disini aja. Esa gamau jauh-jauh dari Nana sama Kenzie"ujarnya memohon. Mau tidak mau Givano akhirnya membalasnya dengan anggukan sebelum pergi menaiki tangga menyusul Rena.

SON|| SEQUEL HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang