"----Pokoknya mbak gamau tau kamu harus ke rumah dulu sebelum pulang. Harus di sempetin gaboleh enggak. Mbak maksa! Di tunggu benerann loh yaaa"
Setelah hampir berbincang-bincang selama dua puluh menitan panggilan facetime dengan teman lamanya akhirnya selesai. Perempuan itu tak berhenti tersenyum. Caca senang bukan main.
"Sayangku masih bobo yaa.. Mama laper nih Safi, mama makan dulu yaa"ucapnya sambil mengelus pipi Safi. Bayi itu masih tertidur nyenyak. Caca mengambil bantal meletakkannya di sebelah kiri dan kanan Safi. Setelah dirasa aman barulah Caca keluar kamar.
"Baru aja saya mau ke atas buat manggilin ibu makan, ibu udah duluan turun"ujar Bibi. Wanita parubaya itu barusan selesai menata masakannya di atas meja.
"Wangi masakannya sampe atas Bii. Cacing di perut saya udah manggil-manggil.. Saya mau makan dulu, bibi tolong ke atas jagain Safi sebentar ya"
"Okeh siap buu. Nanti kalau adek nangis saya langsung manggil ibu yaa"
Caca mengangguk, setelahnya perempuan itu mengambil piring dan makan. Caca menggoyangkan kepalanya kekiri dan kekanan. Masakan bi Lina tidak pernah mengecewakan. Caca approve!
"Assalamualaikum"Caca mendongak begitu mendengar salam dan Kenzie muncul dari pintu.
"Walaikum'sallam.. Kamu tumben baliknya cepet"balas Caca. Perempuan itu sempat melirik jam di dinding. Sekarang baru jam dua belas lewat tiga puluh. Terlalu awal dari jam pulang Kenzie biasanya.
"Iyaaa di pulanginnya cepett.."ucap Kenzie. Anak itu melepaskan sepatunya dan meletakkan helm kemudian berjalan gontai.
"Temenin mama makan sini, kamu pasti laper kann"kata Caca dari dapur. Kenzie hanya melirik sekilas ke arahnya dan anak itu menggeleng.
"Masih kenyang. Aku ke atas"balas Kenzie. Caca lalu mengangguk dan melanjutkan makannya.
_______
Kenzie melirik ke kamar orang tuanya yang di buka. Disana ada Bi Ijah yang tengah memperhatikan Safi sambil menepuk pelan pahanya.
Kenzie lalu masuk ke dalam kamar dan melemparkan tasnya ke sofa. Suara berisik dari tas Kenzie membuat tidur Safi jadi terganggu membuat bayi itu merengek dan bergerak tak tenang."Aduhh Mas Kenzie. Masuknya pelan-pelann gitu loh. Ini adeknya bangun. Mamamu baru makan"omel Bibi dan mengambil Safi.
"Maaf. Sini sini biar Aku yang gendong diaa.. Bibi ikutan makan sana sama mama. Aku yang jagain"ujarnya menawarkan dan mencoba mengambil alih Safi.
"Justru mas kenzie sana gabung makan sama ibu. Bibi tadi udah makan duluann.. Lagian Mas Kenzie juga bau keringat begitu masa mau megang adek bayi"Bi Ijah tidak mengizinkannya memegang Safi.
"Ahh biii.. Safii kan adekku. Aku pengen megang doangg"
"Gaboleh. Mas kenzie kotor. Sana mandi dulu!"
Kenzie langsung manyun. Tapi sebelum benar-benar pergi Kenzie langsung mendekati Safi dan mencium-cium pipi adiknya. Membuat Bi Lina geleng-geleng dengan tingkah anak majikannya satu itu.
"Mana ada bau keringat. Kalau bau rokok mah iya"gumam Kenzie lalu membuka baju seragamnya dan melemparkannya ke dalam keranjang cucian. Kenzie mengambil handuk di belakang pintu lalu masuk ke dalam toilet untuk mandi. Lima belas menit kemudian Kenzie keluar dan berganti dengan pakaian rumahan.
"Hh. Hampir aja lupa sholat zuhur"
_______
"Ck. Mikha angkat dong telfonnya.."
"Aishh. Mau nyamperin dia tapi ntar malah kena masalah lagii. Aishh"
Kenzie berdecak kesal saat panggilan telfonnya sama sekali tidak di angkat Mikha. Nomor pacarnya itu aktif tapi Mikha dengan sengaja mengabaikannya. Bahkan saat tadi Kenzie kembali ke kelas Mikha mendiaminya terus-terusana.
