"Tas kamu udah?"
"Udah, Kakk ..."
"Rambutnya di gerai aja, makin cantik loh."
"Gamau gerah."
"Yaudah, Kakak kepang aja sini!"
"Ihh, gamauuu. Ribet ah, mending gini aja, simple." Gadis itu menunjukkan kuncir kudanya.
Dewa menghela napas pasrah. "Di dandanin malah gak mau." Dewa merajuk pada adik perempuannya itu.
"Gak gitu, Kak Dewa. Dara gak mau yang ribet-ribet ajaa, udah ya? Dara berangkat dulu!"
"Beneran gamau dianterin?" Dewa menawari kesekian kalinya.
"Nggak usah, aku sama Mang Asep aja. Elo kan harus ke kampus hari ini, sana mandi!"
"Mager gue, mau bolos ajalah." Dengan entengnya Dewa berucap di depan Dara yang jelas langsung berteriak membocorkannya.
"MAAA!!! KAK DEWA MAU BOLOS NIH MA!" teriak Dara yang terdengar hingga ke dapur.
"GAPAPA, NANTI KAKAKMU GAK DAPET UANG JAJAN BULANAN!"
"Eh, eh! B-bercanda, Ra! Kok malah ngadu ke Mama sih?!" Muka Dewa saat panik terlihat menggemaskan bagi Dara.
"ENGGAK MA! ADEK BOONG TUH! ORANG INI DEWA MAU OTW MANDI!"
"HAHAHAHAHA!" Dara tertawa meledek.
"Adek mah, gitu ya sama Kakak! Awas aja gabakal Kakak traktir lagi besok-besok." Ancam Dewa berharap Dara mengemis maaf kepadanya.
Namun, ekspetasinya salah. Justru Dara tidak peduli dengan ancamannya.
"Gapapa, kan ada Mama, ada Papa juga, aku juga masih punya uang saku, wlek!" balas Dara.
Dewa yang gregetan itu akhirnya mencubit gemas kedua pipi Dara. "Hmmmm ... gituu yaa?"
"Aaahhh ... Kak Dewa udahh stopp ..."
"Gamau, gemes deh pipinya, kayak bakpao."
"Lepasin ih, nanti aku telat, Kakk, tuh kasian Mang Asep udah setia nungguin di mobil."
Dewa pun berhenti mencubiti pipi adiknya.
"MAA! DARA BERANGKAT DULU YAA!"
"IYA SAYANG, HATI-HATI, BEKALNYA DI MAKAN, YA!" sahut Maudy ㅡ Mama Dewa dan Dara. Yang berada di dapur bersama Bi Wendah.
"Heh, heh, heh!" cegat Dewa.
"Apalagi, Kak Dewaa?"
"Salim dulu ama gue, durhaka lo ye." Ucap Dewa sambil menyodorkan punggung tangan kanannya.
"Emang harus?" balas Dara menantang.
"Ohh, gituu ... coklat Silverqueen di kulkas buat gue ya? Fixs."
Mendengar coklat kesukaannya akan diembat, buru-buru Dea meraih kemudian mencium punggung tangan Dewa.
"Udah kan? Jangan dimakan, punya gue. Sampe itu coklat lo makan, gue nuklir kamar lo." Ancam Dara balik.
Dewa tertawa kecil melihat tingkah adik kesayangannya itu.
ㅡㅡㅡ
"Non Dara, ini ngantri pisan euy, kayaknya gak cuma Non Dara yang kesini pake mobil, tuh liat disana, ada yang pake kontener. Kumaha eta nya?"
Dara terkekeh pelan, "Mana ada kontener sih, Mang. Itu Fortuner namanya, bukan kontener."
"Owalahhh, yaudah atuh kumaha? Kalo maksain masuk ke dalem keburu telat atuh."
"Emm, yaudah aku turun disini aja. Nanti aku jalan ke dalem. Makasih ya, Mang, udah dianterin."
"Serius? Gapapa?"
"Iya, Mang Asep hati-hati pulangnya. Nanti Dara kabarin Mang Asep kalau udah pulang sekolah."
"Siap atuh! Siap! Non Dara juga hati-hati nya! Mang Asep teh sering baca artikel-artikel tentang kasus bullying di sakola. Mang Asep teh takut Non Dara jadi korban juga. Terus apalagi yang kabarna sampe bunuh diri kitu. Hih, amit-amit Mang Asep bayanginnya! Merinding Mang Asep, beneran!"
Dara tersenyum tipis, "Iya, Dara bisa jaga diri kok. Mang Asep gausah takut, doain aja lingkungan sekolah Dara yang baru aman, tentram, dan damai."
"Uhhh, pasti itumah! Semoga teh, Non Dara diberi keselamatan dimanapun, Aamin."
"Aamiin ... yaudah, aku turun sekarang ya. Mang Asep pulangnya jangan ngebut-ngebut."
"Iya, Non. Selamat belajar di sekolah yang baru. Kalo ada apa-apa langsung kabarin Mang Asep, nanti Mang Asep langsung cussss ke TKP!"
"Hmmm ... "
ㅡㅡㅡ
Oh, look at there! Welcome guys! ☠️
Note : Mohon maaf kalau bahasa Sunda nya ada yang kurang atau ada yang salah, mohon koreksinya yaaa😁
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDERAS [END]
Fiksi RemajaIni tentang Arderas Keyvan Razhantara. Sang pewaris perusahaan sekaligus badboy di SMA Sastra Garuda. Ketua Carventous, memiliki paras bak pangeran surgawi, kisahnya mulai menarik saat kehadiran Dara sebagai murid baru yang cantik, tegas, dan selalu...