Dara melangkahkan kakinya menaiki anak tangga satu per satu. Ia dibingungkan dengan suasana koridor kelas 11 yang biasanya ramai dipenuhi cabe-cabean itu, kini mendadak sepi bagai tak berpenghuni.
"Ini tumben sepi?"
"Apa gue salah info?"
"Jangan-jangan hari ini masih libur?"
"Ah, enggak. Anak kelas 10 dibawah rame kok tadi."
Dara membatin sambil terus berjalan menuju kelasnya.
"Aldara Theana." Suara lembut itu terdengar tak jauh di belakang gadis itu.
Dara membalikkan tubuhnya, siapa yang memanggil namanya begitu lengkap barusan?
Dia lagi?
"Pagi, Pir!"
"Pir?"
"Nenek Lampir."
"Gue punya nama, Kak."
"Yea, I know."
"Berhenti manggil gue nenek lampir." Titahnya.
"Okey, kalo gue gak lupa."
"Eek."
"Ekhem ..." Eras berdeham seraya bersedekap dada. Berusaha mengode cewek itu.
"Batuk ya batuk aja kali. Gausah sok jaim." Timpal Dara. Malas melihat sosok manusia aneh di depannya saat ini.
"Gak mau bilang makasih gitu?"
"Buat?" Dara bertanya penasaran.
"Buat tetangga lo!" sarkas Eras, "ya buat gue lah. Gimana sih, lo?"
"Emang lo habis ngapain? Sampe gue harus berterima kasih?"
Jleb
Greget juga rasanya, ngomong sama cewek modelan Dara yang gak pekaan gini.
"Emang Arka kemarin gak bilang sama lo?"
Akhirnya, Dara paham maksud cowok aneh yang di depannya saat ini.
"Oh, soal kemarin? Harusnya gue bilang terima kasih ke Kak Arka dong? Kan dia yang nganterin gue sampe rumah. Dia juga yang bantuin gue lolos dari cowok-cowok gajelas kemarin itu."
"Gue yang nyuruh Arka."
"Nyuruh doang, kan? Abis itu lanjut berantem lagi?"
"Ck, kalau bukan gue yang nolongin kemarin, siapa lagi? Kalo gak lebam-lebam tuh muka lo sama mereka."
"Gue? Lebam?"
"Udah nyungsruk, masih aja sok kuat." Balas Eras tak ada habisnya.
"Lo bisa gak sih? Gausah bacot." Pekik Dara.
"Bisa. Sini ciom dulu, nanti diem." Eras menunjuk bibir ranum miliknya.
Dara bergidik ngeri. Mulai gak waras kayaknya cowok satu ini. Kalau tiap hari ketemu Arderas bisa-bisa jantungnya turun ke lutut.
Kringggg!
"Yah, udah bel ... gak jadi ciom."
"Gajelas."
"Iya, emang. Soalnya belum ada kejelasan diantara kita." Timpal Eras sambil menyeringai.
Daripada gue makin gak waras, mending lari masuk kelas.
"Up to you, Boy."
ㅡㅡㅡ
Kirain sepi kenapa, ternyata semuanya pada di dalam kelas. Dan, gak ada kegiatan lain selain membuka buku pelajaran. Mereka kelihatan serius, beda dari hari biasanya. Yang cuma santai-santai dan masa bodo soal pelajaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDERAS [END]
Novela JuvenilIni tentang Arderas Keyvan Razhantara. Sang pewaris perusahaan sekaligus badboy di SMA Sastra Garuda. Ketua Carventous, memiliki paras bak pangeran surgawi, kisahnya mulai menarik saat kehadiran Dara sebagai murid baru yang cantik, tegas, dan selalu...