[79] UNTUK YANG KEDUA KALINYA

1.1K 28 5
                                    

Masih di tempat pemakaman dalam keadaan berduka. Tidak semua, anggota inti Carventous sudah pergi lebih dulu, sisa orang tua dan teman-teman Abel.

Delancy, Ibunya Abel, tiba-tiba berdiri menatap Dara yang berdiri di sebelahnya. Wanita itu menyentak, "Semua ini gara-gara kalian!" Dia juga menatap Isyana dan Clarice di lain sisi.

"Sayang, ikhlasin anak kita, ya? Ini bukan salah mereka, mereka kan temen-temen Abel," bujuk Vendra, ayahnya Abel.

"Kalau mereka temen-temennya, kenapa mereka gak ada yang peduli sama anak kita, Mas?! Aku gak terima! Mereka harus dapat balasannya!" gertak Delancy.

"Sayang, ini udah takdir. Lagipula bukan mereka yang bikin anak kita meninggal, kamu ikhlasin dia, ya? Kamu mau anak kita tenang, kan, di sana? Harusnya kita berterima kasih sama mereka, karena mereka mau temenan baik sama Abel."

"Tante ... aku minta maaf, andai aja waktu itu aku periksa kondisinya Abel, pasti gak akan kayak gini, ini salah aku, Tan, kalau Tante mau hukum aku, hukum aku aja, Tan, jangan mereka, mereka gak salah apa-apa," ucap Dara memohon maaf.

"Aku yang salah, Tan! Bukan Dara! Aku yang ngelarang Dara buat ngecek kondisi Abel kemarin! Hukum aku aja, Tan," ujar Clarice.

Plak!

Delancy menampar Dara.

"PEMBUNUH!" teriak Delancy dengan mata melotot.

"Dara!"

"Sayang, aku mohon kamu jangan kayak gini, kita baru aja kehilangan Abel. Kita dengerin dulu penjelasan mereka, ya?" bujuk Vendra lagi sambil menenangkan Delancy.

Untuk pertama kalinya, Dara terlihat lemah dihadapan kedua sahabatnya. Dia menunduk, memegangi rahangnya, Dara menangis. Ini wajar, apa seorang Dara tidak boleh mengekspresikan perasaannya?

"Tante! Tampar aku juga! Aku juga salah! Aku yang larang Dara buat ngecek kondisi Abel!" ujar Clarice. Tidak terima kalau Delancy menampar Dara atas pernyataan yang bukan kesalahan dia.

Ketika Delancy berancang-ancang melayangkan tangannya pada Clarice, Vendra mencegahnya. "Kalau dengan cara ini bisa membuat kamu tenang, tampar aku aja. Tampar sebanyak yang kamu mau. Jangan  lampiasin ke mereka," ucap Vendra dengan tegas.

Delancy menurunkan tangannya perlahan, menatap penuh makna wajah suaminya. Vendra bergegas mendekapnya, menenangkannya.

"Kita pulang, ya? Kamu kecapean, jangan banyak pikiran. Nanti kamu drop," ajak Vendra.

"Nak, Om minta maaf atas tindakan istri Om barusan, ya? Om harap kalian bisa memaklumi situasi istri Om. Rahang kamu baik-baik aja?"

Dara mengangguk pelan. "Gapapa, Om. Rasa sakitnya gak sebanding sama apa yang Om sama Tante rasain sekarang. Aku emang pantes dapetin ini."

"Jangan mikir seperti itu, kamu gak salah apa-apa, kalian gak salah. Ya sudah, Om pamit pulang, kalian hati-hati, ya? Terimakasih sudah mau meluangkan waktu kalian juga hadir di pemakaman anak Om."

Setelah Vendra membawa Delancy pergi. Bertepatan anak-anak inti Carventous datang lagi untuk mengajak mereka pulang. Tidak semua, kecuali Arka.

"Ini kenapa pada nangis?" tanya Jeandra.

"Pake nanya! Kan lagi berduka bego, noh, bestienya baru jadi lontong," balas Jigar. Dia terheran-heran kenapa Jeandra harus bertanya soal ini.

"Tadi mamanya Abel marah-marah, terus dia nampar Dara," lontar Clarice yang langsung disikut oleh Isyana seolah memberi isyarat agar gadis itu tidak asal jeplak kalau bicara.

"Tampar? Lo ditampar?" tanya Eras.

"Gak sengaja," jawab Dara.

"Kenapa?"

ARDERAS [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang