"Gede juga nih rumah, tapi sayang isinya dua doang," gumam Galen, cowok itu sedang terkagum-kagum dengan desain rumah mereka.
Bruk
Galen duduk di sofa dengan kaki terangkat satu, kemudian bocah itu mengambil buah jeruk yang kebetulan sengaja ditaruh di meja ruang tamu. Sungguh, tampang tengilnya saat itu memang ngeselin. Arderas duduk sambil bersedekap dada, sorot matanya tajam memandang lurus ke arah cowok tersebut. Di sampingnya, ada Dara yang kebingungan. Berulang kali ia melihat ke arah cowok di sampingnya maupun di seberangnya, Galen.
"Hmm, enak, ada lagi gak? Selain jeruk?" ujar Galen sambil mengemut jari-jemarinya yang terdapat sisa cairan manis bercampur asam dari jeruk.
"Eh, Ra, ambilin gue minum dong, haus nih," suruh Galen.
Dara menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya lagi, ia kemudian berdiri, "Mau minum apa?" tanya Dara.
"Air putih aja deh, yang dingin tapi," jawab Galen.
"Yaudah, bentar." Dara beranjak pergi ke dapur. Namun, Arderas menarik tangannya hingga Dara pun kembali terduduk. "Duduk," titah Arderas.
"Aduh, serek banget ini tenggorokan gue," ucap Galen sambil ngelus-ngelus tenggorokannya yang terasa kering itu, "tolong dong, Ra," lanjutnya. Dara kembali berdiri, tapi ditahan lagi sama Arderas. Lalu, Galen meminta tolong lagi, Dara berdiri lagi, Arderas mencegahnya lagi. Begitu saja terus.
"EH! KUNYUK! MAKSUD LO APAAN?! MAU BIKIN TENGGOROKAN GUE SERET?" teriak Galen terhadap Arderas.
"Kaki sama tangan lo masih berfungsi, kan? Gak usah nyuruh-nyuruh istri gue, dia bukan pembantu lo."
"Heh, barudak! Gue kan minta tolong, bukan nyuruh!" balas Galen.
"Ambil sendiri, dapurnya di sana," perintah Arderas sambil mengarahkan dagunya menunjukkan letak dapur.
"Udah, udah, biar gue yang ambil-" Dara berdiri lagi hendak beranjak ke dapur.
"Duduk!" tegas Arderas. Ia kini merangkul posesif Dara. Sengaja menunjukkan dengan jelas di depan Galen.
Galen, cowok itu akhirnya tak ingin melanjutkan perdebatan. Cowok itu berpenampilan dengan outfit favoritnya celana jeans, kaos putih polos serta jaket denim berlambang ASTRON di punggungnya. Sangking seringnya, bisa dibilang itu pakaian sehari-harinya. Mau tidur juga dia gak masalah pakai jeans.
"Lo mau gue gepeng apa? Digencet kayak gini?" bisik Dara yang masih dalam rangkulan posesif laki-laki itu. Namun, Arderas mengabaikannya.
"Mending sekarang lo pulang, gue mau pergi," suruh Eras.
"Pergi mulu lo, mending kita mabar sini," ajak Galen sambil mengeluarkan benda gepeng di dalam saku jaketnya.
"Gak ada waktu ngeladenin lo."
"Yaudah, adain lah, ayo buruan login sini," ujar Galen antusias, ia bahkan sudah memposisikan handphone-Nya secara Horizontal dengan kedua tangannya.
"Udah, biarin aja sih, lagian gak bakal maling," ucap Dara.
"Gak bisa gitu," tolak Eras.
"Mendung diluar, teu liat? Udah deh, mending di rumah, tidur, makan, mandi, tidur, makan, mandi, daripada keluar-keluar gak jelas, iya gak, Ra?" imbuh Galen.
"Gak."
Entah mengapa sikap Galen seolah mencegah mereka untuk pergi keluar. "Saran gue sih, lo berdua gak usah kemana-mana deh, ntar ada apa-apa gimana?" ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDERAS [END]
Teen FictionIni tentang Arderas Keyvan Razhantara. Sang pewaris perusahaan sekaligus badboy di SMA Sastra Garuda. Ketua Carventous, memiliki paras bak pangeran surgawi, kisahnya mulai menarik saat kehadiran Dara sebagai murid baru yang cantik, tegas, dan selalu...