Beberapa hari yang lalu, di hari kecelakaan terjadi. Di sebuah tempat dengan suasana yang teduh, dipenuhi pepohonan rindang, daunnya berguguran. Terdapat dua insan yang sedang bertemu.
"Aku ..."
"Aku suka sama Kak Jean!" Isyana langsung menutup mulutnya sendiri, Isyana kaget sendiri setelah berkata sejujur-jujurnya barusan.
"Gue juga sama," balas Jeandra dengan cepat.
"Kak? Kak Jean serius?"
"Udah lama."
Isyana menelan salivanya gugup,"Jadi ... kita-"
"Tapi kita gak bisa, Sa," sela Jeandra.
"Gak bisa kenapa? Kita saling suka, kan?"
"Kita gak sama, Sa."
"Aku ...," lirih Isyana, ia tidak harus berkata apa lagi.
"Gue gak mau lo sakit hati gara-gara gue nantinya, Sa. Lo harus terima kenyataan, gue ... dan lo itu beda."
Isyana menoleh ke lain arah, membelakangi cowok itu, air mata mengalir membasahi pipinya, sebisa mungkin Isyana membuat tangisannya tidak terdengar oleh Jeandra. Perlahan tangannya mengeluarkan kalung yang ia pakai di dalam bajunya. Ia menatap liontin salibnya begitu lama, membuat air matanya mengalir semakin deras.
Bagaimanapun upaya gadis itu menyembunyikan tangisannya, Jeandra tahu kalau gadis itu tengah menangis. Cowok itu bahkan juga meneteskan air matanya. Ia membatin, "Maaf, harusnya perasaan ini gak pernah ada."
"Lupain gue, Sa, gue gak mau lo sakit."
Jeandra beranjak dari kursi, ia menyeka air matanya, "Udah mau gelap, lo tetep gue anter pulang, jangan nolak, Sa."
ㅡㅡㅡ
"Duh, di mana sih?" Abel sedang kebingungan mencari-cari sesuatu. Tumben-tumbenan gadis itu datang sepagi ini ke sekolah. Ia orang pertama yang datang.
"Zella naro di mana gelang gue sih, katanya di kolong meja gue, tapi gak ada," ucap Abel.
"Fyuhh, gue udah nyari ke seluruh kolong meja juga gak ada."
"Nyari ini?"
Abel menoleh ke sumber suara, "Lo? N-ngapain lo pagi-pagi di sekolah?" tanya Abel, suaranya sedikit gemetar. Di depan pintu kelas, Isyana berdiri sambil memegang gelang yang sedang dicari-cari Abel.
"Gue juga bisa nanya hal yang sama ke lo, ngapain dateng ke sekolah pagi-pagi?"
"B-bukan urusan lo!"
"Wow, urusan gue dong," balas Isyana.
"Nyari ini, kan?" Isyana menunjukkan gelang itu lagi. Abel ingin merebutnya, sayang, kalah cepat dari Isyana yang menyimpannya kembali.
"Balikin gelang gue!"
"Gue gak akan balikin, ini berguna buat jadi bukti."
Abel berdecak kesal, "Apaansih?! Balikin gak! Sini!" Abel mencoba merogoh saku seragam Isyana, sementara Isyana menghalanginya.
Tidak berhasil juga, Abel menjambak keras rambut Isyana, terjadi keributan diantara mereka.
"BALIKIN!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDERAS [END]
Teen FictionIni tentang Arderas Keyvan Razhantara. Sang pewaris perusahaan sekaligus badboy di SMA Sastra Garuda. Ketua Carventous, memiliki paras bak pangeran surgawi, kisahnya mulai menarik saat kehadiran Dara sebagai murid baru yang cantik, tegas, dan selalu...