[64] SIAPA PELAKUNYA?

1.1K 39 3
                                    

Cklek

Dara menekan saklar lampu kamar, setelah lampu mati, Dara melangkah menuju kasurnya. Ia menarik selimut lalu menghadap ke kiri, memejamkan matanya.

"Tapi gue tau satu hal, dua orang dari gerombolan itu cewek!"

Penjelasan Isyana tadi masih terngiang-ngiang, Dara penasaran siapa kedua perempuan yang dimaksud Isyana. Ah, Isyana saja tidak tau, bagaimana dia? Lalu, untuk apa orang-orang itu tiba-tiba nyerang Jeandra, maksudnya apa?

Hap

"Eh?"

Disibukkan dengan memikirkan kecelakaan Jeandra dan Isyana tadi, Dara terkejut karena Arderas tiba-tiba memeluknya. "Tidur, udah malem, masih aja melek," ucap Arderas pelan.

"Kak?"

"Hm?" sahut Arderas sambil menyamankan posisinya. Dara kebingungan karena kelakuan cowok itu. "Lo gapapa, kan?" tanyanya sambil menolehkan kepalanya sedikit ke belakang.

"Gapapa, emang gue kenapa?"

Dara menggeleng pelan, "G-gak ada, Kak."

"Lo bisa gak sih gausah manggil gue 'kak'? Gue bukan kakak lo," lirih Arderas.

"Terus mau dipanggil apaan?"

"Kan banyak panggilan lain, gak harus 'kak', gak romantis banget dengernya."

"Lo sakit, ya?" Dara mengecek kening cowok itu.

"Hah? Sakit? Enggak tuh," balas Arderas.

"Ra ...," lirih Arderas pelan.

"Hm?"

"Nanti kalo kita punya anak gimana ya?"

"Hah?"

"Pasti lucu, terus nanti bakal mirip siapa? Mirip lo atau gue? Kayaknya mirip gue sih, soalnya pas gue liat foto waktu gue kecil tuh lucu gitu."

"Apa sih, enggak!"

"Kok enggak sih? Harus iya dong."

"Udah gak usah ngomong aneh-aneh deh," kata Dara.

"Apanya yang aneh? Gue kan cuma-"

"Sssssttt, diem." Dara langsung membekap mulut Arderas agar cowok itu terdiam.

"Okey." Arderas mengulum bibirnya rapat-rapat seolah mengunci mulutnya dan tidak bicara lagi. Diakhiri dengan acungan jempolnya.

"Bagus." Dara menaruh guling di antara mereka sebagai pembatas keduanya. "Awas aja lo macem-macem!" tuntut Dara, detik selanjutnya ia kembali ke posisi semula, berbaring membelakangi Arderas.

Percuma. Arderas menyingkirkan guling yang ada di antara mereka, ia menggeser lagi kemudian memeluk gadis itu seperti sebelumnya. "Lo kenapa sih? Gak suka ya kalo gue pengen deket-deket sama lo?"

"Masalahnya kalau lo ada di deket gue itu berpotensi bahaya buat jantung gue."

"Maksudnya?"

"Ya, kalo deket lo itu jantung gue pasti rasanya gak aman!" ketus Dara.

Hening beberapa detik, kemudian terdengar rintihan Arderas sambil memegang dada kirinya. "A-agh ...."

Bola mata Dara menelisik sejenak sebelum akhirnya ia bangun dan melihat Arderas yang nampak menahan sakit di dada kirinya. Dara pun panik, ia berpikir Arderas beneran kena serangan jantung saat itu.

Jleb

Arderas terpejam, ia tak bergerak sedikitpun. Dara menepuk-nepuk pipinya mencoba membangunkan. "Kak?"

ARDERAS [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang