awas nyengir lu pada😌
Eras termenung menatap langit-langit kamar. Cowok dengan kaos putih polos itu tak bisa tertidur walau sudah memejamkan matanya daritadi. Ia menolehkan kepalanya ke samping, namun malah guling besar yang dibungkus seprai bermotif bebek berwarna kuning.
Ia menyingkirkan guling itu. Kemudian mendapati siluet punggung Dara yang membelakanginya. Gadis itu nampaknya tertidur lelap. Bisa dilihat punggungnya bergerak naik turun sesuai napasnya. Rambut Dara yang kian memanjang dicepol menggunakan jedai berwarna pink pastel. Senada dengan baju tidur bermotif karakter Patrick yang ia kenakan.
Perlahan tapi pasti. Arderas mendekatkan dirinya. Ia melepas jedai yang menyatukan seluruh helaian rambut gadis itu seraya bergumam pelan, "apa gak sakit tuh kepala?" Arderas meletakkan jedai tersebut diatas nakas samping tempat tidur. Ia kemudian berbaring lagi sambil menopang kepalanya.
"Udah tidur belum sih?" monolognya penasaran.
Ia melihat sekilas wajah Dara untuk memastikan apa dia benar sudah lelap atau hanya sekedar memejamkan mata padahal sebenarnya tak tidur.
"Oh, sudah tidur rupanya." Mulutnya pun melengkung membentuk senyuman.
Sementara tangan kirinya ia gunakan untuk menopang kepala, tangan kanannya ia gunakan untuk membelai beberapa helaian rambut Dara yang menutupi sebagian wajah dan lehernya. Dengan penuh kehati-hatian ia selipkan helaian rambut itu ke belakang telinganya. Pipi yang nampak sedikit chubby itu terpampang jelas didapati retina cowok itu. Serta leher jenjang yang terlihat justru membuat Eras menelan salivanya gugup. Jantungnya mendadak berdegup kencang. Lihat bagaimana batinnya ketar-ketir sekarang.
Cup
Arderas mengulas senyum. Nampak puas sekali setelah mendaratkan bibirnya sekilas di pipi gadis itu. Tak lupa ia menggigit sedikit sangking gemasnya. Untungnya Dara gak kebangun. Coba kalau kebangun? Auto tidur di lantai kayaknya.
Teringat perjanjiannya dengan Jigar. Ia tersenyum miring, "besok lo bakal dapet motor baru, Gar." Ia terkekeh sesaat. Alias mengakui kekalahannya perkara 'tantangan' yang waktu itu diajukan Jigar.
"Mau pelukkkk." Arderas menggerutu kecil namun menggemaskan. Lihat salah satu kepribadian tersembunyinya. Manja.
"Tapi entar nenek lampir bangun. Terus ngomel lagi. Terus gue kena pukul lagi." Ia menimang lagi niatnya.
"Tapi kapan lagi bisa peluk yang lama?" ulangnya.
Saat hendak memeluk gadis itu. Kegiatannya harus tertunda karena handphone Eras bergetar diatas nakas. Ia berdecak sebal menganggap hal itu mengganggu aktivitasnya.
"Ck! Siapa sih?!"
Dengan cepat ia mengambil handphone miliknya lalu mengangkat panggilan telepon dari Jeandra.
"Halo? Kenapa?"
"Sorry, kalo ganggu lo istirahat malem-malem begini."
"Gue aja belom tidur daritadi. Ada apaan lo nelpon gue malem-malem gini?"
Suara obrolan keduanya yang terbilang cukup keras atau normal. Samar-samar masuk ke dalam telinga gadis itu. Sekilas suara obrolan mereka dapat Dara dengar.
"Siapa yang telponan malem-malem gini coba?" batinnya.
"Beneran gak ganggu waktu lo?"
"Enggak, udah buruan, ada apa?"
"Markas hancur total."
Arderas sontak membulatkan matanya terkejut. Ia juga beranjak dari tempat tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDERAS [END]
Ficção AdolescenteIni tentang Arderas Keyvan Razhantara. Sang pewaris perusahaan sekaligus badboy di SMA Sastra Garuda. Ketua Carventous, memiliki paras bak pangeran surgawi, kisahnya mulai menarik saat kehadiran Dara sebagai murid baru yang cantik, tegas, dan selalu...