Suara sirine ambulance terdengar siang hari itu.
Tak hanya ambulance, Dewa juga sempat menelpon pihak kepolisian atas kasus penculikan Dara. Samuel dan antek-anteknya sudah diamankan oleh pihak polisi, sekarang semua disibukkan dengan kondisi Dara yang terluka parah usai ditembak oleh Samuel."Lo temenin Dara naik ambulance, nanti motor lo biar gue yang bawa," titah Aurel. Arderas mengangguk cepat, ia segera naik ke ambulance. Hatinya seolah diremukkan begitu saja melihat keadaan gadis itu yang berlumuran darah. Matanya terpejam, tidak sadarkan diri. Terbaring lemah diatas stretcher ambulance.
Eras meraih satu tangan Dara, menggenggam erat kemudian mengecup punggung tangannya dengan mata terpejam berharap Dara kembali membuka matanya.
"Maaf ..."
ㅡㅡㅡ
Tiga jam lamanya mereka menunggu dengan kegelisahan di depan ruang operasi. Tiga jam juga lelaki ituㅡEras terus mondar-mandir sambil memanjatkan doa. Dirinya merasa gundah, berulang kali ia terus melihat ke dalam ruang operasi.
"Gak keram kaki lo?" tanya Jigar yang ikutan merasa pegal melihat Eras tidak menyempatkan dirinya untuk duduk walau sejenak.
Cklek
Dokter yang masih mengenakan baju OK berwarna hijau itu keluar dari ruang operasi.
"Apa kalian keluarga pasien ... Aldara Theana?"
"Iya, benar. Gimana keadaan dia, Dok?"
"Alhamdulillah, pasien dapat kami selamatkan."
"Peluru yang menembus di perut pasien berhasil dikeluarkan, beruntung kedalaman tembusnya tidak terlalu dalam."
"Terus keadaan adik saya sekarang gimana, Dok?" tanya Dewa.
"Pasien masih belum sadar karena masih dalam pengaruh obat bius. Tapi kalian tidak perlu khawatir, begitu obat biusnya habis, pasien akan sadar."
"Makasih, Dokter!"
"Iya, sama-sama. Untungnya pasien cepat dilarikan kesini jadi nyawanya bisa terselamatkan."
"Apa saya boleh masuk?"
"Pasien akan dipindahkan ke ruang rawat lebih dulu, setelah itu kalian boleh menjenguk pasien dengan arahan dari suster."
"Ya sudah, kalau begitu saya permisi."
"Iya, Dok. Sekali lagi terimakasih, terimakasih banyak."
"Syukur deh, ibu negara selamat," ucap Jigar gembira.
ㅡㅡㅡ
"Maaf, Mas. Jika ingin menjenguk pasien ke dalam hanya satu orang saja yang diizinkan saat ini, karena pasien masih dalam fase pemulihan pasca operasi. Mas nya bisa bergantian jika mau." Jelas suster.
"Baik, Sus."
"Lo duluan aja, abis itu gue."
Dewa menepuk pundak Arderas, "lo aja. Adek gue butuh elo."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDERAS [END]
Teen FictionIni tentang Arderas Keyvan Razhantara. Sang pewaris perusahaan sekaligus badboy di SMA Sastra Garuda. Ketua Carventous, memiliki paras bak pangeran surgawi, kisahnya mulai menarik saat kehadiran Dara sebagai murid baru yang cantik, tegas, dan selalu...