"Mama gak nginep aja di sini?" tanya Dara.
"Lain kali Mama nginep, besok Mama juga udah ada agenda, makanya mau pulang sekarang takut kemaleman juga," jawab Alodia.
"Mama sama Papa pulang dulu kalau gitu, kalian langsung istirahat, oke? Besok sekolah, kan?"
"Siap, Maa!"
Alodia masuk ke mobilnya. "Hati-hati, Ma, Pa," ujar Arderas yang dibalas senyuman Alodia.
Setelah mobil mereka jauh, Arderas langsung masuk ke dalam lebih dulu. Dara bisa merasakan kalau mood-Nya sedang tidak baik-baik saja. Dara menutup gerbang kemudian menyusul ke dalam.
"Lo kenapa?" tanya Dara sambil mengimbangi jalannya dengan cowok itu.
"Kenapa? Gue kenapa?"
"Muka lo kusut kayak topo di dapur soalnya," cetus Dara sambil terkekeh pelan.
"Cakep gini dibilang kayak topo."
"Pede banget, iww," cibir Dara.
"Iww," Arderas membeo.
"Ra," panggil Arderas pelan.
"Hm?"
"Maafin bokap gue," katanya.
"Hah? Papa Jeffry kenapa?"
Arderas menelan salivanya gugup, "E-enggak, gapapa kok, lupain aja."
Dara mengerutkan dahinya, "Gak jelas lo."
"Yaudah, gue mau ke dapur dulu, tadi masih ada yang belom diberesin," pamit Dara sambil beranjak ke dapur.
"Gue rasa lebih baik dia gatau," batin Arderas. Di dalam benaknya masih terngiang-ngiang seluruh perkataan Jeffry tadi. Alasan perjodohannya adalah yang paling nyelekit, apalagi ia mendengarnya disaat hatinya sudah seluruhnya diberikan hanya untuk Dara. Gadis yang berhasil membuatnya berubah seperti sekarang.
"Aldara Theana, sebelumnya gak pernah gue mencintai perempuan sedalam ini selain Mama."
ㅡㅡㅡ
Dara baru saja selesai mencuci peralatan makan. Ia hendak meninggalkan dapur, tetapi lebih dulu mendengar notifikasi handphone yang tergeletak sembarangan di atas meja. Ia memeriksanya, rupanya handphone milik Arderas yang mungkin tertinggal di sana.
Ting!
Ting!
Ting!
"Siapa sih nyepam-nyepam gini?" Dara menyalakan layarnya, ada banyak sekali notif yang memenuhi lockscreen. Notifikasi dari kontak yang berbeda terus muncul, Dara sampai bingung melihatnya. Tapi gak ada aroma-aroma kontak 'cewek' sih yang masuk.
"Kak, handphone lo nih!" teriaknya.
"Kenapa?" sahut Arderas yang saat ini ada di ruang tengah menonton TV.
"Ada yang nge-chat," balas Dara lagi.
"Siapa?"
"Gatau, banyak notifikasi masuk ini."
"Lo cek aja, gapapa, gue lagi males buka hp," sahut Arderas lagi. Dara hendak menurutinya, namun, handphone tersebut di password.
"Lo pake password, gue gatau."
"Password-Nya ulang tahun lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDERAS [END]
Novela JuvenilIni tentang Arderas Keyvan Razhantara. Sang pewaris perusahaan sekaligus badboy di SMA Sastra Garuda. Ketua Carventous, memiliki paras bak pangeran surgawi, kisahnya mulai menarik saat kehadiran Dara sebagai murid baru yang cantik, tegas, dan selalu...