[74] PAPER NOTE

1K 32 1
                                    





"Hmm, jajan apa ya, Ra?" tanya Clarice.

"Ra? Loh, mana orangnya?" Clarice celingak-celinguk nyariin Dara, seingatnya keluar kelas bersamaan, sekarang Dara tidak di sampingnya. Gadis yang ia cari itu berada dalam radius satu meter dibelakangnya, ia menatap layar handphone-nya dengan raut kebingungan.

"Woy, Ra! Malah diem di situ, ayo ke kantin, gue udah laper banget ini!" Clarice bersikeras.

"Duluan, Clar," katanya.

"Lah? Lo mau ke mana?"

"Mau ketemu orang."

"Siapa? Kak Eras?"

"Emm..."

"Yaelah, udah gak usah rahasia-rahasia an kali kalo sama gue, yaudah sana, nanti pak ketu keburu ngambek gara-gara lama nunggu princess-nya ga dateng-dateng," ucap Clarice penuh dengan nada ejekan.

"Apa sih!" Muka Dara tiba-tiba memerah.

"Cie salting cie, mukanya sampe merah, cieee, yaudah gih temuin, wah Isyana harus tau sih, yaudah bye, Ra!"

"Clar!"

"Kaburrrrrrrrr!"

ㅡㅡㅡ



Arka memperhatikan Eras dari puncak kepala hingga ujung kakinya, ia tersenyum smirk, "Lo gemeter?"

"Siapa? Gue?"

Arka mengangguk.

"Nggak tuh," bantah Eras.

"She's arrived," ucap Arka setelahnya. Laki-laki di sebelahnya seketika gelagapan, ia mengatur napasnya.

"Tuan Putri sudah sampai, pangeran," ujar Jeandra bermaksud meledek.

"Bacot lo berdua," ketusnya. Baiklah, pangeran kita hari ini sedang tidak ingin diganggu sepertinya. Biarkan dia mengurus sang putri sendirian. Sisanya rakyat biasa yang menyaksikan moment apa setelah ini.

Simpelnya, Eras berencana minta maaf pada Dara, ditemani kedua temannya yang menunggu dibalik semak-semak. Aneh memang, masa minta maaf harus ditemenin dulu?

Sebab paksaan dari Arka yang super duper gemes, sang ketua mendadak jadi menye-menye, ia berhasil membuat Eras berjalan menghampiri Dara yang tengah berdiri di tempat yang dijanjikan.

"Ekhem," deham laki-laki jangkung itu.

"Kenapa?" tanya Dara.

Sementara itu, Arka dan Jean mengintip dari balik semak-semak. "Kapan lagi moment lucu gini, Je?" bisik Arka yang dibalas Jean, "rekor terbaik tahun ini."

"A-anu ..." Eras gugup, padahal tadi ia sudah mempersiapkan diri secara matang.

"Yaelah, tinggal bilang 'minta maaf' doang gak jadi-jadi si Eras," ujar Arka semakin gemas.

"Gua jadi Dara udah gua tinggal pergi sih," tambah Jean.

"Dua in."

"Jangan bikin gue kesel, tujuan lo nyuruh gue ke sini apa?" Dara mengulang pertanyaannya.

"T-tolong kerjain tugas kimia gue, lo balikin di rumah aja bukunya." Eras mengeluarkan buku tulis kimianya dan memberikannya secara paksa pada Dara. Detik selanjutnya ia segera pergi dari tempat itu.

Dara menatap bingung jejak kepergian Eras. Justru bukannya merasa kesal, Dara malah nampak murung sambil melihat buku tulis milik Eras di tangannya. "Gue kepedean, kirain ajakan lo barusan mau nyelesain semuanya."

Dara kecewa untuk kesekian kalinya hari ini, ia kembali ke kelasnya. Buku itu tetap ia bawa, meski ia tahu, bagaimana anak kelas sebelas mengerjakan tugas anak kelas dua belas?

"Bro, fungsi kita di sini apaan sih?" tanya Arka.

"Kamuflase." Jean muak, seharusnya biar Arka saja tadi yang pergi, ia tidak perlu ikut kalau ujungnya begini.

"Tai lah, mending gue jajan seblak di kantin 2 porsi, minum es teh," keluh Arka.

Mereka berdua serasa abis dikerjain Eras.

ㅡㅡㅡ

Dara duduk di tempatnya dengan lesu. Di kelas hanya ada ia seorang diri, semangatnya untuk pergi ke kantin sudah sirna. Ia merebahkan kepalanya di atas meja, tanpa sengaja tangannya menjatuhkan buku tulis kimia milik Eras, buku itu terjatuh dalam keadaan terbuka tepat pada lembar pertama.

Dara mengambilnya, ia melihat paper note penuh dengan stiker lucu yang tertempel di halaman pertama buku itu.


💫 Gausah panik, tugasnya udah gue kerjain semua.
Tuhan ngasih lo mulut bukan buat dianggurin, tapi buat ngobrol sama gue sering-sering.
Tuhan ngasih lo mata bukan buat liat Jaemin lo itu doang, sering-sering liat gue harusnya. GUE doang, yang lain jangan!

Lo ngeselin, tapi setiap detik ngangenin.



Dara kesengsem, dugaannya ternyata tidak salah. Pantas laki-laki itu langsung lari menjauh sesegera mungkin, coba kalau tadi ia membuka buku itu tak lama setelah Eras memberikannya. Pasti tidak akan ada kesalahpahaman. C'mon, ini terlalu lucu sekaligus aneh buat Dara.

Seorang Arderas Keyvan Razhantara menulis pesan singkat barusan yang berhasil mengobrak-abrik perasaannya. Lucu banget, takut gadisnya direbut orang.

"Cie, cie , cieeee ..., ada apa nih, kasih tau dong!" ujar Clarice sambil membawa popmie ke mejanya, penasaran apa yang terjadi pada Dara. Bersamaan dengan Isyana yang lagi nyeruput Lychee Ice kesukaannya. Tentu gak mau ketinggalan.

"Enggak ada," bohong Dara.

"Ahh gituu, mainnya rahasia sekarang, nyebelin!"

"Emang gak ada kok!"

"Ini buku apaan?" Isyana langsung mengambil buku tulis Eras yang masih tergeletak di atas meja Dara.

Sial, ketahuan deh.

"OMG ... HELLOOOUU!" teriak Isyana.

"Apaan weh apaan? Liat dong!" pinta Clarice. Isyana langsung menujukkan paper note tadi pada Clarice. Oke, sekarang keduanya menggila. Lebih gila daripada Dara yang jelas diperuntukkan untuknya. Entah berapa lama Dara akan menutup kedua telinganya sampai Clarice dan Isyana berhenti bertingkah heboh perkara paper note pemberian Arderas.

Ditengah kegilaan mereka bertiga, seseorang berdiri di ambang pintu memperhatikan mereka, tatapannya sayu, dadanya terasa sesak, air matanya masih tertampung, dia rindu. Dia merindukan masa-masa itu, kehangatan bersama mereka.

ARDERAS [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang