Uap hangat tercium berasal dari coklat panas yang disedu Eras sesudah mandi sore tadi. Di lantai dua, dia duduk di jendela balkon sambil menyeruput coklat panas. Di jalanan depan rumahnya, menyerong ke sebelah kiri, rumah yang tadinya kosong itu telah ditempati. Dua anak kecil yang satu perempuan dan satu laki-laki sedang bermain kejar-kejaran di depannya. Dapat disimpulkan penghuni baru itu sudah berkeluarga. Laki-laki yang sedang menikmati coklat panasnya tersenyum lucu melihat dua anak kecil yang sedang bermain itu.
Hingga ayah dari kedua anak kecil itu keluar untuk mengajak mereka masuk. Yang menarik perhatian Eras adalah jas dokter yang dikenakan olehnya. Penampilan pria itu adalah impiannya sejak dulu. Bibirnya mengulas senyum sambil berharap dalam hati, dia akan memakai jas yang sama di kemudian hari.
"Tumben di sini?" tanya Dara setelah membuka pintu balkon.
"Gapapa, jarang banget nyantai sore di sini."
Dara kemudian duduk di bangku sebelahnya, "Kayaknya kita punya tetangga baru, rumah yang di situ tadi gue liat udah ada yang nempatin," ucap Dara.
"Iya, tadi gue juga liat. Eh, Ra ..."
"Hm?"
"Besok libur, kan?"
"Yes, and?"
"Temenin gue ke perpus nasional," kata Eras kalau Dara tidak salah dengar.
Dara memeriksa suhu di kening Eras dengan punggung tangannya, begitu juga leher jenjangnya. Semuanya normal.
"Kesambet apaan lo tiba-tiba mau ke perpus?"
"Ck! Yaudah, gak jadi deh, diledekin terus sama lo, nyebelin." Raut mukanya langsung bete secepat itu.
"Dih, apaan sih? Siapa juga yang ngeledek?"
"Barusan?"
"Bercanda doang kali, shock dikit sih. Lagian tumben banget ngajak ke sana, tapi gapapa deh, gue seneng kalau lo ada kemauan belajar, bentar lagi kelas 12 ujian kelulusan, kan?"
"Ya, makanya gue mau kalau lo sama gue setara. Lo pinter, berbakat, dan lo juga udah banyak punya keunggulan dari berbagai bidang. Gue gak mau nanti lo malu punya cowok yang gak bisa apa-apa kayak gue. I try to keep our values the same."
Cuaca di luar memang lumayan dingin karena tadi sempat turun hujan. Tapi mengapa muka Dara memerah? Dia tidak alergi dingin kok! Tolong deh, itu pipi gembil udah kayak tomat, merah-merah.
Dara berdeham menormalkan suaranya, menetralisir perasaan tak jelas yang tiba-tiba membuat jantungnya nyaris merosot ke mata kaki. "Kata siapa lo gak bisa apa-apa? Siapa juga yang malu? Gue gak pernah malu tentang lo. Walau faktanya lo kadang ngeselin sih. Gue gak sesempurna yang lo pikirin, gue cuma manusia biasa yang juga punya kekurangan."
"Tapi gue lebih banyak kurangnya. Asal-usul gue cuma berandalan, anak geng motor, bolos kelas, anti banget yang namanya belajar dan lebih suka keluyuran. Tapi bukan tuyul."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDERAS [END]
Teen FictionIni tentang Arderas Keyvan Razhantara. Sang pewaris perusahaan sekaligus badboy di SMA Sastra Garuda. Ketua Carventous, memiliki paras bak pangeran surgawi, kisahnya mulai menarik saat kehadiran Dara sebagai murid baru yang cantik, tegas, dan selalu...