[52] HAMPIR CELAKA

1.4K 51 0
                                    

Vote comment nya jangan lupa hiyakkkkk



Di kelas.

Dara menjadi tidak fokus selama pelajaran berlangsung. Kejadian tadi terus terbayang dalam benaknya. Abel, memutuskan pertemanan dengannya. Tidak hanya dengannya, begitu juga dengan Clarice dan Isyana. Abel juga meninggalkan grup obrolan mereka berempat.

"Dara?" panggil bu Miranti yang kebetulan sedang mengajar. Dara hanya melamun, tatapannya kosong dan tak menyahut panggilannya.

"Dara?" panggil bu Miranti lagi.

"Psh! Dara! Dipanggil tuh!" tegur Elvira yang duduk di sebelahnya.

Dara tersadar dari lamunannya, "eh? I-iya, Bu? Ada apa?"

"Kamu kenapa melamun terus dari tadi? Tidak memperhatikan pelajaran Ibu. Biasanya kamu gak seperti ini, Nak."

"Maaf, Bu, saya ngantuk banget, semalem kurang tidur." Ucap Dara berbohong. "Kalau gitu, saya izin ke kamar mandi, mau cuci muka."

"Ya sudah, Ibu izinkan. Tidak lama, ya?"

"Iya, Bu, cuma cuci muka aja kok."

"Hm."

Dara beranjak menuju kamar mandi dengan tergesa-gesa. Sementara Abel memperhatikan Dara secara sinis sejak tadi.

"Cih, caper doang lo. Bilang aja mau dapet simpati dari orang-orang." Batin Abel. Melihat Dara, Clarice, Isyana, sekarang seolah mereka adalah musuh baginya.

ㅡㅡㅡ

Pulang sekolah.

Dara masih murung daritadi pagi. Sampai di perjalanan pun ia hanya diam tak berbicara sepatah kata pun. Arderas sesekali memperhatikan gadis itu melalui kaca spion.

"Lo kenapa? Dari tadi gue perhatiin lo kayak gak bersemangat gitu," tanya Eras sambil terus melajukan motornya.

"I'm okey, perasaan lo aja kali," jawab Dara lesu.

"Gapapa gimana? Muka lo aja ditekuk terus daritadi, gak biasanya."

"Lo kalo mau cerita juga gue gak ngelarang. Selagi lo sendiri juga gak keberatan," lanjutnya. Dara masih diam. Arderas tidak ingin memaksakan gadis itu untuk mengatakan yang sebenarnya. Walau sebenarnya ia mulai mengkhawatirkan setiap hal yang terjadi dengan gadis itu. "Yaudah, kalau gak mau cerita juga, gue gak maksa."

"Ngebut aja gimana?"

"Hah?" Dara tidak fokus.

Nguengggggg

Tiba-tiba Eras menambah kecepatan laju motornya. Sampai-sampai menyalip kendaraan lain dan memasuki area komplek. Benar-benar gila cara ia mengendarai motornya. Dara yang tadinya tengah bersedih hati seketika langsung memikirkan keselamatan dirinya. Seolah Eras adalah jelmaan malaikat pencabut nyawa sekarang.

"WOY! GILA YA LO?! BERHENTI GAK!" teriak Dara.

"Apa? Gak denger!" balas cowok itu sengaja.

"GUE BILANG BERHENTI!"

Disuruh berhenti, cowok itu malah semakin menambah kecepatannya. Membuat Dara reflek berpegangan erat dengan melingkarkan kedua tangannya di perut cowok itu. Matanya terpejam sangking takutnya.

ARDERAS [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang