"Lo ga tidur semalem?" tanya Dara, melihat Eras yang bangun lebih cepat pagi ini.
"Tidur, cuma bangun lebih cepet aja dari lo," jawabnya, nyatanya pukul tiga dini hari ia baru pulang. Selain tidak ada rasa kantuk, ia memang tidak bisa tidur.
Dara memicingkan matanya, "How odd?"
Sedetik kemudian Dara menyadari ada lebam di sudut bibir kiri cowok itu, "Sejak kapan ada lebam di sini?" Dara mengusap pelan lebam tersebut.
"Udah lama kali, lo aja yang baru nyadar," ucap Eras sambil menepis lembut tangan Dara dari sudut bibirnya. Dara menggeleng, "Enggak, kemaren gak ada, gue yakin."
"Terserah, udah sana siap-siap, nanti telat."
ㅡㅡㅡ
"Woy! Tidur mulu lo!" gertak Jigar mendapati Eras tengah menidurkan kepalanya di atas meja dengan tumpuan tas ranselnya sebagai bantalan.
"Gue gak tidur semaleman," erang Arderas tanpa mengangkat kepalanya, masih tetap pada posisinya.
"Ngapain emang lo? Ngepet?" celetuk Jigar melantur, setelahnya mendapat toyoran dari Arka. "Diem lo, sesat," kata Arka sambil menatap sinis cowok itu.
"Lo kenapa sih demen banget noyor kepala gue? Jahil banget! Kalo suka bilang, Ka, gak gini caranya- AAAANJIM!"
Arka melempar buku paket Kimia yang lumayan tebal itu ke arah mulut Jigar, "Ngaco! Gue masih normal." Hal itu sukses membuat cowok itu terdiam.
"Ngomong-ngomong Jeandra kemana?" tanya Jigar setelahnya.
"Gak tau, gue bukan emaknya." Kata Arka terdengar malas. Ia sama ngantuknya seperti Eras sekarang, tidak tidur semalaman. Arka kini juga sama menidurkan kepalanya di atas meja.
"Kok pada turu semua anjer? Terus gue ngomong sama siapa, dong?"
"Ngomong ama tembok sono," ujar Arvin, salah satu teman kelasnya.
"COT!"
Di kelas Dara ...
"Baik, hari ini kita kedatangan murid baru!" ucap Bu Fatma yang ada jadwal mengajar kala itu. "Silakan masuk, Nak."
"Hai, gue Zela, salam kenal, semoga kita semua bisa berteman ya?" ucap Zela singkat.
Dara yang merasa familiar lantas mendongak dan melihat ke depan, benar saja. Bukan Zela yang lain, tapi dia Zela yang ia kenal.
"Zela?"
"Oke, Zela, kamu duduk di kursi kosong di sana, ya?" Bu Fatma menunjuk kursi di kosong yang letaknya di sebelah kanan Dara dan di depan kursi Abel.
"Baik, Bu." Zela berjalan dengan tatapan terfokus ke arah Dara, "Hai, Ra! Gak nyangka kita sekelas," sapa Zela.
Dara tersenyum tipis, "Gue juga gak nyangka lo sekolah di sini lagi."
Jujur, ini menimbulkan berbagai macam pertanyaan dalam benak Dara terhadap kehadiran alias kedatangan Zela kembali ke sekolah. Semoga bukan apa-apa yang akan menciptakan masalah baru. Dara yakin betul gadis itu tidak akan mengulangi perbuatannya.
Abel yang melihat keakraban keduanya memandang tidak suka. "Apaan sih? Padahal gue mau jadiin nih anak baru temen gue, kenapa dia keliatannya akrab gitu sama Dara sih?" batin Abel, kedua manik matanya terus mengamati mereka berdua. "Tapi kalo gue perhatiin lagi, kayaknya Dara gak terlalu hype sama kehadiran Zela. Cara ngeliatnya aja mencurigakan, gue harus cari tau latar belakangnya Zela kalo gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDERAS [END]
Teen FictionIni tentang Arderas Keyvan Razhantara. Sang pewaris perusahaan sekaligus badboy di SMA Sastra Garuda. Ketua Carventous, memiliki paras bak pangeran surgawi, kisahnya mulai menarik saat kehadiran Dara sebagai murid baru yang cantik, tegas, dan selalu...