[1] ALDARA THEANA

7.7K 172 16
                                    

Mohon maaf bila ada kesamaan alur, tokoh, dsb. Itu hanya kebetulan dan tidak bermaksud plagiat. Cerita ini ya ini, saya tidak butuh pembaca yang hobinya membanding-bandingkan cerita satu dengan cerita yang lainnya.

Ambil baiknya, buang buruknya.

Just that, selamat datanggg<3
Just call me, Keaa💙
Happy reading ~ !!

ㅡㅡㅡ

Pagi hari di kota Jakarta yang padat dan penuh hiruk pikuk kegiatan orang-orang yang menetap tinggal disana.

Sambil menggendong tas ransel di satu sisi bahunya, berbahan kulit dan berwana hitam, dengan seragam sekolah SMA Sastra Garuda. Rambut berwarna hitam diombre warna coklat. Dia, Aldara Theana atau Dara. Berjalan menyelusuri koridor dengan santainya, lirik matanya fokus mencari letak ruang guru. Faktanya tak sedikit murid-murid disana memperhatikannya, bahkan ada yang sampai tidak berkedip.

"Apakah ini petunjuk dari Tuhan bahwa ia adalah jawaban dari doa-doaku?" ucap salah satu dari mereka yang terpanah dengan afsun yang dimiliki Dara sendiri. Padahal gadis itu memakai masker. Namun, nyatanya itu tidak menutup fakta bahwa wajahnya memang rupawan.

"Halu lo! Yakali spek Rani Peri kek dia mau sama duba-duba kek elo!"

Tak kunjung menemukan letak ruang guru, Dara melihat sekumpulan laki-laki berjarak 10 langkah darinya. Ia berniat bertanya pada salah satunya.

"Tanya gak ya? Males banget lagian." Dara sejenak  berpikir keras, pasalnya ia tak suka mengajak bicara lawan jenisnya lebih dulu. Dara bukan tipe cewek yang mudah bergaul sama lawan jenisnya. Gak penting katanya, soalnya udah ada Kak Dewa yang bisa dia porotin dan dijadiin kelinci percobaan semaunya. HAHAHAHAHA, Just kidding!

"Tapi cuma ada mereka disini, kalo gak gitu gue gak nemu-nemu tuh ruangan dimana. Mana mereka banyak banget lagi, segerombolan kayaknya."

"Yaudah tanya aja deh." Setelah berpikir matang-matang Dara memutuskan menghampiri mereka dan bertanya.

"HAHAHAHA!"

"Sa ae lo, Gar. Masa iya lo mau jodohin cicak peliharaan nenek lo sama kucingnya si Arka. Emangnya bisa?" ledek Jean.

"Gak Sudi ya gue, Gar. Neo harus sama kucing betina pada umumnya. Terus kulitnya bersih, sehat, terawat." Tolak Arka sangat jelas.

"Neo siapa dah?" tanya laki-laki bernama Arderas atau biasa dipanggil Eras.

"Nama kucingnya Arka, yang coklat." Jawab Jigar sok tau.

"UDAH GUA BILANG WARNANYA SILVER! BUKAN COKLAT!" sambung Arka terdengar galak.

"Eh, iya-iya! Lupa gue, Ka. Sorry ..." Jigar memelas.

"Terus cicak nenek gue jomblo seumur hidup dong?"

"Heh, cicak tuh sebaiknya dibunuh, apalagi kalo lo bunuh hari Jumat. Beuhh, dapet pahala. Tanya aja Jean kalo gak percaya, yakan Je?" saran Arka.

Jeandra mengangguk seraya menjawab seperlunya, "Iya."

"Sok alim lo, kalo Jean mah ril, lah elo? Mau caper aja kan lo sama Jean?" balas Jigar.

"Waduh, tidak boleh seperti itu wahai kawanku ... Arka kan memang pintar, tampan lagi." Timpal Arka sambil merangkul Jigar.

"Apaan lo rangkul-rangkul, lepas-"

"Permisi?"

Suara itu membuat keempatnya menoleh bersamaan, "Hm?"

"Ruang guru dimana ya?"

ARDERAS [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang