[75] TRUE OR FALSE?

1.2K 34 1
                                    

"Cukup sampai sini, Bel, aku gak mau kamu kenapa-napa," kata Zella cemas.

"Tenang aja, Zel, aku bayar mereka, gak mungkin mereka berani macem-macem. Tujuan aku harus tuntas, habis itu aku janji berhenti."

"Tapi ..."

Ckrek!

"Aish! Flash gue pake nyala sih!" ujar Isyana.

"Siapa itu?!" pekik Abel.

"Isyana?!"

Sadar dirinya ketahuan sedang membuntuti mereka, Isyana bergegas lari. Sayang, kakinya tersandung dan membuatnya jatuh tersungkur.

Abel merebut paksa handphone milik Isyana yang masih ia pertahankan dengan genggaman tangannya. "Gak ada yang boleh tahu tentang ini, Sa!" sentak Abel, ia lancang membuka handphone Isyana. Tetapi, handphone itu menggunakan password, Abel tidak tahu.

"Huh, buka aja kalo bisa. Gue udah dapetin bukti kalau lo terlibat atas kecelakaan itu!"

Abel menggeram kesal, dia tidak menyerah sampai bisa menghapus bukti yang telah Isyana simpan dalam handphone-nya itu. Abel kemudian menyadari, handphone Isyana mempunyai sidik jari di belakangnya, kemungkinan Isyana juga menggunakan itu. Dengan segera, Abel meraih tangan kanan Isyana dan mengetes satu per satu jari-jemari Isyana pada sidik jari di handphonenya.

Benar! Handphone terbuka. Abel menuju galeri, mendapati satu video berdurasi hanya sampai tiga detik. Karena flash saat itu menyala dan Isyana keburu tertangkap basah. Gagal lagi, bukti itu sudah terhapus sekarang. Dan, Isyana ditinggalkan begitu saja. Meski sebenarnya, Zella tak tega membiarkan Isyana di sana, kakinya nampak cedera cukup parah. Apa boleh buat, Abel memaksanya agar segera pergi.

Sebelum benar-benar pergi, Abel berujar, "Tutup mulut Lo, Sa. Atau lo juga terlibat."

ㅡㅡㅡ

"Isyana ke mana ya, Ra? Tumben banget tuh anak bolos jam terakhir sebelum pulang," tanya Clarice. Tas Isyana ada di kelas, lengkap dengan isinya.

Kalau Clarice tidak bertanya, mungkin Dara juga tidak menyadarinya. Selama dua jam pelajaran terakhir, Isyana tidak ada di kelas.

"Loh, dia gak masuk kelas, Clar?"

"Yeeh, ditanya malah nanya balik!"

"Udah lo telpon?"

"Daritadi udah gue coba telpon, tapi gak diangkat."

"Coba telpon lagi," kata Dara.

Baru saja Clarice hendak menelpon nomor Isyana, pemilik nomor sudah meneleponnya duluan.

"Halo, Sa? Lo di mana? Kok gak masuk kelas?"

"Gue di klinik sebelah gedung sekolah. Lo udah balik belom? Tas gue masih di kelas, Clar."

"Ngapain lo di klinik?"

"Nanti aja gue ceritain, lo masih di kelas?"

"Iya, iya, nanti gue bawain tas lo deh ke situ."

"Isyana di klinik, Ra," kata Clarice.

"Ngapain?"

Clarice bergeleng tanda tak tahu. Mereka berdua pergi ke klinik tempat Isyana berada sekarang.

ARDERAS [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang