22

796 92 11
                                    

JANGAN LUPA VOTE & COMMENT NYAA..👌

•••


Waktu sudah kembali berlalu.

Sudah seminggu semenjak kepergian Minkyu dari dunia ini. Tapi sebagai seorang ibu, tak mudah bagi Minjeong untuk mengikhlaskannya.

Saat ini dirinya hanya menatap laut tempat ia menaburkan abu nya Minkyu. Angin yang berhembus pun tidak membuat dirinya kedinginan karena ia hanya memikirkan putra kecilnya itu.

"Sudahlah Minjeong-a, Minkyu juga tidak akan suka melihat ibunya seperti ini"

Ucapan Jaemin langsung membuat pandangan Minjeong mengarah ke bawah dan matanya mulai berair.

"Lalu aku harus bagaimana ? Minkyu masih sangat kecil untuk mengalami hal ini. Bahkan dia belum pernah bertemu dengan ayah kandungnya"
"Dia putra ku satu-satunya, Jae. Dia darah daging ku. Bagaimana bisa aku tidak memikirkannya ?"

Ya, Jaemin tau itu. Jangankan Minjeong, bahkan dirinya yang baru mengenal Minkyu selama satu bulan pun merasa sangat kehilangan.

Ya, baru satu bulan dia bertemu dengan anak manis itu dan tau bahwa dirinya memiliki keponakan. Dan kepergian Minkyu juga membuat dirinya merasa sangat sedih.

"Dan...entah apakah aku sudah berhasil menjadi ibu yang baik untuknya atau tidak" lirih Minjeong.

Melihat Minjeong yang menangis, membuat hati Jaemin juga ikut tergores. Sungguh, entah kenapa dia merasa seperti itu.

Dengan niat menenangkan, Jaemin pun langsung memeluk Minjeong dan mengusap punggungnya. "Kau adalah ibu yang baik, Minjeong-a. Minkyu pasti merasa bahagia dan beruntung karena dia memiliki ibu yang amat sangat menyayanginya"

"Soal kematiannya...jangan menyesal. Karena takdir manusia ada di tangan tuhan, jadi kau jangan pernah menyalahkan diri mu sendiri atas kejadian itu"
"Dan ya, lagipula kita sudah berusaha semaksimal mungkin untuk bisa membagi waktu dengan baik kan ? Akhir-akhir ini kau sangat perhatian dan lebih sering menghabiskan waktu bersama Minkyu, jadi itu saja sudah cukup. Setidaknya Minkyu mendapatkan sesuatu yang sangat baik selagi dia hidup"

Minjeong tak menjawab dan hanya menangis dalam dekapan Jaemin.

"Aku tau tak mudah untuk mu melewati semua ini. Pertama kakak mu, lalu ayah, dan sekarang putra mu"

"Tapi tak perlu khawatir. Kau masih punya ibu yang selalu ada bersama mu. Jika kau membutuhkan aku pun, datang saja. Aku akan ada untuk membantu mu"

•••

Setelah dirinya mencuci semua peralatan masak dan peralatan makan yang baru saja ia gunakan, Jaemin langsung pergi ke balkon dan menikmati hembusan angin yang terasa sejuk malam ini.

Melihat pemandangan kota dari apartemennya dan menikmati suasana malam hari sudah menjadi kebiasaan Jaemin dalam menenangkan dirinya.

Helaan nafas panjang pun terdengar setelah pria itu hanya berdiam diri di sana tanpa mengatakan apapun.

"Aku benar-benar tak mengerti apapun..."

"Apa maksud dari perasaan ini sekarang ? Tidak mungkin ini cinta kan ?"

Jaemin kembali terdiam beberapa saat sembari terus berpikir.

"Apakah ini cinta ? Atau hanya rasa empati pada seorang teman ? Aku sama sekali tidak mengerti"

"Tapi jika ini benar cinta, apakah tidak apa-apa ?"

"Dan...bagaimana bisa aku memiliki perasaan seperti ini lagi padanya ?"

COMPLICATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang