40

690 63 1
                                    

JANGAN LUPA VOTE & COMMENT NYAA.. 👌

•••


Cahaya yang masuk melalui jendela membuat kesadaran Jeno perlahan kembali. Selain itu, aroma makanan dari dapur membuat dirinya terbangun juga.

Setelah kesadarannya kembali penuh, Jeno langsung duduk dan menatap sekitarnya.

Ternyata hari sudah pagi.

"Emm... Wanginya enak sekali" Gumamnya.

Dengan langkah lunglai Jeno pergi ke dapur dan melihat Jimin sedang sibuk berkutat dengan peralatan dapur.

"Kau sedang memasak sarapan ?"

"Eoh ?" Sontak Jimin menoleh. "Kau sudah bangun ?"

"Iya"

"Kalau begitu cuci muka dulu sana. Aku sedang memasak bubur, sebentar lagi matang"

"Baiklah" Jawab Jeno yang langsung pergi ke kamar mandi.

Pagi ini Jimin bangun sedikit lebih pagi dibandingkan dengan hari libur biasanya. Yang biasanya di hari minggu seperti ini ia bangun siang, tapi hari ini dia terbangun lebih pagi.

Jadilah ia segera membuat bubur, karena semalam Jeno menginap. Padahal biasanya ia lebih sering memakan roti untuk sarapan.

•••

"Ugghhh.." Minjeong menghela nafas pasrah ketika Jaemin tetap memeluknya dari belakang walaupun ia sudah berusaha melepasnya. "Jae, cepat lepas"

Jaemin menggeleng pelan. "Tidak mau"

"Ini sudah siang"

"Tidak apa-apa, lagipula ini hari minggu, dan kemarin kita baru menikah" Jawab Jaemin sembari memutar tubuh Minjeong agar berhadapan dengannya. "Jadi, sekarang lelah mu sudah hilang kan ?"

"Kenapa ?"

"Mau cuddle"

Sontak Minjeong terkekeh melihat ekspresi Jaemin yang terlihat lucu. "Baiklah, tapi tidak lebih, oke ?"

"Yah...kenapa ?"

"Tolonglah, ini masih terlalu pagi, Jae...rasanya aneh"

Kini Jaemin yang terkekeh. "Iyaiya, aku mengerti"

•••

"Bagaimana ?"

"Ini lezat, rasanya pas"

"Sungguh ?"

Jeno mengangguk. "Aku suka"

Jimin tersenyum lega. "Syukurlah. Selama ini aku hanya memasak bubur untuk diri ku sendiri. Jadi aku agak khawatir rasanya tidak cocok untuk mu"

"Ini sama kok seperti yang biasa ibu ku buat"

"Benarkah ?"

"Iya, masakan mu benar-benar enak"

Jimin tersenyum mendengar itu. Ya, keahliannya dalam memasak sudah berkembang lebih baik. Dan ia merasa sangat senang akan hal itu.

Melihat Jimin yang merasa bangga pada dirinya sendiri, Jeno tak bisa menyembunyikan senyumannya. "Cantik"

"Eoh ?" Jimin langsung menoleh saat mendengar itu. "Kau bilang apa ?"

"Ah...Tidak, bukan apa-apa" Elak Jeno sembari menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. "Ayo cepat kita habiskan makanannya. Aku harus segera pulang ke rumah"

COMPLICATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang