Bonchap 2 • Bluesy

349 37 2
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Dan rasanya Jimin sudah sangat mengantuk karena lelah. Jadi ia lebih dulu duduk di atas ranjang sembari menunggu suaminya.

Jimin memijit pelipisnya pelan ketika ucapannya sama sekali tidak di dengar. "Lee Jeno, aku bilang tidur sekarang!"

"Kau ini kenapa sih ? Tidur saja duluan, aku mau main game dulu sebentar"

"Kau yang kenapa ? Kalau stress karena pekerjaan, tolong jangan dibawa ke rumah"

"Shhh, berisik" Ucap Jeno sembari tetap fokus pada game di ponselnya.

"Ahh, sial!" Merasa lelah dan tak mau berdebat, ia memilih untuk tidur lebih dulu dan mengabaikan suaminya. Dia mencoba menenangkan dirinya dengan tidur.

Ia merasa akhir-akhir ini hubungan di antara mereka sedang kurang baik. Jeno sedikit berubah sejak ada masalah di kantornya. Ia merasa stres karena tekanan ketika bekerja jadi tak sadar dia melampiaskannya pada Jimin.

Ketika di rumah, Jeno sering mengabaikannya dan bermain game. Saat waktunya tidur pun, dia memilih untuk bermain game terlebih dulu.

Di tambah akhir-akhir ini suasana hati Jimin juga tidak menentu dan ia merasa lebih sensitif. Jadilah keadaan di rumah tidak terasa nyaman.

Hari-hari belakangan ini terjadi seperti itu. Bahkan rasanya mereka sudah tidak bermesraan lagi karena kondisi yang kurang baik ini.

Dan di antara mereka masih belum ada yang ber-inisiatif untuk memperbaiki hubungan ini.

•••

Seperti biasa, Jimin bangun di pagi hari untuk melakukan rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga.

Ketika hendak memasak, ia terdiam lama sembari berpikir harus memasak apa untuk sarapan pagi ini.

"Masak nasi goreng sajalah, simple"

Tapi sebelum ia menyentuh peralatan dapur itu, perutnya kembali terasa mual. Jadi dengan cepat ia berlari ke toilet dan memuntahkan isi perutnya di sana.

Huwekk..

Huwekk..

Ia segera menetralkan nafasnya begitu perutnya terasa lebih baik. "Huffttt...sebenarnya ada apa denganku ? Akhir-akhir ini semuanya terasa buruk"

"Hahh...sudahlah, sebaiknya sekarang aku mandi. Sepertinya sarapan diluar lebih baik"

Dan benar saja, Jimin segera pergi mandi dan setelahnya langsung bersiap untuk pergi bekerja lebih pagi. Karena ia ingin pergi sarapan di luar.

Melihat Jeno yang masih pulas tidur, rasanya dia masih kesal. Rasanya menyebalkan ketika ia melihat suaminya itu.

Tapi ia masih punya hati dan membuatkan roti panggang yang bisa dimakan oleh suaminya untuk sarapan. Dan setelahnya dia benar-benar pergi setelah mengirimkan pesan melalui ponsel.

Rasanya dia sedang ingin makan samgyetang di pagi hari ini. Ia berharap itu bisa mengembalikan tenaganya yang sudah berkurang akibat muntah tadi.

•••

Ketika alarm berbunyi, Jeno langsung terbangun dan mematikan alat yang menimbulkan suara berisik itu.

Ia terdiam lama sembari mengumpulkan semua nyawanya yang belum terkumpul. Setelahnya ia segera bangun dan mencari keberadaan Jimin.

"Sayang, kau dimana ?" Ujar Jeno yang tidak mendapatkan jawaban dari siapapun.

"Kok rasanya hening sekali ?" Gumamnya.

"Hahh.. Sudahlah, sebaiknya aku mandi dulu saja"

Tanpa mengecek keberadaan Jimin dan ponselnya terlebih dulu, Jeno langsung pergi mandi dan bersiap untuk bekerja. Hingga pada akhirnya ia baru tersadar keadaan rumah yang masih saja hening dan tak melihat keberadaan istrinya begitu ia keluar dari kamar.

COMPLICATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang