Manik safir itu memandang dengan sendu ke arah sosok sang adik yang mengarahkan pedang ke arahnya, dia tak percaya sosok anak berusia 15 tahun itu bisa menatapnya dengan tatapan begitu tajam. Taufan mendekati Halilintar yang sedang menahan sakit di belakangnya memberikan ramuan penawar racun, para bangsawan licik itu memang berniat memberontak rupanya tapi kenapa mereka harus menggunakan adiknya sebagai alat, kekesalan terlihat jelas di wajah tampannya.
" Putra mahkota tolong minum ini dan istirahatlah ......!! Saya akan mengatasi pemberontak ..." Taufan berucap sembari tersenyum, senyuman yang seolah mengatakan ini akan cepat berakhir dan kau tak perlu cemas.
Lengannya di pegang oleh Halilintar, dengan nafas terengah engah dan pandangan yang agak buram dia menatap Taufan sayu " jangan beri ampun ... bunuh mereka .... semua, termasuk dia...." ujarnya tatapan amarah dilayangkan pada sosok sang adik. Tentu saja Taufan tak percaya akan apa yang dikatakan Halilintar, membunuh adiknya, membunuh Solar .
" Tapi ....kak.... dia kan "
"JANGAN MEMBANTAH TAUFAN .... DIA ADALAH PENGHIANAT, PEMIMPIN PEMBERONTAKAN INI, HABISI SEMUANYA INI PERINTAH ....!!" teriak Hali.
Taufan tersentak kaget Halilintar paling benci dengan penghianatan, sebagai panglima pasukan Taufan sudah banyak membunuh. Walau begitu bagaimana bisa dia membunuh adik kandungnya sendiri, dengan berat hati Taufan mengiyakan perintah Halilintar.
Dia telah membunuh pamannya sendiri dan sekarang dia harus membunuh adiknya, Gempa dan Thorn terluka parah dan masih diobati tabib istana, sementara Blaze dan Ice menyerang Pemberontakan para bangsawan di luar, Halilintar terkena Racun dan saat ini tak bisa bergerak sama sekali. Terpaksa Taufan harus berhadapan dengan adik bungsunya ini.
" menyingkir atau aku akan membunuhmu ..." Solar bersuara dingin.
" Kenapa kau melakukan ini ..? Solar ...?" Taufan berujar sendu, tangannya menarik pedang dari sarungnya dan di arahkan ke arah sang adik.
" Kenapa ......hahahhahahaaa..... Taufan, Taufan., kau terlalu sibuk dengan perintah raja dan bermain dengan para Pangeran lain,aku sendiri sudah bosan dengan kebahagian kalian.... terabaikan bagai sampah " ungkapnya sembari tersenyum senget.
Taufan tau bahwa para saudaranya yang lain tak menyukai Solar karna dianggap sebagai pembunuh ibu mereka, tapi dia tak menyangka sampai membangkitkan jiwa pemberontak di dalam diri Solar.
" Kau bukan sampah .... !! Kau adikku ....?! " mata yang biasanya menampilkan kecerian itu mulai berkaca, tanpa sadar cairan bening keluar dari matanya.
" Berhenti, AKU MUUAK DENGAN OMONG KOSONGMU ....HAAAAAAAAA" Solar berlari kedepan dengan pedangnya, ada banyak celah yang bisa Taufan gunakan untuk menghindar tapi ....
JEB....!!
Halilintar membulatkan matanya tak percaya kala melihat sebuah pedang menembus punggung sang adik. Begitu pula sang bungsu sebagai pelaku.
" ke ....kenapa ...kenapa kau tak menghindar ...? " wajahnya mendongak ke atas menatap mata safir yang mulai meredup, tangan yang masih memegang gagang pedang itu gemetar hebat, namun tangannya dipegang oleh Taufan dan membantu mendorong pedang itu masuk lebih dalam ke tubuhnya, ringisan lolos dari bibirnya.
" HENTIKAN..... APA YANG KAU LAKUKAN ...?! " Solar berteriak kawatir saat sang kakak menusuk dirinya lebih dalam, dapat dia rasakan darah mengalir sampai ke tangannya.
HUG.....
matanya membulat saat merasakan pelukan hangat dari Taufan.
" KENAPA..... KENAPA KAU TAK MENGHINDAR .... ? KENAPA KAU MENJATUHKAN PEDANGMU ... KENAPA KAU TAK MEMBUNUHKU ...? " cairan bening keluar dari mata Solar, tubuhnya gemetar hebat, baru kali ini dia merasakan pelukan hangat dari saudaranya untuk pertama dan mungkin terakhir kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
hikari no kakera (End)
FantasyCATATAN : CERITA INI HANYA FIKSI DAN TAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN DUNIA NYATA, KARAKTER DALAM CERITA INI MILIK MONSTA SAYA HANYA MEMINJAM SAJA. KALO BERMINAT SILAHKAN BACA ...... BANYAK TYPO DAN CERITA MUNGKIN GAK NYAMBUNG. Catatan :gambar bukan...