chapter 32: dream or real

881 119 80
                                    

Solar merasa tak tenang dalam pejamnya, keringat dingin sering kali hinggap pada wajah mungilnya, gumaman kecil bahkan lolos dari bibirnya.

Anak itu mendapati dirinya berada di ruang gelap, dia bingung sampai tanpa sadar dia merasakan sebuah dekapan hangat dari seseorang, sontak Solar langsung mengangkat wajahnya menatap sosok yang memeluknya itu. Dan itu adalah Taufan yang tersenyum hangat padanya, Solar baru saja akan membalas senyuman sang kakak namun dia menyadari sesuatu.

" a, apa ini...? kenapa Tanganku basah dan kenapa ada pedang ..?" Solar menatap horor kedua Tangannya yang telah berlumur cairan berwarna merah pekat, bau amis darah berhasil masuk ke indra penciumannya, tak butuh waktu lama sampai Solar menyadari kemana arah pedang itu menancap.

" maaf karna telah menjadi kakak yang buruk Solar ..." gumaman kecil didengar oleh Solar, nafas yang tak teratur bisa dia rasakan dengan jelas, Solar takut, dia takut menatap sosok sang kakak saat ini.

" Ke...kenapa, kenapa kau tak membunuhku..? " bukan, bukan kata ini yang ingin dia katakan " kenapa kau tak menghindar ...?" Lanjutnya, tidak Solar tak ingin mengatakan ini, dia hanya ingin menanyakan kaadaan sang kakak saat ini.

" Kenapa ...?!" Solar mendongakkan kepalanya ke atas hanya mendapati sosok Taufan yang tersenyum lembut padanya, walau darah masih menghiasi bibir itu dan pandangan mata yang mulai kehilangan cahayanya, tapi dia tau bahwa sang kakak sudah tak akan bertahan lama.

Taufan mendekap Solar erat meninggalkan sisa kehangatan yang masih tersisa sebelum semuanya menjadi sunyi, bahkan suara nafas sang kakakpun telah hilang dari pendengarannya, sekali lagi orang yang mengakuinya dan telah menganggapnya ada hilang dari dunia. Tangan yang awalnya memberikan dekapan penuh dengan kehangatan, kini terkulai lemas, mata yang memancarkan keceriaan dan kasih kini terpejam. namun, Solar bahkan tak bisa berbuat apapun.

Dia hanya bisa mendekap erat tubuh tanpa nyawa sang kakak, masih tersisa sedikit kehangatan disana, anak itu hanya bisa menangis, menangis sekencang mungkin. Sembari menyalahkan takdir akan segala penderitaannya.

Seketika Tubuh Taufan menghilang dan Solar kembali terjatuh lebih dalam tanpa sempat bersuara, dia hanya pasrah, kali ini berbeda dengan yang tadi tempatnya terang dan ada ke lima saudaranya menatap Solar dengan pandangan yang sulit dijelaskan. Walau demikian, sisa air mata masih tertinggal di pelupuk mata mereka.

" PUAS KAU SEKARANG, SETELAH BUNDA DAN AYAH, SEKARANG KAKAK TAUFAN ...!?" Teriakan pilu dari Blaze lah yang pertama terdengar, lagi lagi, dia disalahkan.

" KENAPA SOLAR ..? KENAPA ..? KENAPA KAU MELAKUKAN INI, KENAPA KAU MERENGUT KAK TAUFAN JUGA..?! " Thorn berteriak sekuat tenaga dia meremas dadanya yang sesak, menatap penuh akan kesedihan.

Solar hanya diam, dia juga merasa kehilangan, tapi kenapa dia yang disalahkan. Kali ini dia menatap Ice dan Gempa yang enggan untuk melihatnya.

" a...aku tak, bermaksut" suara yang terbata bata dan gemetar keluar dari bibir kecilnya. Bahkan tubuhnya masih bergetar.

" kumohon, kumohon katakan bahwa kak Taufan masih hidup, katakan dia selamat. Dia panglima kan .? Dia tak akan mati semudah itu. Putra mahkota katakan padaku bahwa kakak masih hidup, kalian pasti menipuku kan ..?" Solar mulai mendekap dadanya menatap penuh harap pada Halilintar yang bahkan tak bisa berujar satu katapun. Dia sendiri bingung akan hal ini namun tatapan anak itu tak iya indahkan sebaliknya dia memberikan pukulan yang cukup kuat dilayangkan ke Solar sampai anak itu terpental.

" SEHARUSNYA KAU YANG MATI!? SEHARUSNYA KAU TAK PERNAH TERLAHIR SOLAR !! LIHAT ITU, LIHAT BAIK BAIK PADA PETI MATI ITU ?! APA KAU MELIHAT DIA MASIH BERNAFAS ..??" Hali mengangkat kerah baju Solar sembari menunjuk dengan kesal ke arah peti dimana Taufan terbaring dan dihiasi bunga mawar putih di sekitar tubuhnya.

hikari no kakera (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang