chapter 40 : sacrifice and curse

803 74 56
                                    

    Halilintar dan Blaze akhirnya sampai di kediaman  duke Astrea, namun kediaman itu terlihat sepi bahkan satupun  penjaga tak ada di gerbang.

" ada apa ini..? Apa memang sesepi ini ya, suram sekali suasananya" Blaze melihat sekeliling sangat sepi, bahkan hampir tak terlihat siapapun di sini.

" Blaze tetap di didekatku" pinta Halilintar, manik rubynya menatap sekeliling dengan waspada, Blaze yang melihat itu hanya bisa mendekatkan dirinya ke arah sang kakak sembari menyiapkan kuda kuda bertarung.

" pangeran Halilintar, ada yang gak beres disini " ungkap Blaze sedikit berbisik.

Hali menganggukan kepalanya sembari sedikit berguman " aku tau, tetap waspada Blaze "  Blaze menatap sekitar lalu tatapannya terpaku pada punggung sang kakak yang telihat begitu lebar bak perisai yang melindunginya.

" Baik.... kak" ungkap Blaze tanpa sadar. Hali tersenyum kecil kala mendengar pangilan  yang sudah lama hilang dari pendengarannya, karna sejak kematian sang bunda, mereka mulai saling mengacuhkan satu sama lain.

Sampai mereka mencapai pintu utama, kedua manik yang hampir memiliki warna sama itu, saling berpandang dan kemudian menganggukan kepala seakan tau akan apa yang  mereka lakukan.

KRIEK.....  pintu perlahan terbuka, sampai.

" Blaze awas....!?"

Jebs.....




















" transfer....? " Taufan mengetahui arti itu, dia tau akan maksud Beliung sepenuhnya. Walau demikian dia tak mau berasumsi sembarangan akan kata itu.

"apa maksudnya itu ..?" Thorn memerengkan kepalanya dengan wajah polos dia bertanya.

" Transfer adalah satu satunya sihir kuno yang telah lama menghilang. Sihir itu bisa membuat yang sakit atau tekkena kutukan kembali sehat, tapi bukan berati tak ada bayaran akan kesembuhan tersebut." Rimba menjelaskan sembari menundukan kepalanya, dia tak menyangka abangnya akan melakukan hall itu.

" bayaran seperti apa kak Rimba, Thorn akan bayar berapapun asal kak Ice sembuh ...." senyum cerah di arahkan ke arah Rimba. Anak polos ini masih tak sadar akan penjelasan tersebut, Rimba mengepalkan tangannya kuat. Tak tega untuk memberitau anak kecil ini.

" bukan uang Thorn .... tapi Thorn tenang saja Ice akan baik baik saja kalian akan kembali dengan selamat ke saudara saudara kalian " Taufan mengusap kepala Thorn sembari memasang senyuman di bibir pucatnya.  

Mendengar itu baik Beliung atau Rinba saling berpandang satu sama lain. " kau yakin ..? Tadi itu aku hanya bercanda kok ..!" Ungkap Beliung terlihat heran.

" aku tau kau serius, lagipula kita berdua memiliki sisi yang sama bukan begitu tuan Beliung " ujar Taufan sambil tersenyum remeh.

" Tapi Taufan ..... itu sangat beresiko, kita perlu wadah untuk kutukan itu "

" Thorn saja ...." Thorn mengajukan dirinya agar menjadi wadah selanjutnya dari kutukan  Ice. Tentu saja tindakan itu membuat yang lain terkejut bukan main.


" Thorn ..!? Jangan sembarangan wadahnya sudah ada dan Thorn tak akan melakukan tindakan berbahaya itu ..!?" Ujar Taufan dengan sedikit berteriak.

" jangan jangan ....Taufan kau ..?" Taufan menganggukan kepala.

" kak Upan tak berpikir untuk menjadi wadahnya kan..? Dengan kondisi kakak sekarang, Thorn takut kakak gak akan kuat .." hening. Thorn berujar seperti itu tanda dia paham akan situasinya, Taufan tau bahwa kondisinya saat ini tak memungkinkan tapi, dia juga gak bisa mengorbankan adiknya. Taufan tak menyangka bahwa Thorn tak sepolos yang dia pikir.

hikari no kakera (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang