Chapter 26 : berbaikan

967 125 143
                                    

Gempa, Thorn, dan Taufan saat ini sedang berada di kebun belakang panti. Banyak tanaman buah yang sudah tumbuh dengan baik disana, walau sudah lama tak dirawat, saat ini sebagian besar anak panti lebih memilih membantu Taufan dari pada berdiam diri di panti tanpa melakukan apapun. Karna pasalnya itu sudah kemarin di bersihkan oleh orang orang Taufan sebelum mereka dipindahkan ke sana.

Jadi saat ini yang berada di panti hanya beberapa anak, Solar, Halilintar, Ice dan Blaze. Taufan sempat kawatir meninggalkan Solar sendirian di panti tapi melihat anak itu tidur jadi gak tega bangunin, helaan nafas lelah dikeluarkan sembari sedikit mengusap wajahnya kasar. " aku pengen fotoin ni bocah, sebelum dia beranjak dewasa, tapi sayang banget gak ada kamera atau HP..!" Guman Taufan, dengan langkah tak rela Taufan meninggalkan kamar dan pergi melihat kebun belakang bersama yang lain.

" heh..... kak Taufan mana ..? " Solar berjalan gontai menuruni tangga, langkah kaki kecilnya membawanya ke ruang tamu dan mendapati beberapa anak yang sedang bebersih.

" eh, anda sudah bangun .? Tadi tuan Taufan dan yang lain pergi ke kebun belakang saat anda sedang tidur. " jelas anak perempuan itu , tanpa menghentikan kegiatannya menyapu lantai.

" oh, hmmm. Kalo begitu aku mau mengambil air dulu . " Solar berniat berjalan ke arah dapur, sebelum suara lembut gadis itu mengudara.

" apa perlu saya ambilkan ...? "

" tak perlu, aku bisa sendiri." Solar berujar sembari mengucek matanya dengan salah satu tangannya menampilkan pose terimut yang bisa kamu lihat dari anak berusia lima tahun itu, bahkan gadis itu sampai terpana melihatnya.

Solar dengan santainya ke dapur, sesampainya di dapur Solar malah bertemu dengan Ice yang sedang mencari makanan di lemari penyimpanan. " kau ...!!" Solar Terlihat tak suka saat melihat Ice.

" apa..? Kau perlu sesuatu bocah.? " dengan suara malas Ice bertanya, ya memang begitulah dia.

" aku hanya mau mengambil air. " Solar memalingkan wajahnya malas melihat salah satu saudaranya sendiri, inilah Sifat Solar yang sesungguhnya saat bersama saudaranya tanpa Taufan tentunya, saat itu bahkan Solar tak merasakan sakit hati dari perkataan Halilintar dan Blaze, baginya mereka hanya orang asing dan hanya Taufan saja keluarganya. Jadi dia tak akan peduli akan apa yang menimpa mereka nanti.

" Galaknya, mau diambilin ..? " Ice menawarkan diri, sangat jarang seorang Ice menawarkan diri untuk membantu.

Solar semakin dibuat curiga, jangan jangan dia mau diracuni lagi. Waspada " gak, aku bisa sendiri ..!! " dengan nada kesal Solar menarik kursi kecil di sebelahnya, lalu dengan hati hati menaiki kursi itu hingga bisa mencapai gelas di meja dapur.

" lihat .... !! Tak ada yang tak bisa ku lakukan.!!" Solar menyombongkan diri nya, sembari dengan santainya meminum air yang berhasil dia ambil dengan usahanya sendiri.

" hmmm. Sudahlah aku mau tidur, bersenang senanglah disana bocah " ujar Ice sembari tersenyum kecil.

Solar hanya memandang heran dengan sifat Ice, dia pikir dirinya akan diolok olok atau mungkin menerima perlakuan buruk seperti sebelumnya seperti dua saudara lainnya.

Setelah kepergian Ice, entah dari mana muncul Blaze dan Hali yang memandang dengan pandangan ragu.

" itu, Solar.. Begini, aku- " Blaze terlihat bingung menghadapi anak didepannya saat ini, mengingat dia hampir membunuh Taufan hanya karna emosi tentu menimbulkan rasa bersalah yang cukup besar di dalam hati pecinta ayam tersebut.

" Apa lagi yang kalian inginkan..? " nada dingin keluar dari bibir mungil anak itu, jangan salahkan Solar akan hal itu, dia adalah anak yang selalu mendapat perlakuan buruk selama ini tentu akan berprilaku sama seperti lingkungannya terdahulu, tak ada yang mengajarinya sopan santun, atau kasih sayang sampai Solar bertemu dengan Taufan. Bagi anak itu, Taufan adalah cahayanya yang telah lama ia idamkan.

" kau .... !!" Mendengar nada dingin anak itu membuat Hali naik pitam, Hali memang tak menyukai Solar dari awal sehingga hanya dengan melihat sifat anak ini sudah membuatnya cukup marah.

Namun Solar tak gentar dia menatap lurus ke arah manik ruby tersebut, tak ada ketakutan bahkan Solar tak merasakan intimidasi sama sekali. " jika ada yang ingin kalian katakan cepatlah, aku ingin mencari kak Taufan..!" Ungkap anak itu sembari menatap tajam ke arah kedua pangeran itu. Hali hanya bungkam tak mengatakan apapun, mereka heran, dimana sifat manja dan kekanakan anak ini sebelumnya,..? Apa jangan jangan ini sifat aslinya...?

" huh, apa yang kau lakukan pada Taufan sampai dia begitu menyayangimu,...? Sihir seperti apa yang kau pakai padanya ..? " manik ruby itu bersinar, Hali berusaha keras menahan emosinya agar tak meledak disana. Blaze yang melihat itu malah bingung, kenapa topiknya malah melenceng ke sana, bukan kah mereka sudah sepakat untuk memperbaiki hubungan mereka dengan Solar.

" ck, sihir ..? Kalian pikir kakak Taufan adalah tipe yang mudah di pengaruhi? Kak Taufan itu adalah saudara terbaik yang pernah aku punya, kemana kalian selama aku terjebak dalam bangunan tua itu, kalian bahkan tak peduli kalau aku hidup atau mati kan ..?" Tatapan kecewa di arahkan ke kedua pangeran tersebut.

Halilintar serta Blaze hanya bisa menunduk, bahkan tak satupun berani menatap manik mata silver itu, walau samar, ada sedikit harapan di manik mata kecil itu.

" kalau .....kalau kau tak lahir maka bunda ...!!" Guman Blaze samar, namun itu bisa di dengar cukup jelas oleh Solar.

Solar megeretakan giginya menahan kesal, dia bahkan tak pernah bertemu dengan ibunya, melihat bahkan mengegahui bagaimana sosok bunda yang mereka selalu eluh eluhkan padanya, mereka bahkan lebih beruntung darinya mereka bisa merasakan kasih sayang serta kehangatan seorang ibu, sementara dia hanya bisa meradakan dinginnya sifat orang orang padanya.

"Kalau begitu, KENAPA KALIAN TAK MEMBUNUHKU SAJA WAKTU ITU, JIKA MEMANG AKU PEREBUT NYAWA BUNDA ..!! KALIAN PIKIR AKU NGIN TERLAHIR DI KELUARGA INI, KALO BISA MEMILIH AKU LEBIH MEMILIK TAK TERLAHIR SAMA SEKALI ...!? " Solar meluapkan semua emosinya. Manik silver itu sudah basah dengan airmata, tak ada kata yang mampu menenangkan anak itu saat ini.

Seketika Blaze dan Hali sadar akan tindakan mereka saat itu, mereka bahkan tak tau harus berbuat apa, Khususnya Hali, dia tak tau bagaimana menenangkan anak anak. Blaze sudah berlinang air mata mendengar ucapan Solar, Blaze sadar ucapan yang tak sengaja keluar dari mulutnya telah menghancurkan hati rapuh anak ini, hall ini membuat Blaze semakin merasa bersalah.

Melihat itu Hali menarik Blaze dan Solar dalam dekapannya, memeluk mereka erat, Blaze yang kaget akan gerakan tiba tiba itu membenamkan wajahnya ke bahu sang kakak, sementara Solar meronta meminta dilepaskan.

" apa yang kau lakuka.? Lepaskan aku!! Lepas....kan aku , Huaaaaaaaaa.. hisk " Hali tak bergeming, tak mengatakan sepatah katapun. Dia membiarkan kedua bahunya basah akan air mata saudaranya.

" Maaf, karna menyalahkanmu, maaf karna terlambat menyadari penderitaan mu selama ini. Aku memmang tak sebaik Gempa dan Taufan tapi aku akan berusaha menjadi kakak yang baik untuk kalian. Maaf ..." gumamnya lembut, air mata saudaranya cukup membuat pertahanan seorang Halilintar goyah.












































Melihat moment diantara para saudara ini, anak perempuan yang sebelumnya diam diam menaruh sebuah buku di atas meja sembari tersenyum lembut.

" kurasa tak ada yang perlu di kawatirkan lagi .." gumannya

TbC ......


Maaf kalo rada gak nyambung, otakku udah kehabisan ide untuk cerita dan terkadang aku juga males nulis.

Ya karna gan ada ide juga sih.

Kuharap kalian suka chapter kali ini ya

Tambahan some happy video for you all

See you next Chapter ....

hikari no kakera (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang