Suara teriakan terdengar di penjuru sisi ruangan bawah tanah, sangat memilukan dan mencekam membuat yang mendengarnya akan langsung merinding ketakutan bahkan untuk melintasi tempat itu pun dijamin membuat bulu kuduk merinding.
"AGH..... AGH..... HIKS .... KU .... KUMOHON.... HENTIKAN ....!?" jeritan itu sudah berkali kali wanita itu kumandangkan, menjerit dan memohon terus terulang, namun demikian tak satupun ucapannya membuat luluh hati sang pemudaa, pemuda bermata safir itu masih duduk dengan santainya di depan sang wanita yang telah kehilangan beberapa jarinya.
" hmmmmm ..... sekarang potong jari klingkingnya ...... agh, lakukan dengan perlahan diaa telah berani menjambak kepala dan menyayat leher adikku ... dengan tangan kotornya.... pastikan dia merasakan sensasi dagingnya disayat secara... per la han.... " aku menatap dingin namun senyuman tak lepas dari bibirku. Aku marah...? Ya aku marah setiap kali melihat wanita yang hampir membunuh Solar dihadapanku.
Pisau yang secara perlahan menyayat daging kelingkingnya semakin dalam memcapai tulang, menciptakan getaran dan erangan kesakitan dari pemilik tangan itu bagai melodi di pendengaran sang manik safir, masih belum..! setelah kuku jarinya terlepas sekarang semua jarinya tangannya terpotong secara perlahan.
" Agh .....BUNUH ..... TOLONG BUNUH SAJA AKU ... KEPARAT ...!? " Wanita itu menatap tajam ke arahku yang menyeringai senang setiap mendengar jawaban memohon dari kepala pelayan tersebut.
" kau ingin kematian yang cepat rupanya ....? Boleh saja ... asal kau menjawab pertanyaanku, apa hubunganmu dengan paman Retaka Gamma ...!! " kembali kebungkman yang ku didapatkan .
" masih belum mau menjawab ...? "Aku menaikan alisku namun. Tetap mempertahankan senyuman diwaajahku.
" hehehhe...... tak bisa kukatakan ... bagaimanapun aku akan mati jugaa... untuk apa ku katakan padamu si....alan ... huh...huh.... " setelah berucap demikian wanita itu meludah ke arah ku, untungnya air liur yang bercampur darah itu tak mengenaiku.
" oh ..... maka kematian yang menyakitkan yang kau dapatkan .... Potong tangan dan kakinya ....!? " perintah itu keluar begitu saja.
" baik .... yang mulia ...." seorang prajurit mendekati wanita itu yang menatap horor kapak yang dibawa oleh prajurit itu.
" TI... TIDAK ....TO....LONG JANGAN MENDEKAT ....!! JAANGAN MENDEKAT....." air mata telah keluar dari mata sang wanita.
"JEBS... CRASSSS...."
"AAAAAAAAAGHHH....... TANGANKU .... AGH..... " teriakan memilukan terdengar. Aku membalikan badannya membelakangi sang wanita, kemudian menatap ke arah Fang sang masih setia terdiam tanpa bergerak dari posisinya.
" Fang kita masih punya healing posion ..? "
" ya yang mulia ... . "
" bagus . .. sembuhkan dia saat dia mencaapai batasnya, lalu kembali siksa dia sampai dia mengungkapkan semuanya .... !? Kuserahkan dia padaamu Fang .... " Aku berujar dingin sebelum melewati Fang.
" Sesuai permintaan anda ... yang mulia Taufan ..." Fang membungkuk hormat setelah aku meninggalkan penjara itu, aku berniat kembali ke kamar. Berniat merebahkan tubuhku... rasa lelah setelah menghadapi keseharian.
Aku memijat plipisku, seharian ini terasa begitu memusingkan... sekarang sudah sore aja, aku mana kemarin malam full begadang lagi ... agh kepalaku sakit.
Saat aku menatap lurus aku sudah melihat Gempa menungguku di depan pintu kamar, apa aku melupakan sesuatu ya.... ?
" Gem ...? Kenapa kau kesini..? " aku memberikan senyuman cerah, guna menyembunyikan wajah lelahku saat ini ... kalo boleh jujur aku sedang tak ingin bertemu dengan siapapun, di dalam kepalaku hanya terbayang satu benda. Benda itu adalah kasur .... AKU INGIN TIDUR .... !! aku ingin berteriak seperti itu tapi dihadapan Gempa kayaknya mustahil deh.
" kak Taufan .... senang medengar kakak memanggil namaku tanpa tittle pangeran ... " ujarnya.
'Huh anak ini kenapa dah tiba tiba bicara seperti itu.... akukan sela- '
" Sialan ....... aku baru ingat pagi tadi sempat marah pada mereka .... sekarang bagaimana aku harus bersikap di hadapan Gempa ....! ?" Aku menatap bingung dari pada bingung lebih ke canggung menghadapi sosok Gempa saat ini.
Baru saja aku akan mengambil langkah mundur sebelum tangan Gempa berada di bahuku.
" mau kemana kak ....?" Gempa tesenyum tapi bagiku itu terlihat mengerikan.
" ahh...... Gem..... a.. aku ....mau ...ke..."
" ke ...? "
" aku rasa pangeran Halilintar memanggilku .... " aku mencari alasan agar bisa kabur tapi kayaknya mustahil saat aku tak sengaja melihat langkah kaki Halilintar mendekat.
" ada apa ini....? " Halilintar menatap heran ke arah kami.... aku sontak menatap matanya dengan pandangan memohon. Namun sepertinya dia tak peduli.
"Gem....? "
" Begini kak Hali .... apa kakak ada urusan dengan kak Taufan saat ini .... ? " pertanyaan itu malah dibalas Gelengan oleh Halilintar.
" tidak , aku hanya lewat saja ...." sialan kenapa dijawab kayak gitu, aku memandang Halilintar kecewa. Sebelum dengan Gerakan patah patah melihat ke belakang menatap senyuman cerah yang terlihat menakutkan bagiku.
" jadi begitulah kak Upan ....... ayo kita pergi ke suatu tempat ......" dia menekan kan kata pergi aku tak bisa apa apa kali ini.
" jadi kak Hali kami permisi dulu, sampai jumpa semoga harimu menyenangkan.
Dengan langkah cepat Gempa menarik tanganku meninggalkan Halilintar yang masih memasang wajah bingung.
"Hali help.........!!" Aku berteriak dalam hati sembari menangis bombai. Ahhhhh..... kenapa pangeran yang satu itu gak peka disaat seperti ini sih. ...!!
Taman istana element ada dua satu di istana utama dan satunya lagi di kediaman para pangeran.
Saat ini aku sedang duduk di meja taman bersama Gempa yang mengangkat cangkir tehnya lalu meminumnya dengan anggun.
Aku hanya duduk diam seperti menunggu amukan emak rasanya... beberapa detik berlalu seperti sudah lewat berjam jam bagiku, Gempa emang tersenyum tapi entah kenapa Aura yang dikeluarkannya lebih menakutkan dari pada Halilintar.
" Kak Upan .... "
" ya .... " aku spontan menjawab saat namaku dipanggil dengan wajah kaku dan keringat dingin aku tersenyum ke arah Gempa. Sumpah kali ini Gempa terlihat menakutkan.
" kakak tak lupakan janji yang kakak buat ..... ??" Gempa membuka matanya ada kilatan tajam saat dia memandangku, aku meneguk ludahku takut. Jadi begini rasanya diintrogasi ama emak menakutkan .
" e....enggak.... kok..... hehhehehehe..." balasku sembari memandang ke arah lain enggan untuk melakukan kontak mata dengan manik emas itu.
" hooo..... setelah semua selesai kemana kakak membawanya ....? " membawa siapa pula .... Gempa aku minta maaf tapi aku tak mengerti apa yang kau katakan lebih tepatnya aku gak inget ....
" mem.....me..membawa siapa ya.....?? hahhahaha..." aku mengangkat cangkir teh, cangkirnya sampai gemetar di tanganku.
" eh..... itu kak Taufan ..... Kakak ...!!" Blaze datang bersama Ice mendekat namun setelah melihat aku tak sendiri. Arah pandangan mereka menuju ke Gempa.
" selamat sore kak Gem... " ujar mereka berbarengan.
" hmmmm sore juga Blaze, Ice "
" kak upan ayo main ....!! " antusias Blaze namun tangannya ditarik oleb Ice menjauh.
" maaf menggangu waktunya kak Gempa kami akan pergi .... " Gempa hanya menganggukan kepala berbeda denganku yang menggelengkan kepala cepat. Kenapa Ice sangat peka sih setidaknya bantu akuuuuu....TOT
Setelah kedua orang itu pergi Gempa kembali menatapku sembari menopang dagunya dengan kedua tangannya.
" Jadi ...... kapan kakak akan menepati janji kakak padaku. ...?"
TBC....
Jangan lupa komen dan votenya ya....
See you next chapter.....
KAMU SEDANG MEMBACA
hikari no kakera (End)
FantasyCATATAN : CERITA INI HANYA FIKSI DAN TAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN DUNIA NYATA, KARAKTER DALAM CERITA INI MILIK MONSTA SAYA HANYA MEMINJAM SAJA. KALO BERMINAT SILAHKAN BACA ...... BANYAK TYPO DAN CERITA MUNGKIN GAK NYAMBUNG. Catatan :gambar bukan...