Setelah perbincangan singkat yang terasa mencekam aku membawa Gempa bertemu dengan Solar, awalnya wajah kaget diperlihatkan oleh Gempa saat menatap wajah anak itu, namun perlahan senyuman lembut Gempa tunjukan.
Aku menceritakan semua yang kulihat dan kudengar saat pertama mengunjungi Pavilliun Cahaya dulu, Gempa sempat shock, namun kemudian kembali tenang seolah, itu hall yang lumbrah terjadi di kalangan bangsawan.
" jadi kak..... kenapa kakak sangat bersikeras untuk melindungi anak ini...?" Gempa bertanya sembari mendudukan diri di sebelah Solar yang asik mengunyah biskuit buatanku.
" ehem ..... tak ada yang spesial kok .... "
" kau lihatlah manik mata bulat yang indah itu kulit yang mulus, serta pipi cubby yang seperti tupai itu..... bu....bukankah dia sa....sangat meng....menggemaskan ...." aku langsung memeluk Solar dan mengosok gosokkan pipiku ke kepalanya.
Gempa hanya mentap heran dengan tingkah kakaknya. Sejauh yang Gempa tau, Taufan selama ini menghabiskan waktunya dengan latihan dan patroli. Sejak bunda meninggal sifat Taufan juga ikut berubah, walau kakaknya sangat jarang di istana namun senyumannya tetap ada saat mereka berpapasan.
" selain itu ..... bukankah kita pernah berjanji pada bunda, bahwa kita akan selalu menjadi pelindung untuk adik adik kita ...? " sekarang Gempa ingat janji yang selalu ibunya minta saat mengandung calon adiknya.
Ada sedikit rasa cemburu saat Taufan lebih memilih manja dengan Solar dibandingkan dengan dirinya.
Menyadari Gempa yang hanya terdiam aku tanpa sadar mengusap kepalanya.
" eh .....!!"
" ah ...?? Maaf tanpa sadar aku .....!!" Aku menarik tanganku takut membuat Gempa merasa tak nyaman. Sebelum tanganku kembali ditarik dan diletakkan di atas kepalanya.
" tak apa .... lanjutkan saja kak....." Gempa tersenyum dengan wajah malu malu. Aku yakin bahwa Gempa juga lelah dengan semua tugasnya dan perlu tempat sandaran untuk melepas penatnya.
" Gem.... jangan mengaggung semuanya sendiri, kalo kau butuh sesuatu kau bisa mencariku...?!"
" iya kak aku mengerti .... setelah melihat kakak dengan anak ini, aku jadi sadar bahwa rasa benci yang bersarang dihati kami hanya kekesalan semata akan apa yang terjadi pada bunda..." ungkap Gempa menundukkan kepalanya.
" kak ..... kurasa aku juga sama dengan kak Hali, aku tak bisa menerima anak ini sepenuhnya .... aku masih belum bisa menghilangkan keraguanku sepenuhnya, aku masih perlu waktu. maaf " lanjutnya
" well .... Gem, aku gak maksa kau untuk menerimanya hanya, kalo bisa aku minta tolong padamu untuk menjaganya selama aku patroli di luar besok.... hanya kau yang bisa ku andalkan saat ini. " aku menatap Gempa serius. Aku tau tak mudah untuk menghilangkan rasa benci, apa lagi kalo itu telah berlangsung lama.
" kakak akan pergi .....? " Solar menarik lengan bajuku, dengan pandangan tak suka saat tau aku akan meninggalkannya sendiri.
Aku hanya tersenyum cerah sebelum menarik solar dalam pangkuanku. Anak ini terlihat lebih baik sekarang setelah keluar dari pavilliun cahaya, dan berada di kamarku.
" maaf Solar.... tapi aku juga ada tugas diluar, kalo Solar mau main minta sama pelayan ya, aku sudah siapkan semuanya untukmu....."
" Solar mau kak Upan ..... Solar gak mau yang lain ...." Solar memeluk leherku enggan untuk melepaskannya.
" Solar lepaskan ..... aku akan bawakan buku Alkemia nanti jadi kau jangan kawatir, aku tak akan lama. " aku membujuk anak ini dengan buku favoritnya.
" benarkah .....?! "
KAMU SEDANG MEMBACA
hikari no kakera (End)
FantasyCATATAN : CERITA INI HANYA FIKSI DAN TAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN DUNIA NYATA, KARAKTER DALAM CERITA INI MILIK MONSTA SAYA HANYA MEMINJAM SAJA. KALO BERMINAT SILAHKAN BACA ...... BANYAK TYPO DAN CERITA MUNGKIN GAK NYAMBUNG. Catatan :gambar bukan...