Truth Or Honest

21 3 0
                                    

Rules!

1. Host merupakan pemandu permainan yang mengatur dari awal sampai akhir.

2.  Ada tiga tipe kartu, hitam deep question, pink tentang cinta, dan biru tentang diri sendiri.

3. Ada tiga ronde dalam permainan ini.

- Ronde pertama, berputar arah jarum jam. Ronde ini menggunakan kartu warna biru. Pertanyaan-pertanyaan sederhana tentang favorite things, your top three, what's the moments, dan knowing yourself. Semua wajib menjawab.

- Ronde kedua, jawaban serentak dari semua peserta. Ini berlaku untuk kartu pink tentang pengalaman cinta. Ada dua jenis pertanyaan di kartu ini. Jika host mengajukan pertanyaan retoris, peserta hanya menjawab ya atau tidak. Jawaban minoritas akan ditanya lebih jauh oleh host. Jenis pertanyaan kedua adalah pertanyaan normal seperti biasa.

- Ronde ketiga, bottle spin. Peserta dipilih secara acak. Ronde ini spesial untuk kartu berwarna hitam. Dimana peserta harus menjawab jenis pertanyaan yang mendalam tentang kehidupan, pengalaman, dan perasaan. Peraturannya, botol diletakkan di tengah peserta yang duduk melingkar dan berdekatan. Jangan berjarak!

4. Semua peserta harus menjawab dengan jujur dan tidak boleh mendramatisir cerita. Bersikaplah dengan terbuka.

5. Bila ada peserta yang menolak menjawab, maka ia mendapatkan hukuman berupa satu pertanyaan dari peserta lain. Pertanyaan yang diajukan bersifat bebas dan sesuai dengan keinginan pribadi pemberi hukuman.

6. Selamat bermain!

"Ingat ya murid-muridku tersayang. Kuncinya adalah jujur. Kita harus berjanji untuk tidak menyebarkan cerita siapapun kepada teman-teman lain di sekolah. Apalagi jadi bahan gosip yang bisa menghancurkan nama satu sama lain. Privasi. Tak semua hal harus diceritakan pada orang lain, ok?" Ronan melipat kertas yang baru selesai ia baca. "Deal?"

"DEAL!" teriakan mereka semua mengejutkan para guru yang tengah menyantap makan malam di meja makan.

Aku akan bersantai seraya menyaksikan mereka menjawab pertanyaan. Aku mengerti kenapa Ronan mengajakku ke sini. Padahal ia tahu aku sedang ingin sendirian dengan kesibukanku setelah berlelah-lelah mengerjakan tugas kuliah. Namun, sekarang kuyakin dengan pasti. Aku menyiapkan perhatian dan telingaku untuk seorag murid yang akan kudengarkan jawabannya dengan sangat baik.

Murid itu sedang meluruskan tangannya yang mungkin pegal. Senyum tak pernah sirna dari wajahnya.

🎨🎨🎨

Ini sudah berjalan selama sepuluh menit. Aku memejamkan mata dengan lengan menutup wajah. Namun, telingaku terus mendengarkan mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan kartu milik Ronan. Suasana di penginapan begitu hangat karena suara tawa menggelegar di ruang tengah. Beberapa guru sudah naik ke lantai atas untuk beristirahat.

Aku melirik jam di tanganku. Sembilan malam.

Emma baru menjawab bahwa film favoritnya adalah segala yang berbau Disney. Sudah bisa kuduga.

Pertanyaan-pertanyaan berikutnya tidak membuatku menambah informasi tentang gadis itu. Kecuali perasaannya saat ini adalah bahagia, dan tiga hal yang menjadi ciri khasnya; buku, barang berwarna cokelat, dan countryside. Gadis yang tidak banyak neko-neko.

"Kau anak vintage banget," komen Peter. Memang benar. Aku bisa menilai Emma seperti gadis yang muncul dari novel klasik.

"Baiklah. Jawaban kalian mengesankan," kata Ronan penuh senyuman. "Sekarang... ronde....kedua."

Mereka menarik nafas, pertanyaan tentang romansa membuat suasana hati mereka sedikit teruji adrenalin. Aku masih berbaring dan sekarang kepalaku menghadap mereka—memusatkan perhatian sepenuhnya, sekaligus penasaran bagaimana kisah cinta yang dialami murid-murid remaja kami.

MR. ART HIMSELF [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang