Misfortune?

20 2 0
                                    

"Are you mad?!" Britanny membentak Laura setelah meremas rambutnya dengan penuh amarah. Kini helaian rambut merah kecokelatan di kepalanya tampak kusut dan awut-awutan. Britanny terus berusaha untuk mengatur pernafasannya yang menderu-deru seperti angin di sekitarnya.

Jessica dan Bianca berada di jok belakang. Mereka berdua sama-sama berwajah pucat. Tangan mereka basah dan gemetar. Mereka ingin sekali berteriak setelah apa yang baru saja terjadi. Namun, suasana malam yang sunyi membuat mereka ikut terdiam dan hanya mendengar suara mesin mobil yang masih menyala dan lagu "7 Rings" yang belum juga dimatikan.

Sedangkan Laura terus memandang kaca mobil di depannya yang kini retak. Ada bercak darah yang memenuhi kap mobil. Bukan sebatas bercak—melainkan darah segar yang baru saja dimuncratkan isi perut seorang tunawisma yang mereka tabrak beberapa detik yang lalu. Lelaki tua malang itu sudah tergeletak menelungkup di atas aspal. Wajahnya menghadap kolong mobil dengan mata setengah terbuka.

Laura tidak berkedip. Dengan suara yang kalut dia bertanya, "Apakah dia masih hidup?"

Biancalah yang pertama kali bergerak. Dia membuka pintu mobil dan mengecek ke manusia berjaket hitam yang ternyata masih bergerak-gerak kesakitan.

"Dia belum meninggal. Dia sekarat," ucap Bianca terbata-bata. Dia menoleh pada teman-temannya yang melotot takut.

"Bawa dia ke rumah sakit! Laura!" Jessica menggoyangkan bahu Laura dengan sangat kencang sebab wanita biadab itu masih saja diam seperti patung.

Laura memejamkan mata, menarik nafas, dan menggerakkan gigi mobil. "Bianca. Naik!"

Bianca menunjuk sang tunawisma. "Tapi—dia.."

"AKU BILANG NAIK!" Laura membentaknya. Matanya sudah memerah dengan air mata yang tertahan. Jarang-jarang Laura menangis ketakutan seperti ini.

Seperti kerbau yang dicocok hidung, Bianca langsung melompat ke dalam mobil. Dia tidak bisa berkutik di depan "bos"-nya itu.

"Laura.. ayo kita bawa pria malang itu..." Britanny yang sudah mulai tenang mengusulkan.

Laura menggenggam erat stirnya. "Tolol. Hidupku sudah tak wajar. Hancurkan saja sekalian." Laura memundurkan mobil yang dikendarainya dengan kencang. Teman-temannya sampai berteriak-teriak karena mengira Laura akan bunuh diri. Namun, tanpa diduga-duga Laura mengerem dan mengganti pedal gas menjadi maju dan dengan kecepatan tinggi, mobil itu melindas tunawisma tersebut dan menyeret tubuhnya beberapa meter dengan suara mengerikan. Britanny, Bianca dan Jessica mulai menghardik tindakan Laura yang keterlaluan. Mereka mulai menangis namun tidak bisa mengambil alih kemudi. Sekeras apapun mereka berusaha membanting stir, tubuh tunawisma itu malah semakin terkikis oleh gesekan aspal di bawahnya.

Bruk!

Mobil pun lepas sepenuhnya dari lelaki yang kini sudah tak bernyawa itu dan berjalan melintasi jalan akhir di Fentcham.

"Berhenti!" teriak Bianca. Laura terus melaju dan tidak mendengarkan. "LAURA!" seru Bianca lagi. Laura membalikkan tubuhnya ke belakang dan menarik rambut Bianca dengan kencang. Jessica segera menepis tangan Laura, sementara Britannya berjuang mengontrol stir.

"DON'T DO THAT YOU STUPID WHORE!" Jessica berteriak tepat di depan wajah Laura yang langsung direspon dengan satu tamparan panas di pipinya.

Britanny menarik kaki Laura dari pedal gas— mobil berhenti melaju sebelum menabrak pagar peternakan—dan dengan sekuat tenaga ia mendorong tubuh Laura keluar mobil. Dengan waktu yang sangat singkat, Laura terjerembab ke atas aspal dengan punggung yang mendarat lebih dulu. Beruntung mobil tidak melaju begitu ngebut sehingga luka di tubuhnya tidak begitu parah.

MR. ART HIMSELF [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang