8

150 14 0
                                    


8

Budi berangkat sekolah sambil mengenakan topi walau bukan saatnya upacara bendera. Dia mengenakannya biar ibunya tidak melihat memar mukanya ketika bersalaman untuk pamit ke sekolah. Dan itu berhasil. Ibu tidak curiga.

Di sekolah, teman-teman Budi sadar dengan memar di mukanya itu. Budi bercerita kalau ada yang menghajarnya, tapi dia tidak mau bilang siapa orang itu. Tapi Gilang memaksanya untuk bercerita. Di perpustakaan yang sepi ketika jam istirahat, Budi yang sedang membaca diganggu oleh kedatangan Gilang.

"Kau berkelahi dengan siapa?" tanya Gilang.

Budi diam saja karena merasa diganggu. Tapi Gilang selalu punya cara untuk membuatnya bicara.

"Mas Fajar, ya? Dia menghajarmu?"

"Bukan," jawab Budi dengan pelan.

"Kalau begitu siapa?"

"Bukan urusanmu!"

"Kalau begitu siapa?"

Budi diam saja, dia masih membaca buku yang dia pegang. Gilang merebut buku itu lalu berkata, "Dengar, kau ini kawanku. Jadi ceritakan apa yang terjadi. Kau berkelahi dengan siapa?"

"Kau nggak akan mengerti," kata Budi.

"Bagaimana aku bisa mengerti kalau kau nggak bercerita. Kalau memang mas Fajar yang menghajarmu, katakan saja! Aku akan menyuruhnya untuk berhenti mengganggumu."

"Bukan dia."

"Kalau begitu siapa?"

Budi berbisik, "Kevin."

Gilang berpikir sebentar, berusaha mengingat-ingat nama itu. Kemudian berteriak "Kevin yang itu?"

"Jangan keras-keras!" kata Budi.

Gilang berbisik, "Kevin yang itu?"

Budi juga berbisik, "Iya."

Gilang menatap wajah Budi yang sedang menunduk, kemudian Gilang bertanya, "Ada apa? Apa dia tahu kalau kau suka dengannya?"

"Tidak," jawab Budi.

"Kalau begitu kenapa?"

"Bukan apa-apa. Hanya salah paham saja. Aku mengejeknya."

"Mengejeknya? Kau bilang apa padanya?" tanya Gilang.

Budi berpikir sebentar sebelum berkata, "Aku menyebut dia kafir," dia berbohong. Mana mungkin Budi mengatakan yang sebenarnya bahwa dia mengejek burung Kevin yang kecil itu.

"Oh. Pantas saja dia menghajarmu. Kalian jadi musuhan sekarang?"

"Aku tidak tahu," jawab Budi.

"Apa kau masih suka dengannya?" bisik Gilang.

Budi tersenyum lalu berkata, "Iya."

"Tapi dia sudah bikin kau jadi babak belur begini."

"Memang. Aku juga sudah bikin dia babak belur. Dan aku menyesalinya."

Gilang berdiri lalu menyerahkan buku yang tadi dia rebut dari Budi. Dia berkata, "Hari Minggu kau nggak ke mana-mana, kan? Datanglah ke rumahku! Nanti ada Dimas dan yang lain juga."

"Mau ngapain?" tanya Budi.

"Cuma berkumpul saja. Menonton TV."

Gilang terlanjur pergi sebelum Budi berkata, "Aku mau ke rumah Kevin di hari Minggu."

Rahasia BudiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang