13

270 15 0
                                    


13

Tertawa kegirangan aku ketika melihat ada namaku di daftar siswa yang diterima. Setelah menemukan namaku tertulis di sana, aku langsung mencari nama Tiara. Aku biarkan jariku berjalan menelusuri papan pengumuman itu sampai berhenti pada namanya. Aku menemukannya. Aku melihat nama Tiara ada di sana. Sayangnya dia tidak di sini. Mungkin dia masih di kelasnya. Sebaiknya aku bergegas menemuinya dan akan aku sampaikan kabar gembira ini. Aku berjalan melewati lorong sekolah dan tangga untuk sampai di kelasnya.

Sesampainya di sana aku melihat dia sedang bersama teman-temannya di kelas. Rupanya dia masih mengerjakan sesuatu. Masih ada gurunya di sana. Terpaksa aku harus menunggu sambil duduk di luar. Kira-kira 15 menit aku di sana. Dalam kebosanan dan ketidaksabaran aku selalu menggerakkan kakiku. Sampai akhirnya pelajaran selesai dan dia memasukkan semua bukunya ke dalam tas. Semua siswa keluar dan dia datang untuk menyapa.

"Hai, Kevin. Sedang apa kamu di sini?"

"Aku punya kabar gembira buat kamu."

"Apa?"

"Kamu diterima di ekstrakurikuler."

"Benarkah?"

"Kalau tidak percaya lihat saja di papan pengumuman!"

Dengan tersenyum Tiara berjalan menuruni tangga. Dia seperti tidak sabar untuk melihat namanya di sana. Aku berjalan mengikutinya. Sesampainya di sana dia langsung mencari namanya. Seketika dia terlihat sangat bahagia.

"Lihat! Kamu juga diterima. Selamat, ya!"

"Sama-sama. Kamu juga. Selamat!"

"Jadi, setelah ini kita harus ikut pertemuan."

"Benar."

Sesuai dengan perintah di papan pengumuman itu, semua yang menjadi calon anggota organisasi majalah harus mengikuti pertemuan di kelas yang ditentukan. Di sana sudah ada beberapa siswa yang dulu pernah kami temui ketika hari pendaftaran. Mereka tidak banyak jumlahnya. Kira-kira 6 orang termasuk aku dan Tiara. Artinya banyak pendaftar yang tidak diterima. Ada juga guru pembimbing dan kakak kelas. Kami disuruh duduk.

Betapa senangnya aku ketika Tiara memilih untuk duduk bersamaku. Jangan-jangan dia mendekatiku. Atau malah dia suka denganku? Jangan terlalu percaya diri dulu. Tiara dan aku masih baru kenal. Tunggu saja sampai dia bilang dulu. Atau seharusnya aku yang bilang. Kalau sebenarnya aku juga suka dengannya. Pokoknya saat ini masih terlalu dini untuk diutarakan. Butuh waktu untuk saling mengenal dan nanti akan ada saatnya.

Salah seorang kakak kelas menghitung orang-orang yang hadir di kelas untuk memastikan semua hadir pada pertemuan. Setelah itu pertemuan dimulai dengan pidato dan pengarahan dari guru pembimbing. Itu berjalan lama dan seharusnya membosankan. Namun, kebosanan itu hilang berkat keberadaan Tiara di sampingku. Perhatianku hanya tertuju padanya. Aku jadi lupa dengan apa yang dibicarakan guru pembimbing itu. Bahkan aku tidak sadar kalau yang berpidato sudah ganti orang dan saatnya pembagian tugas. Aku ditugaskan untuk menulis artikel apa saja seperti anggota yang lain. Tapi aku juga diberi tugas bersama Tiara untuk menemani kakak kelas mewawancarai ketua OSIS yang baru terpilih. Wawancara itu dilaksanakan minggu depan sesuai dengan perjanjian. Aku tidak sabar dengan wawancara itu karena itu tugas pertamaku bersama Tiara.

Setelah pertemuan selesai, kami diperbolehkan pulang karena kita sudah diberi tugas masing-masing. Sambil berkemas, tiba-tiba Tiara bertanya kepadaku, "Hari Rabu kamu mau ke mana?"

Aku terkejut dengan pertanyaan itu. Aku mengira dia akan mengajakku berkencan atau apa. Dengan ragu aku menjawab, "Aku tidak ke mana-mana."

"Kalau begitu kamu harus datang ke pesta ulang tahunku."

"Kapan?"

"Hari Rabu, jam 2, di Resto Mekar Rasa. Kamu harus datang. Kamu tahu tempatnya kan?"

"Aku tahu. Jadi, kamu mengundangku?"

"Iya."

Betapa bahagianya saat itu ketika aku tahu dia mengundangku ke pesta ulang tahunnya. Senyumku tak bisa aku tahan lagi. Aku lampiaskan kebahagiaanku ini dengan menjaga senyumku biar tidak cepat pudar. Aku biarkan Tiara tahu kalau aku sedang berbahagia. Aku dan Tiara keluar kelas bersama. Aku menuju tempat parkir sepeda dan Tiara menuju gerbang sekolah karena dia mau dijemput. Saat itulah kami hendak berpisah. Masih terpajang senyum lebar di wajahku.

"Kevin!" Tiara memanggilku sebelum pergi.

"Ada apa?"

"Ajak juga temanmu itu. Siapa namanya? Budi, ya?"

Senyumku pudar seketika mendengar Tiara bilang begitu. Buat apa Tiara memintaku untuk mengajak Budi? Apakah Tiara penasaran dengan apa yang dia baca di tulisanku itu? Jangan-jangan Tiara ingin melihat siapa sebenarnya Budi itu. Bisa jadi nanti dia malah mendekati Budi dan meninggalkanku. Atau Budi yang malah mendekati Tiara karena aku sudah tahu dari awal Budi memang jatuh cinta dengan Tiara. Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku mau mengajak Budi ke pesta ulang tahunnya dan merelakan Budi merebut Tiara dariku. Aku terpikir untuk tidak mengundang Budi dengan alasan itu. Aku akan bilang kalau Budi tidak bisa datang dan Tiara akan percaya karena dia belum pernah mengenal Budi secara langsung.

"Iya. Aku akan mengajaknya ke ulang tahunmu."

Rahasia BudiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang