4

172 11 1
                                    

4

Gilang pernah bikin Budi kesal sampai-sampai Budi nggak mau ngasih contekan. Dalam jam olahraga, murid-murid kelas 6 diajak ke sebuah lapangan yang ada di luar sekolah. Itu adalah lapangan luas yang ditumbuhi rumput hijau yang biasanya dimakan domba-domba yang dibiarkan berkeliaran di sana. Pagi itu tidak ada domba di sana, yang ada adalah sekumpulan bocah-bocah SD dan gurunya yang akan melakukan permainan sepak bola. Peluit dibunyikan oleh guru olahraga, dan semua bocah yang berkeliaran jadi berkumpul di depan pak guru. Rupanya dia akan melakukan pembagian tim. Pak guru sendiri yang memilih siapa saja yang masuk tim pertama atau tim kedua. Tim yang pertama kaosnya dimasukkan ke celana, Sementara tim yang kedua kaosnya dibiarkan di luar.

Rupanya Gilang tidak senang dengan hasil pembagiannya itu. Dia berada di tim yang kaosnya dimasukkan ke celana bersama dengan Budi dan teman-teman yang lainnya. Di depan gurunya dia bilang, "Ini tidak adil!"

"Ada apa?" tanya pak guru.

"Kenapa yang jago main bola ada di tim itu semua? Bisa nggak aku tukar anggota? Biar Dimas ikut ke timku," tanya Gilang.

"Kau bisa main bola, kan? Di timmu juga sudah ada Rangga, dia juga bisa main bola. Jadi jangan mengeluh. Lagian minggu lalu kau dan Dimas sudah satu tim, sekarang kita acak lagi anggotanya biar nggak bosan," kata pak guru.

"Kalau begini nanti pasti aku akan kalah. Bagaimana kalau aku tukar sama Nadia saja? Biarkan dia masuk timku."

"Kau mau tukar sama siapa?" tanya pak guru.

"Alpukat. Dia nggak bisa main bola," kata Gilang. Kalimat terakhirnya itu dia ucapkan dengan lirih, tidak terlalu terdengar, tapi tegas.

Pak guru melihat Budi yang berdiri di sana. Dia tahu Budi merasa kesal mendengar temannya bilang begitu. Tapi Budi hanya bisa diam saja, sadar kalau yang Gilang katakan itu benar, dia memang tidak bisa main bola.

"Jadi, Budi dan Nadia. Apa kalian mau bertukar tim?" tanya pak guru kepada kedua muridnya.

Budi diam saja, sementara Nadia bilang, "Terserah."

Kemudian Budi bilang, "Baiklah kalau begitu."

Ketika Budi dan Nadia beranjak, Gilang berbisik, "Cowok kok nggak bisa main bola."

Budi tersinggung mendengar Gilang bilang begitu, terbakar emosinya sampai bergetar tangannya. Ingin rasanya langsung menghampiri bocah sialan itu lalu memukul wajahnya. Tapi Budi tidak melakukannya. Dia malah pura-pura tidak mendengarnya lalu lewat begitu saja di depan mukanya tanpa menoleh atau apa.

Tentu saja Budi nggak menikmati permainan itu. Dia hanya lari-lari saja, nggak berani kalau diberi kesempatan menggiring bola. Ketika bola mengarah padanya, dia hanya membiarkannya sampai yang lain merebutnya. Budi merasa paling idiot dalam permainan ini. Tak heran kalau dia akhirnya kalah.

Budi masih jengkel dengan Gilang karena ucapannya itu. Ketika hari Jumat tiba, ujian matematika berlangsung. Itu adalah saat paling tepat untuk balas dendam. Budi memang tidak bisa menggiring bola, tapi dia tahu cara menghitung luas bidang datar atau menghitung FPB dan KPK. Biasanya Gilang suka minta contekan Budi yang duduk di depannya. Gilang suka mencolek punggung Budi lalu berbisik minta contekan. Biasanya Budi kasihan dan dengan murah hati memberikan jawabannya dengan cuma-cuma. Tapi tidak untuk hari Jumat berkah itu. Dengan kesal Budi bilang pada Gilang yang terus-terus mencolek punggungnya, "Jangan colek-colek begitu! Kau menggangguku!"

"Kalau kau sudah selesai kau akan ngasih contekannya kan?"

Budi mengangguk, tapi dia berbohong biar Gilang berhenti mengganggunya. Tadi gurunya bilang, "Kalau sudah selesai kalian boleh pulang." Jadi budi berniat untuk segera mengumpulkan kertas ujiannya itu setelah selesai, lalu pulang meninggalkan Gilang. Itu akan menjadi balas dendam yang sangat memuaskan.

Dan itu benar. Ketika Budi berdiri dan menaruh lembar ujiannya di meja guru, semua bocah di kelas memandangnya, kagum padanya. Tapi yang paling memuaskan adalah melihat wajah Gilang yang murka tapi juga memohon-mohon pada Budi biar tidak segera pergi. Kali ini Budi yang berkuasa.

Memang tidak salah kalau Budi menyebut hari itu sebagai Jumat berkah. Bukan hanya karena dia melakukan balas dendam yang memuaskan, di jalan dia dikejutkan oleh kehadiran kesayangannya. Kevin datang dalam keadaan yang tidak terduga. Hari itu Budi merasa menjadi orang paling beruntung di dunia. Dia sangat bahagia ketika Kevin mau diajak berenang. Budi tidak pernah mengira bakal berenang bersama di sungai dengan pujaan hatinya, apalagi mandi bersama, dan telanjang bersama. Melihat tubuh Kevin tanpa penutup apa-apa membuat Budi bergetar menahan hasrat untuk menyentuh setiap lekuk indah tubuh itu. Burungnya Budi setengah ngaceng, tapi Kevin tidak sadar karena memang tidak memperhatikan, selain itu matanya kemasukan sampo.

Hari yang indah itu terasa cepat sekali karena Budi memang menikmati setiap detik waktu bersama Kevin. Dan ketika hari itu berakhir, rasa bungah itu masih tetap ada, dia senyum-senyum dalam tidurnya, berharap Kevin juga hadir dalam mimpinya yang indah, sebuah mimpi basah.

Hari Sabtu Gilang ngomel-ngomel karena mendapati nilainya jelek. Bukannya menyalahkan diri sendiri karena nggak belajar, dia malah menyalahkan Budi yang nggak ngasih contekan. Budi hanya tersenyum karena dia mendapat nilai yang bagus, selain itu dia tak sabar menanti hari Minggu, hari di mana dia bertemu kembali dengan pujaan hatinya.

Rahasia BudiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang