19. Merakit Senjata

128 6 0
                                    

Weekend ini tidak Alea gunakan untuk latihan menembak, memanah, ataupun bela diri. Setelah olahraganya tadi pagi, ia mengajak Adriel untuk pergi ke pasar gelap untuk mencari senjata api, bahan kimia, dan masih banyak bahan yang tidak Adriel ketahui. Tentunya Adriel mengira itu hanya pasar illegal biasa, tanpa curiga jika itu adalah pasar yang sering dikunjungi para mafia kelas.

Dengan senang hati Adriel menemani Alea kemanapun apalagi ini dijanjikan akan diberitahu hal baru. Adriel sudah sangat terbelenggu dengan hal-hal baru yang ia dapati dari Alea yang sekarang.

"apa ini sudah cukup Non?"

Alea meneliti toko-toko disekitarnya itu, pandangannya terhenti di suatu toko senjata api bekas yang dahulu sering ia kunjungi bersama Malvo dan Daren

"ayo kita ke toko itu"

Alea berjalan mendahului Adriel, memasuki toko tersebut dan melihat-lihat

"wah bagus-bagus ya non" Alea mengangguk, memang di toko ini merupakan tempat perjualan senjata api yang banyak diimpor, tapi tidak banyak mafia yang mengunjungi toko ini karena senjata api disini hanya bersifat panjangan, tidak bisa berfungsi lagi.

"ini hanya untuk pajangan tidak bisa kita gunakan"

"jadi Non Alea hanya ingin membelinya untuk dipajang"

"akan kurakit nanti" membuat Adriel membulatkan matanya

"non serius?"

"nanti kau kuajak merakit, jadi pilihlah senjata yang kau suka"

Dengan sangat bersemangat Adriel memilih senjata dan meninggalkan Alea yang sedang mencari juga

Ia menemukan satu senjata yang cukup unik, ia akan mengambilnya. Senyum Alea memahit karena melihat senjata yang dulu sangat Malvo senangi, tapi dia bilang jika itu tidak bisa mematikan musuh jika digunakan untuk bertarung.

"non apa ini bagus?" Adriel menunjukkan pistol pilihannya dengan design yang antik dan rare.

"ambillah itu"

Setelah dirasa cukup, mereka meninggalkan tempat itu. Sudah cukup belanjanya untuk hari ini, mereka memutuskan untuk segera pulang. Ditambah Adriel sudah tidak sabar untuk merakit senjatanya dan memamerkan kepada pengawal yang lain.

Adriel merasa jika ada yang mengintai nonanya. Ia membisikkan sesuatu kepada Alea yang membuat Alea memisahkan jalannya dengan Adriel

"HEI"

Dor dor

Tembakan Adriel meleset mengenai pohon tempat seseorang bersembunyi.

"keluarlah bajingan, untuk apa mengintaiku"

Senyumnya terukir saat melihat seseorang berlari dan menaiki tembok besar pembatas pasar illegal ini.

"kalian sudah merasakan keberadaanku ternyata"

Tembok itu merupakan tembok ke arah kubu Mackenzie

"dapat non?" Alea menggeleng

"biarlah, ayo kita pulang"

Tubuh ini membantu Alea tetap hidup, namun tubuh ini juga menghalangi bertemunya ia dengan Mckenzie. Dunia mafia terlalu ketat, menempatkan mata-mata di kubu lawan sudah menjadi hal biasa. Maka dari itu, mereka memperketat komunikasi dengan semua orang.

Di ruangan eksekusi miliknya, Alea dan Adriel kini dengan serius tengah merakit senjatanya masing-masing. Adriel bekerja sangat keras mendengarkan arahan dari Alea. Sudah hampir tengah malam mereka belum juga selesai merakit senjata. Alea sudah berhasil merakit 1 pistol dan kini ia baru selesai meneliti bahan-bahan pendukung untuk ia jadikan bom.

"yash, jadi non" Alea menengok ke arah Adriel melihat hasil rakitannya

"cobalah dengan peluruku di laci"

Adriel dengan semangat mengambil peluru milik nonanya itu dan mengetes senjata apinya

"aku izin mengetes senjata dulu ya non" Alea mengangguk dan Adriel segera menuju tempat latihan tembak untuk mengetes senjata rakitannya sendiri

"anak anjing yang baru bisa menggonggong seharusnya tetap di dalam kandang, tidak usah menyerang tuannya" gumam Alea sambil menyunggingkan senyuman miringnya menatap bom rakitan yang sudah selesai ia rakit

Alea mengambil suatu kotak dan meletakkannya lalu menguncinya.

"kau yang dari awal mencuri start dude, jangan salahkan aku atas kehancuranmu kelak secara perlahan"

Ceklek

"Alea"

"iya pa?"

"belum selesai bermain senjatanya?" Alea tersenyum

"sudah pa, aku akan segera meninggalkan ruangan ini dan menyusul Adriel"

"ya papa lihat dia sangat bangga memainkan senjatanya, baru dibeli?"

Alea mengangguk, "kami merakitnya sendiri pa" Mata Matteo membulat

Apa yang baru saja ia dengar? Putri manjanya merakit senjata api, bahkan ia mengajari bodyguard pilihannya

"papa akan mencobanya sendiri" Matteo segera keluar dari ruangan itu dan menyusul Adriel menuju tempat latihan tembak

Matteo sendiri sudah biasa dengan senjata api juga bela diri, Alea tahu papanya jago dengan 2 hal itu. Sebenarnya Matteo memiliki sifat yang dingin, datar, tegas, dan kejam saat di perusahaan. Pemilik perusahaan besar dengan memiliki cabang puluhan yang tersebar di berbagai kota membuatnya harus memiliki musuh dimana-mana. Yang membuatnya harus menguasai hal-hal yang bisa membela dirinya.

Alea menyusul papa dan asisten pribadinya itu ke tempat latihan tembak. Yang ia lihat sekarang adalah Matteo sedang menembak dengan menggunakan pistol milik Adriel.

Dor dor dor dor dor

Dengan cepat 5 tembakan sudah tepat mengenai sasaran yang telah disediakan

"wah ternyata bakat menembak Non Alea turun dari tuan, pantas saja" komentar Adriel membuat Matteo melirik ke arah Alea

"ini benar kau yang merakit, Driel?" Adriel mengangguk cepat

"Non Alea yang mengajari dan mengarahkannya tuan"

"pistol ini cocok digunakan jarak jauh maupun dekat, kecepatannya pun sangat bagus, anakku memang hebat"

"saya setuju tuan"

"yasudah mainnya besok lagi, Alea harus tidur, besok Alea akan ikut papa dan mama berkunjung ke tempat tinggal teman papa"

Alea mengangguk dan mengikuti Matteo ke dalam rumah, meninggalkan adriel yang bersiap memamerkan senjata hasil rakitannya ke semua pengawal dan penjaga yang bekerja di rumah ini.

"hei Adriel kemana saja kau dengan nona? Baru kelihatan batang hidungmu"

"woah woah Alferd dan yang lainnya kau harus lihat" Adriel mengeluarkan pistolnya

"kau latihan menembak dengan Non Alea dari pagi sampai tengah malam begini?"

"cih kau tidak lihat ini di senjata terdapat inisial namaku"

"bisa saja inisial nama nona"

Adriel mendengus, "ini senjata aku sendiri tahu yang merakitnya"

Bukannya terkesima atau terkagum, para penjaga hanya tertawa

"kenapa tertawa, benar saja, tadi pagi aku menemani Non Alea ke pasar, kami membeli senjata yang sudah tidak bisa terpakai, hanya bisa digunakan sebagai pajangan saja, tapi Non Alea bilang kalau senjata ini bisa dirakit menjadi berfungsi dan aku diizinkan memilih satu senjata, dan aku memilih ini. Lalu sesampainya dirumah kami segera merakitnya, Non Alea yang mengajari dan mengarahkanku untuk merakit ini" Adriel menjelaskan panjang lebar membuat penjaga yang lain merasa iri

"kau beruntung menjadi asisten pribadi Non Alea"

"sangat, tapi juga sangat beresiko"

"itu sudah satu paket, kan" Adriel mengangguk, merenungi berbagai macam teror dan bahaya yang mengincar nonanya itu

"aku harus lebih sering berlatih agar bisa melindungi Non Alea"

Mafia's TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang