30. Rapat Besar

46 3 0
                                    

"aku dengar kemarin Mackenzie terkalahkan dengan McDermott di pertandingan balap liar Grissham?"

"benar tuan, dan anggota yang dikerahkan oleh McDermott adalah wanita"

"dan skillnyapun setara dengan Fayes" mendengar nama itu, Ervan diam tak bergeming, namun jelas terdapat kilatan emosi di matanya

"apa harus kita selidiki tuan?"

"biarlah, kita tidak ada urusannya dengan McDermott, kita fokuskan saja latih pasukan petarung kita dan anggota inti untuk menantang Mackenzie berperang"

"baik tuan"

--

"tuan yang mencari Nona Alea ya? Masuk dulu tuan, Nona Alea sedang berlatih di halaman belakang dengan asisten pribadinya"

Hari ini Elvio datang untuk menjenguk Alea dan juga ingin mengucapkan terimakasih atas perlakuan Alea malam itu.

"tuan duduk dulu, saya ambilkan minum dan tanyakan ke asisten pribadinya dulu"

"tidak usah, antarkan ke halaman belakang saja"

"baik tuan, ayo"

Maid yang sedari tadi menyambut Elvio mengantarkannya ke halaman belakang, tepat ternyata Alea sedang bertarung dengan Adriel, dengan keringat yang sudah membasahi wajah dan tanktop hitamnya, juga dengan Adriel yang sudah kalah telak di bawah Alea

Elvio yang melihatnya membulatkan matanya, dia memang pernah bertarung dengan Alea dan juga mengerahkan pasukannya tapi tidak pernah sampai semengenaskan Adriel

Melihat Elvio, Alea melepaskan Adriel dan berjalan ke tempat ia menaruh handuknya.

"ada apa?" Elvio tersadar dari lamunannya, bukan hanya Elvio, maid pun yang memang tidak pernah melihat secara langsung Alea bertarung membeku melihat yang baru saja ia lihat.

Maid tersebut segera menghampir Adriel dan membantunya mendapatkan pengobatan, sedangkan Alea sudah mengajak Elvio untuk duduk di depannya.

"aku hanya ingin menjenguk, tapi sepertinya kau sudah jauh lebih baik"

"seperti yang kau lihat, aku bahkan sudah sembuh dari pertama kali aku sadar"

"kau kan memang gadis ajaib"

Alea mengerutkan keningnya heran, "apa yang ajaib"

"kau sadar setelah divonis mati karena peluru yang bersarang di kepalamu, dengan cepat kau berubah jago dalam segala hal"

"cih, kau saja yang terlalu sok senior sampai tidak melihat skill ku"

"ah aku kesini bukan untuk berdebat, aku ingin berterimakasih"

"untuk?"

"kerelaanmu merobek dress mahalmu untuk menghentikan pendarahanku dan untuk kerelaanmu mengejar para pelaku yang menyayatku sampai kau pingsan"

Elvio memberikan paperbag yang sedari tadi ia bawa kepada Alea, dari merknya saja ia sudah tahu bahwa itu barang branded yang ada di dalamnya

"pede sekali, baru akan aku tagih mengenai dressku kalau nanti cutiku sudah habis, dan untuk mengejar pelaku kan aku sudah bilang mereka menargetkanku, kalau aku lari mereka tidak akan menyerang kalian lagi" jawab Alea santai sambil mengambil paperbag dari Elvio

"tapi kenapa? Kenapa kau yang menjadi targetnya?"

Alea mengangkat bahunya pertanda tidak tahu

"kau punya musuh?"

"banyak" batinnya

"entahlah aku juga belum mengingat sepenuhnya" mendengar jawaban Alea, Elvio hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, benar juga pikirnya karena Alea sempat mengalami cedera di kepalanya

"ah ada yang mau aku bicarakan denganmu" ucap Alea tiba-tiba

"apa itu?"

"kau kan sudah lama bekerja di kantor kepolisian ini, kau ada dengar ada yang berhianat tidak?" Elvio mengerutkan keningnya bingung

Sedetik kemudian Elvio mulai mengerti kearah mana pertanyaan Alea bermaksud

"kau punya petunjuknya?"

"aku lihat wajahnya"

"benarkah?" Alea mengangguk semangat

"Komandan Jeff"

Elvio membulatkan matanya, jelas tidak percaya jika dalang dibalik kejadian malam itu adalah tangan kanan Komjen Seno yang mengadakan acara tersebut. ditambah Alea menjadi sasaran utamanya dan dia menjadi korban sayatannya. Apa karena Komjen Seno cemburu dengan Alea dan dirinya sampai memerintah Komanjan Jeff melakukan semua ini, pikirnya.

"kalau kau tidak percaya kita selidiki DNA nya, aku punya maskernya"

"dirumahku ada ruang penelitian"

"kau tunggu di ruang tamu, aku akan mandi"

--

"aku mau ikut"

"ini rapat besar Al, kau bisa ikut saat rapat lain nanti jika aku mengajak Reynand juga"

"tidak Ervan, kau bisa bawa Reynand sekarang kalau begitu, walaupun Reynand tidak dibutuhkan saat rapat dia bisa menemaniku, kan"

Saat ini Alea sedang berada di Rb Group dengan alasan ingin menemui Ervan, padahal pagi tadi Reynand baru memberi kabar jika sore setelah jam pulang kerja Ervan bilang ada rapat tanpa dirinya

"tapi rapat kali ini bahaya, ada musuhku yang menghadiri ini, kau bisa dijadikan sasaran mereka"

"kau lupa aku ini detektif? Aku bukan wanita lemah, Van"

"kau harus berjanji untuk tidak jauh dariku selama kita di luar nanti"

"setuju"

"baiklah kau boleh ikut, tapi kita tidak dengan Reynand" Alea mengangguk semangat

"yasudah ayo"

Setelah siap, mereka meninggalkan ruangan Ervan dan segera berjalan menuju parkiran, sepertinya kali ini rencana Alea berhasil. Mereka berjalan menuju suatu mansion yang sangat tidak asing di mata Alea. Mansion netral tempat diadakannya rapat antar kelompok mafia besar maupun kecil, saat masukpun seluruh senjata tajam maupun senjata api ditinggal di depan lobby. Dan hanya orang yang memiliki kartu akses saja yang bisa memasukinya.

Alea malah mengingat seringnya ia memimpin rapat di mansion ini dulu

"tuan Ollyxton dan wah sepertinya ini calon Nyonya Ollyxton"

"Rey Ollyxton, tangan kanan dari Ervan Ollyton" batin Alea, sambil menatap uluran tangan lelaki itu dengan tajam

"duduk kau, tidak perlu bersalaman dengan wanitaku"

Alea mengambil tempat duduk yang berada di samping Ervan setelah menangkap kode yang diberikan Ervan

"baiklah akan saya mulai rapat kali ini, terimakasih kepada para pemimpin ataupun perwakilan yang sudah menyempatkan untuk datang di rapat kali ini, terutama Mackenzie" Alea yang mendengar kata Mackenzie segera mengedarkan pandangannya, dan benar saja ada Malvo dan Alden disana. Sampai netra mata mereka bertemu, sepertinya Malvo terkejut dengan keberadaan Alea disini.

Ervan terus memimpin rapat dengan Alea yang fokus mengikuti rapat tersebut, rapat yang membahas akan diadakannya acara besar yang melibatkan semua kelompok tanpa memandang kubu.

Namun yang Alea rasakan sekarang adalah Malvo yang seringkali mencuri pandang kepadanya. Ia ingin sekali langsung berteriak di depan wajahnya bahwa dia adalah Fayes.

Hari mulai berganti menjadi malam, dan rapat dinyatakan selesai. Sudah banyak anggota rapat yang pamit, dan Ervan masih membahas aset dan perjanjian dengan kelompok-kelompok yang merupakan kubunya.

"aku ingin ke kamar mandi"

"aku sedang sibuk, kau bisa ke kamar mandi sendiri? Sekarang hanya ada perwakilan kelompok yang tidak akan mencelakaimu"

"tentu"

Alea keluar ruangan rapat dengan langkah yang lumayan cepat tanpa siapapun yang menemaninya

Grep

"siapa kau?"

"sttt, tenanglah"

Mafia's TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang