39. Kekejaman pemimpin

44 3 0
                                    

Jauh dari yang dibayangkan oleh Elvio. Alih-alih akan melakukan hal romantis, berjalan-jalan ditengah keindahan kota Annecy, makan malam romantis, melihat kembang api. Kini Elvio harus mengikuti Alea ke ruang bawah tanah miliknya disini. Ingin bersenang-senang katanya.

Banyak sanderaan disini, dan matanya beralih pada satu ruangan yang bertuliskan '103'

"disini tempat mereka, Nyonya" seorang lelaki yang sedari tadi mengantar Alea dan Elvio menunjuk ruangan yang bertuliskan 103 tersebut

"baik, kau boleh kembali" lelaki tersebut pergi meninggalkan Alea dan Elvio

Alea membuka pintunya dengan kunci yang diberikan lelaki tadi,

"kenapa diam saja? Mau menunggu diluar saja?" Elvio dengan cepat menggeleng lalu mengikuti Alea masuk

"cih bau sekali" disana terdapat tiga wanita yang mengganggu Elvio tadi malam, masih dengan pakaian sexynya, tapi bukan bau alkohol lagi yang menyeruak, melainkan bau pesing.

Elvio melihat ketiga wanita itu bergidik ngeri, pasalnya wajah mereka sudah dihiasi beberapa luka lebam, baju mereka sudah robek di beberapa bagian. Dan juga terdapat air seni yang sudah kering berada di lantai tanah ruangan ini.

"jadi sekarang apa masih pantas wajahmu ini menggodanya?" Alea yang sudah melepas topi dan maskernya dengan jelas menyunggingkan senyum sinisnya

"semalam kau gatalkan ingin dipuaskan, jadi bagaimana? Sudah terpuaskan dengan penjaga disini?"

Alea mendekat ke arah 3 wanita yang masing-masing terikat. Menjambak salah satunya dengan kuat

"kenapa diam saja? Lelah saking puasnya?" ucapan Alea meremehkan dengan nada rendah berhasil membuat wanita ini semakin bergetar ketakutan, ditambah mereka masih trauma dengan kekerasan seksual yang mereka dapatkan

"a-aku hanya ingin berkenalan saja dengan lelaki tampan itu tadi malam" jawabnya dengan suara yang gemetar

"namanya Elvio, dia temanku, partner kerjaku, dan yang terpenting dia tidak suka jalang murahan" bisik Alea di telinga wanita yang sedang dijambaknya itu, membuat wanita itu merinding semakin takut

Alea melepaskan kasar jambakannya dan menatap tajam ketiga wanita itu

"bukankah aku sudah bilang untuk tidak mengganggunya, kenapa kalian malah nekat? Dan menghinaku? Sekarang lihat wajahku bahkan jauh lebih cantik dari kalian yang kalian anggap aku tidak pantas bersanding dengannya" Alea mendekati Elvio, menatap sinis ketiga wanita itu

Elvio yang sedari tadi hanya memperhatikan setiap gerak gerik Alea sedikit tidak percaya juga, dan sedikit senang Alea dengan repot menghukum wanita yang ingin menganggunya.

"menurutmu, lebih pantas mana wajahku atau wajah mereka?" tanya Alea dengan nada yang sengaja dibuat manja pada Elvio

Elvio dengan senyum mengembang segera menatap Alea

"jelas saja kau, tidak ada yang bisa menandingi kecantikanmu" jawaban Elvio membuat Alea tersenyum puas

Alea kembali melangkah mendekati ketiga wanita itu dan menatap tajam satu persatu

"maaf, komohon maafkan kami, tolong lepaskan kami" seseorang akhirnya memohon

"ugh, memohon ya? Sujud di kakiku dong kalau memohon itu" ucap Alea masih dengan senyum sinisnya

"tidak, tidak sudi aku" jawab wanita yang lain

"umm aku baru ingat kau yang bilang wajahku tidak pantas kan, sini aku beritahu wajah tidak pantas itu seperti apa" Alea mengeluarkan pisau lipatnya dari saku celananya

Alea mengarahkan pisau tersebut ke arah kening wanita tadi dan membawanya turun melalui hidung lalu berjalan menuju mulut wanita itu. Merasakan dinginnya pisau yang berada di wajahnya, wanita itu berkeringat dingin, tidak berani bergerak, karena akan membuat luka dari pisau yang ada di wajahnya.

Srek

Alea menyayat ujung bibir wanita itu ke arah pipi

"aarggghh" darah menetes dari pipi wanita itu membuat Alea tersenyum senang

"stt jangan berisik, lihat kedua temanmu jadi takut" ucap Alea dengan nada rendah

Sedangkan Elvio yang melihatnya sudah meringis, ternyata memang Alea memiliki sisi pemimpin mafia berdarah dingin. Bahkan dia tak bergeming mendengar jeritan kesakitan dari korbannya.

"psikopat cantik" gumamnya

"hei hei, jangan menatapku seperti itu" ucap Alea mencengkram pipi wanita tadi mengenai luka robeknya

"aarghhhh..."

"ah darahmu, kotor sekali nih di tanganku"

"El, kemari" dengan patuh Elvio menghampiri Alea

"kau kan pandai melukis, ini kau lukis saja leher wanita ini" ucap Alea santai sambil memberikan pisaunya dan menunjuk ke wanita yang lain

"a-aku tidak tega"

"ck, kalau kau ingin denganku kau harus tega membasmi hama yang menganggumu, sini aku beri contoh" Alea mengambil lagi pisaunya dan menjambak rambut wanita itu

Lalu menarikan ujung pisaunya di leher wanita itu, erangan demi erangan keluar dari mulut wanita itu, darahpun sudah muncrat ke wajah dan bajunya. Sampai Alea menggoreskan pisaunya tepat di nadi wanita tersebut.

Dilepaskannya rambut wanita itu dari jambakannya, membiarkan wanita itu kesakitan meregang nyawanya. Sedangkan wanita yang lain sedang menjerit ketakutan melihat nasib kedua temannya yang sudah berlumuran darah. Permohonan maaf dan permintaan dilepaskan terus diucapkan olehnya.

Alea melirik jam tangannya, "baiklah baiklah kau tidak akan aku siksa, akan aku berikan pada penjaga disini untuk budak nafsunya, sampai jumpa"

Alea meninggalkaan ruangan itu dan disusul dengan Elvio. Sepertinya Elvio masih shock dengan apa yang dilihatnya, sungguh psikopat.

"melamun saja dari tadi" Elvio tersadar kini mereka sudah berada di ruang ganti, Alea sedang mencuci tangan dan pisaunya, juga sudah memegang paperbag ditangannya.

"kau tunggu sini, aku mau berganti baju" Alea meninggalkan Elvio dan masuk ke satu bilik untuk mengganti bajunya yang penuh darah.

Elvio membasuh wajahnya, mencoba menyadarkan dirinya, menerima dirinya yang menyukai Alea. Tidak bisa jika harus menjauhi Alea, ia sudah jatuh terlalu dalam oleh Alea. Ia menyukai Alea dan bertekat menerima semua sikap dan sifat barunya Alea, tapi apa termasuk sifat psikopat didalamnya?

"jadi bagaimana?" Alea yang baru kembali dari bilik gantinya berdiri di samping Elvio, menatap lelaki itu dari cermin didepannya

"apa yang bagaimana?"

"masih mau menyukaiku?"

Seketika air muka Elvio menjadi sumringah lagi, mengangguk dengan semangat. Hei bukannya tadi dia yang dilanda kebingungan? Kini perasaannya kembali yakin untuk Alea.

"bahkan setelah melihat aksiku tadi? lelaki gila" ucap Alea yang sedang membenahi kunciran rambutnya

"kau yang psikopat gila"

"lalu kenapa kau mau dengan psikopat gila?"

Elvio menyengir kepada Alea, ia pun tidak sadar sudah menjadi gila karena tergila-gila dengan psikopat gila. Ah, membuat pusing saja.

"setelah ini kemana?" mereka sudah keluar dari ruang ganti

"aku akan menemui satu orang lagi, dan setelahnya kau boleh menentukannya" ucap Alea yang sudah memberikan paperbag baju bekasnya pada lelaki tadi

"kau urus sisanya, aku hanya membunuh satu, yang satu itu bebas mau kau jadikan budak seks juga terserah" lelaki itu menganggukkan kepalanya patuh

Mafia's TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang